Vous êtes sur la page 1sur 40

APA ITU ARBITRASE

Arbitrase adalah suatu penyelesaian sengketa


perdata di luar peradilan umum yang didasar-
kan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh pihak yang bersengketa.
Para pihak adalah subyek hukum (menurut
hukum perdata maupun hukum publik).
Pasal 1 (2) (3) UU No. 30/1999
Para Pihak

1. Pemilik/ pengirim barang (shipper, consign-


or) vs Penerima barang (consignee).
2. Pengguna Jasa Asuransi dan Perusahaan
Asuransi
3. Para Pihak di dalam Kontrak/ Perjanjian
4. Para awak kapal/ Nakoda dengan
Perusahaan Pemilik Kapal
5. Dan lain sebagainya
BLACK Law Dictionary mengatakan:

ARBITRATION :
“The reference of a dispute to an impartial (third) person chosen by the
arbitrator’s award issued after hearing at which both parties have an
opportunity to be heard. An arrangement for taking and abiding by the
judgment of selected persons in some disputed matter, instead of carrying it to
avoid the formalities, the delay, the expense and vexation of ordinary litigation”
“Penyelesaian dari sebuah sengketa kepada pihak ketiga yang dipilih oleh
keputusan arbitrasi yang dikeluarkan setelah mendengarkan pendapat dari para
pihak. Sebuah penyusunan untuk mengambil dan mengikuti keputusan yang
telah diambil oleh orang orang yang terpilih dalam masalah sengketa, daripada
membawanya untuk menghindari formalitas, penundaan, biaya dan kekesalan
yang terjadi pada proses litigasi yang biasa.”
Arbitrase

“Arbitration. An alternative dispute resolution system


that is agreed to by all parties to a dispute. The
system provides for private resolution of dispute in a
speedy fashion.”

“Arbitrasi adalah sebuah alternatif dari cara


penyelesaian sengketa yang disetujui oleh semua
pihak yang terkait dalam sengketa tersebut. Cara ini
memberikan sebuah penyelesaian pribadi yang cepat
dari sebuah sengketa.”
Arbitrase

SUBEKTI mengatakan :

“Arbitrase itu adalah penyelesaian suatu perselisihan


(perkara) oleh seorang atau beberapa orang wasit
(arbiter) yang bersama-sama ditunjuk oleh para pihak
yang berperkara dengan tidak diselesaikan lewat
Pengadilan”
Arbitrase

Oleh karena itu dikatakan bahwa arbitrase adalah


hukum prosedur dan hukum para pihak (“Law of
Procedure” dan “law of the parties”).

Selain putusan arbiter yang final dan mengikat,


dikenal pula pendapat mengikat (“binding opinion”
– “bindend adves”).
Asas –Asas Arbitrase

• Asas kesepakatan/ Kebebasan Berkontra (pacta sunt


servanda dan itikad baik) dapat disimpulkan dalam Pasal 1338
KUH Perdata yang menyatakan bahwa :
“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan UU berlaku sebagai UU
bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik
kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-
alasan yang ditentukan oleh undang-undang.
Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

artinya kesepakatan para pihak menyelesaikan sengketanya


melalui arbitrase dengan adanya klausula arbitrase  Pasal
1338 KUHPerdata, merupakan UU bagi Para Pihak  Law of
The Parties
Asas –Asas Arbitrase

Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan


diupayakan untuk diselesaikan secara musyawarah,
baik antara arbiter dengan Para Pihak maupun antara
arbiter itu sendiri;

Asas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam


penyelesaian perselisihan melalui arbitrase, yaitu
terbatas pada perselisihan-perselisihan dibidang
perdagangan dan hak-hak yang dikuasai sepenuhnya
oleh para pihak;
Asas –Asas Arbitrase

Asas final dan binding, yaitu suatu putusan arbitrase


bersifat putusan akhir dan mengikat yang tidak
dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperti
banding atau kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah
disepakati oleh para pihak dalam klausa atau
perjanjian arbitrase.
Arbitrase adalah salah satu mekanisme Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS)

• Merupakan bentuk tindakan hukum yang diakui oleh undang-


undang dimana salah satu pihak atau lebih menyerahkan
sengketanya – ketidaksefahamannya – ketidak sepakatannya
dengan satu pihak lain atau lebih kepada satu orang (arbiter)
atau lebih (arbiter – arbiter –majelis) ahli yang professional,
yang akan bertindak sebagai hakim/ peradilan swasta yang
akan menerapkan tata cara hukum negara yang berlaku atau
menerapkan tata cara hukum perdamaian yang telah
disepakati bersama oleh para pihak tersebut terdahulu untuk
sampai kepada putusan yang final dan mengikat.
Mengapa Memilih Arbitrase

