Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Antijamur
Annisa Nadya Pradita
110 2013 037
Fitzpatrick, 2012
Outline
Agen Topikal Agen Oral
Polyen Vorikonazol
Fitzpatrick, 2012
Aplikasi Agen Topikal
Indikasi Umum Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan
Infeksi jamur superfisial:
• Luas dan derajat keparahan
Dermatofitosis, kandidiasis, infeksi
pitiriasis versikolor • Lokasi infeksi
• Komorbid/kemungkinan
Keuntungan interaksi obat
• Efikasi terapi
• Efek samping lebih sedikit • Kemudahan penggunaan
• Interaksi obat lebih jarang
• Terapi lokal
• Umumnya lebih murah
Fitzpatrick, 2012
Agen Antijamur
Sifat Antijamur Topikal yang Ideal
• Spektrum luas
Imidazol
• Bersifat fungisidal pada konsentrasi
Kelas Obat
terapeutik
• Tidak ada resistensi pada target Alilamin & Benzilamin
• Keratinofilik penetrasi ke melewati
jaringan berkeratin tanpa absorpsi
Sistemik Polyen
• Tidak iritatif dan hipoalergenik
• Memiliki efek anti-inflamasi
Lainnya
• Aplikasi 1 x/hari (atau kurang)
• Durasi terapi singkat (hingga sembuh)
• Tersedia dalam berbagai bentuk formulasi (krim, solusio, dll)
• Terjangkau biaya Fitzpatrick, 2012
Antifungal Agents
Reaksi Obat
Fitzpatrick, 2012
Imidazol
Fitzpatrick, 2012
Imidazoles
Deskripsi Umum Mekanisme Kerja
• Spektrum Luas • Agen Fungistatik
• Mengganggu sintesis salah satu
komponen dinding sel
Farmakokinetik • Inhibisi enzim lanosterol 14α-
demethylase hambat konversi
• Penetrasi stratum korneum lanosterol deplesi ergosterol
sangat baik + efek keratinofilik instabilitas dan hiperpermeabilitas
kuat membran
• Afinitas yang tinggib terhadap • Memiliki efek anti-inlamasi dan
keratin absorpsi minimal antibakteri (terbatas)
Fitzpatrick, 2012
Imidazol
Indikasi
• Dermatofitosis • Losio untuk infeksi luas dan infeksi
– Tinea pedis/tinea manum
– Tinea kruris pada kulit berambut
– Tinea korporis
– Tinea fasialis
• Pitiriasis versikolor Regimen
• Kandidiasis mukokutan
• 1 atau 2 kali/hari
– Kandidiasis kutan
• Harus melibatkan kulit normal hingga 2 cm dari
– Kandidiasis vulvovaginalis tepi lesi
– Kandidiasis oral • Durasi:
– Perleche – Tinea korporis & kruris 2 minggu
• Dermatitis seboroik – Tinea pedis hingga 4 minggu
• Terapi harus dilanjutkan setidaknya 1 minggu
Fitzpatrick, 2012
setelah gejala hilang
Imidazol
Risiko Komplikasi
• Secara umum sama dengan agen • Reaksi obat jarang terjadi
topikal lain
• Klotrimazol tersedia dalam • Pada resipien transplantasi
kombinasi dengan bethametason ginjal ↑ kadar takrolimus
• bethametasone dipropionate serum
lebih efektif
– Efek samping: striae dan efek • Resistensi C. Albicans pada
samping steroid lainnya pasien HIV positif
– Laju relaps lebih tinggi
Fitzpatrick, 2012
Imidazol
Fitzpatrick, 2012
Alilamin dan Benzilamin
Fitzpatrick, 2012
Alilamin & Benzilamin
Farmakokinetik Mekanisme Kerja
• Agen fungisidal
• Larut lemak – Akumulasi squalene di dalam sel
kematian sel
• Penetrasi ke stratum korneum
• Inhibisi enzim squalene epoxidase
efisien durasi lebih panjang hambat konversi squalene
• MIC dicapai pada st. Korneum oksida mengganggu sintesis
dalam 72 jam bertahan ergosterol
hingga 7 hari • Tidak bergantung CYP450
• Absorpsi sistemik rendah • Memiliki efek anti-inflamasi &
ekskresi urin hanya 3-5% antibakteri (terbatas)
Fitzpatrick, 2012
Alilamin & Benzilamin
