Vous êtes sur la page 1sur 22

ASMA PADA

ANAK
Sintya Ramadani()
Fakultas Kebidanan
Latar Belakang

Penyakit asma di Indonesia termasuk dalam sepuluh besar


penyakit penyebab kesakitan dan kematian. Angka kejadian asma
tertinggi dari hasil survey Riskesdas di tahun 2013 mencapai 4.5%
dengan penderita terbanyak adalah perempuan yaitu 4.6 % dan
laki-laki sebanyak 4.4% (Kemenkes RI, 2014).
Menurut Depkes RI angka kejadian asma pada anak dan bayi
sekitar 10-85%. Departemen kesehatan juga memperkirakan
penyakit asma termasuk 10 besar penyebab tingginya angka
kesakitan dan kematian di Rumah Sakit serta diperkirakan 10%
dari 25 juta penduduk Indonesia menderita asma. Apabila tidak
dilakukan pencegahan prevalensi asma akan semakin meningkat
pada masa yang akan datang.
Defenisi
Asma merupakan penyakit
heterogen dengan karakteristik
adanya inflamasi saluran napas
kronis. Penyakit ini ditandai
dengan riwayat gejala saluran
napas berupa wheezing, sesak
napas, dada terasa berat, dan
batuk yang intensitasnya bervariasi
dari waktu ke waktu, serta adanya
keterbatasan aliran udara ekspirasi
yang bervariasi (GINA, 2016)
Etiologi
Prediposisi

Beberapa genetik dimana yang diturunkan adalah


bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas

Presipitasi

A. Alergren
1. Inhalan
2. Ingestan
3. Kontaktan
B. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma.

C. Stress
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada.
Patofisiologi

Proses terjadinya
asma
P Obstruksi saluran respiratori.
Penyempitan saluran nafas yang terjadi pada pasien asma dapat disebabkan oleh
A banyak faktor. Penyebab utamanya adalah kontraksi otot polos bronkial.
T
O Hiperaktivitas saluran respiratori
F Mekanisme terhadap reaktivitas yang berlebihan bronkus yang menyebabkan
I penyempitan saluran napas.
S
I Otot polos saluran respiratori
O Kelainan ini disebabkan oleh perubahan pada aparatus kontraktil pada
bagian elastisitas jaringan otot polos atau pada matriks ektraselularnya.
L
O Hipersekresi mucus
G Obstruksi yang luas akibat penumpukan mukus saluran nafas hampir selalu
I ditemukan pada asma yang fatal dan menjadi penyebab ostruksi saluran nafas
yang persisiten pada serangan asma berat.
Tanda dan Gejala

Batuk Keras

Suara Mengi

Sulit Bernafas Lega

Dada Sesak
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
• Ketika anak batuk parah dimalam hari dan disertai kesulitan
bernafas, anda harus berkonsultasi dengan dokter.

Sering mengalami infeksi


saluran pernafasan
• Infeksi pernafasan sering dianggap sebagai faktor risiko untuk
pengembangan asma. Infeksi dan radang akan membuat jalan
nafas tersumbat, menyebabkan anak sulit bernafas.

Dihembuskan oksida nitrat


• Dengan dihembuskan uji oksida nitrat, anda dapat menemukan
apakah anak memiliki peradangan saluran nafas.
Pemeriksaan Penunjang
a. Spirometri : untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi:
1. Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2. Tes provokasi bronchial untuk menunjang adanya hiperaktivitas
bronkus, test provokasi dilakukan bila tidak dilakukan test spirometri.
3. Tes kulit: untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam
tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum.(Rosyida, 2013).
Penatalaksanaan
• Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernafasan, bisa dirawat di rumah hanya dengan
terapi penunjang.
• Anak dengan distress pernapasan atau mengalami wheezing berulang, beri salbutamol yang berfungsi
melebarkan saluran udara pada paru-paru, 0bat ini diberikan dengan cara nebulisasi.
• Jika anak mengalami sianosis sentral (biru pada bibir, kulit, dan lidah) atau tidak bisa minum, rawat dan
beri terapi oksigen.
• Jika anak dirawat dirumah sakit, beri oksigen,bronkodilator kerja-cepat dan dosis pertama steroid dengan
segera.
• Respons positif (distres pernafasan berkurang, udara masuk terdengar lebih baik saat auskultasi) harus
terlihat dalam waktu 20 menit. Bila tidak terjadi, beri bronkodilator kerja cepat dengan interval 20 menit.
• Jika tidak ada respons setelah 3 dosis bronkodilator kerja-cepat, beri aminofilin IV.
Tinjauan kasus
Data subjektif dan objektif yang didapat
Pemeriksaan fisik
Masalah dan Tindakan
Evaluasi akhir
Pengkajian