1. Proses arbitrase konfidensial, maka dapat menjamin kerahasiaan &


publisitas yang tidak dikehendaki, karena sifatnya yang tertutup dan
tidak konfrontatif dan berlangsung secara kooperatif – damai.
Tidak seperti perkara-perkara di pengadilan yang terbuka dapat
dihadiri oleh umum, pers dan seringkali dibeberkan di media massa.
Suatu keadaan yang dapat merugikan pihak, terutama reputasi yg
dapat mempengaruhi integritas, bonafiditas mereka yg bersengketa.
seperti kalau bersengketa di pengadilan.

2. Sifatnya menjurus kepada privatisasi penyelesaian sengketa & dapat


dikatakan ditujukan kepada posisi “win-win” dan bukan kepada apa
yang biasa terjadi di pengadilan yang mempertaruhkan “win-loose”
dan banyak terjadi “jual-beli hukum”
Dapat memprediksi/ menentukan waktu, tempat dan biaya perkara
(tergantung hukum acara yang dipakai)
Mengapa Memilih Arbitrase

3. Dapat memilih Arbiter tunggal/ Arbiter dari masing-masing pihak


yang dipercaya;

4. Putusan arbitrase, sesuai dengan kehendak dan niat para pihak


merupakan putusan final & mengikat para pihak bagi Sengketa-
nya; lain lagi putusan pengadilan yang terbuka bagi peninjauan
yang memakan waktu lama.

5. Arbitrase itu baik hanya untuk para penguasa yang bonafide dan
beriktikad baik dan bukan mereka yang seringkali menggunakan
pengadilan sebagai alat untuk mengelak kewajiban atau mengulur
waktu pemenuhan kewajiban, biasanya dengan bantuan
pengacara yang tidak bertanggung jawab.
Mengapa Memilih Arbitrase

6. Karena putusannya final dan mengikat, tata caranya bisa


cepat, tidak mahal serta jauh lebih rendah dari biaya-biaya
yang harus dikeluarkan dalam proses pengadilan. Apalagi
kalau kebetulan ditangani oleh pengacara yang kurang
bertanggung jawab sehingga masalahnya dapat saja dengan
itikad buruk diperpanjang selama mungkin.
7. Tata cara arbitrase lebih informal dari tata cara pengadilan
dan oleh karena itu terbuka untuk memperoleh dan
tersedianya tata cara penyelesian kekeluargaan dan damai
(“amicable”); memberi kesempatan luas untuk meneruskan
hubungan komersial para pihak dikemudian hari setelah
berakhirnya proses penyelesian sengketanya.
Mengapa Memilih Arbitrase

8. Khusus dalam arbitrase international, menciptakan tata cara


penyelesian sengketa komersial secara damai (arbitrase)
merupakan akibat dari hal-hal di bawah ini, misalnya :
1) Para pihak (asing) ragu untuk mengajukan
sengketanya di peradilan nasional;
2) Apalagi kalau lawan sengketanya itu merupakan lembaga
atau perorangan warga negara tersebut. Kekhawatiran
selalu saja ada bahwa peradilan negara yang bersang-
kutan tidak atau setidak-tidaknya akan terpengaruh oleh
penguasaannya dan bersikap tidak independen;
Mengapa Memilih Arbitrase

(atau melalui “Permainan” dana khusus; itulah sebabnya kini


telah menjadi rahasia umum dilingkup nasional maupun
internasional bahwa putusan pengadilan di Indonesia
banyak tergantung kepada “Penawar yang tertinggi,
walaupun keadaan ini sulit dibuktikan”).
3) Pihak asing itu kurang memahami tata cara / prosedur
pengadilan negara tersebut dan merasa berada dalam posisi
yang kurang menguntungkan.
4) Peradilan negara menggunakan bahasa nasional pada
umumnya kini sedikit banyak agak terjamin dengan telah
berlakunya ”United Nations Conventional on the
Enforcement of Foreign Arbitral Award 1958” (Konvensi
New York 1958) dan yang telah diratifikasi oleh hampir
semua negara termasuk negara industri dan negara-negara
berkembang.
SENGKETA MELALUI ARBITRASE

Sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak


yang menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.
• Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui
arbitrase hanya sengketa yang menurut peraturan
perundang-undangan tidak dapat diadakan perda-
maian (hukum keluarga, pailit dan penyelesaian
susunan pengurus & perubahan permodalan dalam
perseroan).
Pasal 5 UU No. 30/1999
UNDANG-UNDANG NO. 30/1999
Pasal 1 butir 10: PENYELESAIAN SENGKETA
Alternatif Penyelesaian
ARBITRASE APS / ADR
Sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa
KONSULTASI
atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati NEGOSIASI
para pihak, yakni
penyelesaian di luar MEDIASI
pengadilan dengan cara : KONSILIASI
konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi atau PENILAIAN AHLI
penilaian ahli
LAIN-LAIN
PROSES AJUDIKASI
• Penentu Putusan : Pihak Ketiga
PUTUSAN
yang Netral
• Prosedur : Berlawanan/
Berhadapan
Masing-masing pihak berusaha
HAKIM/ mengemukakan bukti dan
ARBITER pendapat yang berlawanan
dengan cara meyakinkan
pengambil keputusan untuk
berpihak kepadanya
BERDASAR • Fokus : Hak Legal dan Kejadian-
HAK kejadian yang mendahuluinya
(sebelumnya)
PIHAK A PIHAK B
PROSES NON-AJUDIKASI
• Penentu Hasil Ahir
MEDIATOR/ (Kesepakatan) : Para Pihak
KONSILIATOR
Mediator tidak berwenang
membuat keputusan
• Prosedur : Tidak Konfrontatif
BERDASAR
Para Pihak berkomunikasi
KEPENTINGAN
dan bekerja sama untuk
mencapai konsensus
PIHAK A PIHAK B • Fokus : Memecahkan Masalah
Dengan mempertimbangkan
kepentingan para pihak
(keinginan dan keberatan)
KESEPAKATAN
LITIGASI & NON-LITIGASI

LITIGASI NON - LITIGASI

Berdasarkan sistem yang sudah baku Berdasarkan konsensus

Cenderung menggunakan pertimbangan


Menerapkan hukum secara ketat
rasa keadilan dan kepatutan

Terbuka, diketahui oleh publik Rahasia

Kemungkinan banding, mengandung


Putusan tergantung metoda yang dipilih;
resiko proses yang memakan waktu
dapat final (arbitrase), dapat juga tidak
lama

Formal Fleksibel
PERJANJIAN ARBITRASE – BANI

 Klausula arbitrase dalam kontrak (disepakati


sebelum sengketa terjadi).
 Submission clause (dibuat setelah sengketa terjadi).
Pasal 1 (3) UU No.30/19
 Kesepakatan dalam Perjanjian:
 PilihanHukum
 Pilihan Forum
 Perjanjian Arbitrase:
 Ad hoc versus Institutional.
 Lex Arbitri/Rules of Procedure.
 Pilihan hukum (Choice of Law)
CONTOH KLAUSULA ARBITRASE

• BANI
• Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan
diselesaikan dan diputus oleh BADAN ARBITRASE
NASIONAL INDONESIA (BANI) menurut peraturan-
peraturan administrasi dan peraturan-peraturan prosedur
arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat kedua belah
pihak yang bersengketa sebagai keputusan dalam tingkat
pertama dan terakhir”.
• ICC:
• All disputes arising in connection with the present contract
shall be finally settled under the Rules of Concilliation and
Arbitration of the International Chamber of Commerce by
one or more arbitrators appointed in accordance with the
said Rules”.
CONTOH KLAUSULA ARBITRASE

• Singapore International Arbitration Centre (SIAC)


• Any dispute arising out of or in connection with this contract,
including any question regarding its existence, validity or termination,
shall be referred to and finally resolved by arbitration in (Singapore)
in accordance with the Arbitration Rules of Singapore International
Arbitration Centre (“SIAC Rules”) for the time being in force which
rules are deemed to be incorporated by reference to this clause
• UNCITRAL UNDER ICC (Ad-hoc)
• Any dispute, controversy or claim arising out of relating to this
contract, or the breach, termination or invalidity thereof, shall be
settled by arbitration in accordance with the UNCITRAL Arbitration
Rules as at present in force. The appointing authority shall be the ICC
acting in accordance with the rules adopted by the ICC for this
purpose”.
PERSIAPAN MENGHADAPI ARBITRASE

Pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan dimulai


sebelum biaya administrasi dilunasi.
Biaya administrasi harus dibayar lunas oleh kedua
belah pihak (untuk bagian yang sama) sebelum
perkara arbitrase dimulai. Pada umumnya
penentuan besarnya biaya administrasi adalah
berdasarkan persentase dari tuntutan yang
diajukan Pemohon.
TATA CARA ARBITRASE

