Vous êtes sur la page 1sur 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TRAUMA
NEUROLOGI

DEWI NURVIANA
Pengertian

Cedera kepala adalah salah satu gangguan


traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa
disertai perdarahan interstitial dalam substansi
otak tanpa diikuti terputusnya kontuinitas otak.
Penyebab utama cedera kepala adalah kecelakaan
lalu lintas, jatuh, kecelakaan industri, pukulan dan
cedera olahraga (Hudak dkk, 1996)
MEKANISME CEDERA
KEPALA
 Akselerasi
 Deselerasi
 Deformitas
Patofisiologi
 Patofisiologi cedera kepala dapat
digolongkan menjadi 2 proses yaitu :
cedera otak primer dan cedera otak
sekunder
 Cedera otak primer merupakan suatu
proses biomekanik yang dapat terjadi
secara langsung pada saat terjadi trauma
 Cedera otak sekunder terjadi akibat
cedera primer : hipoksia, perdarahan.
 Perdarahan terbagi menjadi tiga :
 Epidural hematom
 Subdural hematom
 Intraserebral hematom
Klasifikasi Cedera Kepala
a. Komosio serebri : gangguan fungsi neurologik
ringan tanpa adanya kerusakan struktur otak,
terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10
menit, tanpa disertai amnesia,
mual,muntah,nyeri kepala.
b. Kontusio serebri : gangguan fungsi
neurologik disertai kerusakan jaringan otak
tetapi kontuinitas otak masih utuh,
hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit
c. Laserasio serebri : GFN disertai kerusakan
otak yang berat dengan fraktur tengkorak
terbuka.
2. Klasifikasi Klinis Cedera Kepala
 Tingkat I
 Tingkat II
 Tingkat III
 Tingkat IV
Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala berdasarkan Nilai
Glasgow Coma Scale(GCS).
Penentuan keparahan Deskripsi Frekuensi
Minor GCS 13 – 15 55 %
Dapat terjadi kehilangan
kesadaran atau amnesia tetapi
kurang dari 30 menit.
Tidak ada fraktur tengkorak, tidak
ada kontusio serebral, hematoma
GCS 9 – 12
Sedang 24 %
Kehilangan kesadaran dan atau
amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur
tengkorak
GCS 3 – 8
Kehilanmgan kesadaran dan atau

Berat terjadi amnesia lebih dari 24 jam 21 %


Juga meliputi kontusio serebral,
laserasi, atau hematoma
intracranial.
Manifestasi Klinis
 Manifestasi klinis cedera otak meliputi gangguan kesadaran,
fraktur tengkorak, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba deficit
neurologik, dan perubahan tanda vital. Mungkin ada
gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensori,
kejang otot, sakit kepala, gangguan pergerakan, kejang,
dan banyak efek lainnya. Karena cedera SSP sendiri tidak
meyebabkan syok, adanya syok hipovolemik menunjukkan
kemungkinan cedera multisistem.
Pengkajian