Dari hasil pengkajian penulis mendapatkan kesamaan


tanda dan gejala seperti: dyspnea, wheezing dan ronchi, di
paru kiri dan badan lemas. Yang tidak ditemui pada pasien
adalah nyeri dada, cyanosis, serta mual dan muntah. Menurut
analisa penulis tanda dan gejala di atas tidak ditemukan
karena pasien sudah mendapat terapi oksigen 2 l/menit
sejak masuk ke RS dr.REKSODIWIRYO Padang (di IGD) serta
anak yang mengalami tanda dan gejala pada stadium
sedang dan segera dibawa ke RS untuk mendapatkan
pengobatan.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang ditemukan pada pasien maka diagnosa keperawatan
yang diangkat adalah: ketidak efektifan jalan nafas, diagnosa ini penulis angkat
sebagai diagnosa primer karena pada saat pengkajian pasien mengeluh masih
sesak dan pernafasan 35 x/menit.

Gangguan pola pernafasan, diagnosa keperawatan ini penulis angkat sebagai


diagnosa kedua karena pasien mengeluh masih sesak untuk bernafas dan
mengatakan lebih enak bernafas dalam posisi duduk. Pernafasan pasien 35
x/menit. Intoleransi aktivitas dalam melakukan perawatan diri berhubungan
dengan sesak nafas.

kelemahan fisik, diagnosa ini diangkat karena pada saat pengkajian pasien
dibantu penuh oleh perawat dan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan dasar
anak karena anak tampak lemah.
Perencanaan Perencanaan disusun bersama
pasien dan keluarga disesuaikan
dengan gangguan yang terjadi.
Perencanaan lebih ditekankan
mengobservasi tanda-tanda vital
terutama pernafasan.
Implementasi

Semua rencana keperawatan yang disusun dapat


dilaksanakan dari implementasi dilaksanakan dalam
bentuk observasi, tindakan keperawatan dan
penyuluhan pada pasien dan keluarga.
Evaluasi

Setelah melakukan tindakan keperawatan maka dilakukan


evaluasi berdasarkan masalah yang muncul pada pasien:
ketidak efektifan jalan nafas sudah teratasi karena anak tidak
mengeluh sesak lagi. Therapi oksigen sudah dihentikan dan
pernafasan 21 x/menit. Gangguan pola nafas sudah teratasi
karena anak mengatakan dapat bernafas lega. Intoleransi
aktivitas sudah teratasi karena anak sudah tidak sulit bernafas,
anak dapat melakukan kebutuhan dasarnya seperti mandi,
makan minum, serta buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri.
Kesimpulan dan Saran

Asma Bronchiale adalah suatu


Dengan disusunnya makalah
penyakit serius yang biasa
ini diharapkan kepada semua
dialami oleh anak-anak pada
pembaca agar dapat menelaah
usia rata-rata 5 tahun pada
dan memahami apa yang telah
tahun pertama. Berat dan
terulis dalam makalah ini
perjalanan asma sulit
sehingga sedikit banyak bisa
diramalkan. Karena kadang-
menambah pengetahuan
kadang hanya terserang
pembaca.
ringan sampai sedang.

Vous aimerez peut-être aussi