Tata cara arbitrase dibentuk oleh ketentuan hukum,


perjanjian para pihak dan arahan para arbiter.
Apabila para pihak sepakat bahwa arbitrase akan
dilaksanakan berdasarkan aturan suatu institusi atau
aturan ad hoc maka tata cara arbitrase akan tunduk
pada ketentuan institusi atau aturan ad hoc tersebut.
Yang sangat penting dalam prosedur arbitrase adalah
Kode Etik dan Tingkah Laku Arbiter (Code of Ethics
and Conduct for Arbitrator)
PERATURAN ARBITRASE BANI

Peraturan dan Tata Cara:


Perjanjian Arbitrase
Ketentuan Umum
Permohonan Arbitrase
Pembentukan Majelis Arbitrase
Pemeriksan
Putusan dan Pendaftaran Putusan
Kode Etik dan Perilaku Arbiter
Peraturan Mediasi/Rekonsilasi
Proses Arbitrase Yang Disederhanakan
PERMOHONAN BERARBITRASE & ALAT BUKTI

Dalam Permohonan Arbitrase harus dituliskan


secara ringkas uraian tentang permasalahan yang
menjadi sengketa dan isi tuntutan ganti rugi atau
pengembalian yang diharapkan dari pihak lainnya
dengan melampirkan salinan naskah atau akta
perjanjian arbitrase atau perjanjian lainnya yang
memuat klausula arbitrase.
Pemohon dapat menunjuk atau memilih seorang
arbiter atau menyerahkan penunjukan arbiternya
kepada institusi arbitrase bersangkutan.
Dapat disertai dengan segala alat bukti yang
berkaitan dengan sengketa tersebut sesuai dengan
aslinya.
PENDAFTARAN , PENUNJUKAN ARBITER & ALAT BUKTI

Prosedur arbitrase dimulai dengan pendaftaran


dan penyampaian Permohonan kepada institusi
arbitrase yang ditunjuk dilengkapi dengan segala
alat bukti.
Dalam Permohonan dapat menunjuk seorang
arbiter atau menyerahkannya kepada Ketua institusi
arbitrase tersebut.
Permohonan arbitrase harus disertai pembayaran
biaya pendaftaran dan biaya administrasi kepada
institusi bersangkutan (BANI = Rp. 2.0 juta).
Pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan dimulai
sebelum biaya administrasi dilunasi.
ACARA & PROSES PEMERIKSAAN

Para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri


acara dan proses pemeriksaan arbitrase yang mereka
kehendaki untuk dilaksanakan oleh arbiter.
Pasal 31 ayat (1) UU No. 30/1999:
Para pihak dalam suatu perjanjian yang tegas dan tertulis, bebas
untuk menentukan acara arbitrase yang digunakan dalam
pemeriksaan sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam UU ini.
Tahap Pemeriksaan:
Awal pemeriksaan peristiwanya;
Penelitian atas bukti-bukti dan pembehasannya;
Dimungkinkan adanya mediasi; dan
Pengambilan putusan oleh Majelis Arbitrase
TATA CARA ARBITRASE

Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 1999


Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa dan
Arbitrase pemeriksaan arbitrase melalui tiga (3)
tahapan:
 Tahap Persiapan/Pra Pemeriksaan
 Tahap Pemeriksaan atau Penentuan
 Tahap Pelaksanaan
Hukum acara yang belaku dalam pemeriksaan
arbitrase diatur dalam Pasal 27 sampai Pasal 51 UU
No. 30/1999
Saksi dan Saksi Ahli

Pasal 49
(1) Atas perintah arbiter atau majelis arbitrase atau
atas permintaan para pihak dapat dipanggil
seorang saksi atau lebih atau seorang saksi ahli
atau lebih, untuk didengar keterangannya.
(2) Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi atau
saksi ahli dibebankan kepada pihak yg meminta.
(3) Sebelum memberikan keterangan, para saksi atau
saksi ahli wajib mengucapkan sumpah.
Saksi dan Saksi Ahli

Pasal 50
(1) Arbiter atau majelis arbitrase dapat meminta
bantuan seorang atau lebih saksi ahli untuk
memberikan keterangan tertulis mengenai surat
u persoalan khusus yang berhubungan dengan
pokok sengketa.
(2) Para pihak wajib memberikan segala keterangan
yang diperlukan oleh para saksi ahli.
Saksi dan Saksi Ahli