 BREATHING
 BLOOD
 BRAIN
 BLADDER
 BOWEL
 BONE
Cedera Medula Spinalis
 Keadaan patologis akut pada medula
spinalis yang diakibatkan terputusnya
komunikasi sensori dan motorik dengan
susunan saraf pusat dan saraf perifer.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan cedera medulla spinalis
seperti :
 Quadriplegia adalah keadaan paralisis/kelumpuhan pada semua
ekstremitas dan terjadi akibat trauma pada segmen torakal I (TI) ke
atas. Kerusakan pada level ini akan merusak fungsi system saraf
otonom khususnya saraf simpatis misalnya adanya gangguan
pernapasan.
 Komplit Quadriplegia adalah gambaran dari hilangnya fungsi medulla
karena kerusakan di atas segmen Cervikal 6 (C6).
 Inkomplit Quadriplegia adalah hilangnya fungsi neurologic karena
kerusakan dibawah segmen cervical 6 (C6).
 Respiratori Quadriplegia (pentaplagia) adalah kerusakan yang terjadi
pada cervical bagian atas (C1 – C4) sehingga terjadi gangguan
pernapasan.
 Paraplegia adalah paralisis ekstremitas bagian bawah, terjadi akibat
kerusakan pada segmen torakal 2 (T2) ke bawah.
 Cedera medulla spinalis dapat diklasifikasikan :
 Komosio medulla spinalis adalah suatu keadaan dimana
fungsi medulla spinalis hilang sementara tanpa disertai
gejala sisa atau sembuh secara sempurna. Kerusakan
pada komosio medulla spinalis dapat berupa edema,
perdarahan verivaskuler kecil-kecil dan infark pada sekitar
pembuluh darah.
 Kompresi medulla spinalis berhubungan dengan cedera
vertebra akibat dari tekanan pada medulla spinalis.
 Kontusio adalah kondisi dimana terjadi kerusakan pada
vertebra ligament dengan terjadinya perdarahan, edema,
perubahan neuron dan reaksi peradangan.
 Laserasi medulla spinalis merupakan kondisi yang berat
karena terjadi kerusakan medulla spinalis. Biasanya
disebabkan karena dislokasi, luka tembak. Hilangnya
fungsi medulla spinalis umumnya bersifat permanen.
Pengkajian
 System pernapasan
Gangguan pernapasan, menurunnya vital
kapasitas, menggunakan otot-otot
pernapasan tambahan.
 System kardiovaskular
Bradikardia, disritmia, hipotensi.
 System neurologi
Nilai GCS karena 20% cedera medulla
spinalis disertai cedera kepala.
 Fungsi motorik
Kehilangan sebagian atau seluruh gerakan motorik dibawah garis
kerusakan, adanya quadriplegia, paraplegia.
 Reflex tendon
Adanya spinal shock seperti hilangnya reflex dibawah garis
kerusakan, post spinal shock seperti adanya hiperefleksia (pada
gangguan upper motor neuron/UMN) dan flaccid pada gangguan
lower motor neuron/LMN.
 Fungsi sensorik
Hilangnya sensasi sebagian atau seluruh bagian dibawah garis
kerusakan.
 Fungsi otonom
Hilangnya tonus ,kerusakan termoregulator.
Autonomic hiperefleksia (kerusakan pada T6 ke atas)
Adanya nyeri kepala, peningkatan tekanan darah, bradikardia,
hidung tersumbat, cemas dan gangguan penglihatan.
 System gastrointestinal
Pengosongan lambung yang lama, ileus paralitik, tidak ada bising
usus, feses keras atau inkontinensia.
 System urinaria
Retensi urine, inkontinensia
 System musculoskeletal
Atropi otot, kontraktur, menurunya gerak sendi (ROM)
 Kulit
Adanya kemerahan pada daerah yang tertekan (tanda awal
dekubitus)
 Fungsi seksual
Impoten. Gangguan ereksi, ejakulasi, menstruasi tidak teratur
 Psikososial
Reaksi pasien dan keluarga, masalah keuangan, hubungan dengan
masyarakat.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
• Perubahan /gangguan perfusi jaringan
• pola napas tidak efektif
• Bersihan jalan napas tidak efektif
• Perubahan Persepsi sensori
• Kerusakan mobilitas fisik
• Risiko tinggi terhadap infeksi
• Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
• Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan
• Gangguan integritas kulit
• Gangguan eliminasi urine
• Gangguan eliminasi bowel
• Gangguan konsep diri
INTERVENSI KEP
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji frekuensi napas
• Pertahankan jalan napas paten
• Kaji pupil
• Monitoring TTV
PRIORITAS KEPERAWATAN
 Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral.
 Mencegah atau meminimalkan
komplikasi.
 Mengoptimalkan fungsi
otak/mengembalikan pada keadaan
sebelum terjadi trauma.
 Menyokong proses koping dan pemulihan
keluarga.
 Memberikan informasi mengenai
proses/prognosis penyakit, rencana
tindakan dan sumber daya yang ada .

Vous aimerez peut-être aussi