(3) Arbiter atau majelis arbitrase meneruskan salinan


keterangan saksi ahli tersebut kepada para pihak
agar dapat ditanggapi secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa.
(4) Apabila terdapat hal yang kurang jelas, atas
permintaan para pihak yang berkepentingan,
saksi ahli yang bersangkutan dapat didengar
keterangannya di muka sidang arbitrase dengan
dihadiri oleh para pihak atau kuasanya.
Berita Acara Pemeriksaan

Pasal 51
Terhadap kegiatan dalam pemeriksaan dan sidang
arbitrase dibuat berita acara pemeriksaan oleh
sekretaris.
PENUNJUKAN ARBITER
Masing-masing pihak menunjuk seorang arbiter dan kedua Arbiter
memilih arbiter ketiga (kalau gagal mencapai kesepakatan dapat
meminta Ketua Pengadilan Negeri (atau Ketua Lembaga Arbitrase
seperti BANI).
Arbiter ketiga diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase.
Penerimaan pengangkatan bersifat irrevocable (Pasal 19 UU
30/1990) dan menimbulkan perjanjian perdata antara arbiter
dengan yang menunjuk dalam arti arbiter akan memberi putusan
yang jujur, adil dan sesuai dengan hukum dan pihak yang
menunjuk akan menerima putusan secara final dan mengikat
(Pasal 17).
Tanggung jawab perdata (Pasal 20 dan 21): jika tanpa alasan yang
sah lalai menjatuhkan putusan dalam jangka waktu yang
ditentukan atau dalam hal adanya itikad tidak baik.
ARBITER

Arbiter harus memenuhi syarat:


 Cakap melakukan tindakan hukum
 Berumur paling rendah 35 tahun
 Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau
semenda sampai dengan derajat kedua dengan salah
satu pihak yang bersengketa;
 Tidak mempunyai kepentingan finansial/lain atas
putusan arbitrase;
 Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di
bidangnya paling sedikit 15 tahun.
Hakim, Jaksa, Panitera dan Pejabat peradilan lainnya tidak
dapat ditunjuk/diangkat sebagai arbiter.
Pasal 12 UU No. 30
STATUS ARBITER

Dipilih oleh/disepakati para pihak


Bukan pengacara/advokat
Bukan penasehat hukum,
Bukan konsultan
Bukan wakil

Dari Para Pihak Yang Memilih


TAHAP PEMERIKSAAN

Dengan telah dimulainya proses pemeriksaan setelah


dibentuknya Majelis Arbiter maka semua komunikasi
antara para pihak dengan arbiter harus dihentikan.
Semua informasi baik dalam bentuk surat menyurat
maupun dokumen atau alat bukti aslinya harus
diserahkan kepada panitera sidang disertai 5 salinan
masing-masing untuk para arbiter dan para pihak.
Semua informasi yang akan disampaikan secara lisan
hanya dapat diterima apabila didengar oleh para
arbiter dan para pihak dalam sidang, harus terdapat
keterbukaan diantara semua pihak.
TATA CARA PEMERIKSAAN

Prinsip Pemeriksaan:
Pemeriksaan tertutup
Menggunankan bahasa Indonesia atau bahasa lain atas
persetujuan arbiter
Para pihak mempunyai hak dan kesempatan yang sama (Audi
Alteram Partem - Pasal 29)
Pemberian kuasa dalam bentuk surat kuasa khusus.
Bebas Menentukan Cara Arbitrase:
Kebebasan memilih rule
Rule juga berisi jangka waktu penyelesaian dan tempat (bila tidak
ada arbiter yang menentukan)
Batas waktu penyelesaian:
Paling lama 180 sejak terbentuknya Majelis Arbitrase (Pasal 48)
Arbiter berwenang memperpanjang jangka waktu (Pasal 33)
TATA CARA PEMERIKSAAN
Hak & kewajiban Termohon:
Bila Termohon tidak memberi jawaban dalam tempo 14 hari, maka
dia dipanggil untuk menghadap persidangan (Pasal 41);
Termohon dapat mengajukan tuntutan balasan (Pasal 42).
Termohon tidak hadir, dijatuhkan putusan verstek.
Hak & kewajiban Pemohon:
Pemohon tidak hadir surat tuntutan digugurkan dan tugas arbiter
dianggap selesai (Pasal 43).
Para pihak datang menghadap:
Arbiter terlebih dahulu mengusahakan perdamaian;
Bila tercapai perdamaian, arbiter membuat Akta Perdamaoan yang
sifatnya final dan mengikat;
Bila tidak dilaksanakan dengan suka rela dapat diminta eksekusi ke
Pengadilan Negeri .

Vous aimerez peut-être aussi