Indikasi
• Dermatofitosis • Pada beberapa kasus lebih dipilih
– Tinea pedis/tinea menum daripada imidazol
– Tinea kruris – Tinea pedis terbinafin topikal 1
– Tinea korporis minggu = imidazol topikal 4 minggu
• Tinea fasialis
• Pitiriasis versikolor
• Sama dengan agen topikal pada
umumnya
Risiko
• Hanya sedikit, interaksi terbinafin-
Komplikasi acenocoumarol
Fitzpatrick, 2012
Alilamin & Benzilamin
Regimen
Fitzpatrick, 2012
Polyen
Fitzpatrick, 2012
Polyen
Deskripsi Umum Mekanisme Kerja
• Agen antijamur spesifik • Pada konsentrasi rendah
pertama yang ditemukan fungistatik
• Pada konsentrasi tinggi fungisidal
Farmakokinetik • Berikatan secara ireversibel dengan
sterol permeabilitas membran ↑
• Tidak larut air kebocoran kompoinen intrasel
• Tidak diabsorpsi pada kulit yang esensial kematian sel jamur
yang intak, saluran cerna,
maupun vagina
Fitzpatrick, 2012
Polyen
Indikasi Risiko
• Nistatin kandidiasis • Sama dengan agen topikal lain
mukokutan
• Tidak lagi digunakan untuk • Anafilaksis
kandidiasis vulvovaginalis
• Tidak efektif pada infeksi
• Tersedia dalam kombinasi
dermatofita dan pityrosporum dengan triamsinolon efek
samping steroid
Complications
• Kombinasi dengan etilenediamin
• Sedikit dermatitis kontak alergi
• Resistensi Fitzpatrick, 2012
Polyen
Regimen
• Tersedia dalam bedak, krim, salep, suspensi, dan pasta
• Kandidiasis oral suspensi/pastal 4-5 x/hari selama 2 minggu
• Infeksi kutan bedak/krim/salep 2 x/hari selama 2 minggu
Fitzpatrick, 2012
Agen Lainnya
Fitzpatrick, 2012
Siklopiroks Olamin
Deskripsi Umum Mekanisme Kerja
• Agen antijamur hidroksipiridon • Mengganggu transpor aktif prekusor
sel yang esensial melalui membran
(kation trivalen) mengganggu
fungsi sel kematias sel
Farmakokinetik
• Konsentrasi tinggi mengganggu
• Mudah penetrasi keratin integritas membran
termasuk kuku jari • Efek anti-inflamasi dan antibakteri
• 10% dosis yang diaplikasikan spektrum luas
diekskresi melalui urin
Fitzpatrick, 2012
Siklopiroks Olamin
Indikasi Risiko
• Dermatofitosis & onikomikosis, • Sama seperti agen topikal lainnya
• Dermatitis kontak alergi (jarang)
kandidiasis, pitiriasis versikolor, • Reaksi alergi
dermatitis seboroik, infeksi
kutan Regimen
• Tersedia dalam berbagai bentuk formulasi
• Kandidiasi kutan, dermatofitosis & pitiriasis
Komplikasi versikolor 2 x/hari selama 2 minggu – 1
bulan
• Jarang • Dermatitis seboroik shampo 2 x/minggu,
durasi tidak tetap
• Onikomikosis nail lacquer selama 48 minggu
Fitzpatrick, 2012
Tolnaftat
Fitzpatrick, 2012
Tolnaftat
Mekanisme Kerja Farmakokinetik
• Fungistatik & fungisidal (tergantung • Hanya sedikit data yang tersedia
konsentrasi) • Dipikirkan absorpsi sistemik sangat rendah
• Mekanisme tepatnya belum
diketahui Indikasi
– Mengganggu sintesis ergosterol melalui
inhibisi squalene epoxidase yang • Dermatofitosis & pitiriasis versikolor
berbeda dengan alilamin & benzilamin
• Tidak efektif untuk kiandidiasis
Risiko Komplikasi
• Sama dengan agen topikal lain • jarang
Fitzpatrick, 2012
Tolnaftat
Regimen
• Rekomendasi
– 2 x/hari selama setidaknya 2-4 minggu, hingga 6 minggu untuk kulit yang hiperkeratotik
– Dilanjutkan 2 minggu setelah resolusi
Fitzpatrick, 2012
Asam Undesilenat
Fitzpatrick, 2012
Asam Undesilenat
Mekanisme Kerja Farmakokinetik
• Masih belum jelas • Tersedia sebagai zinc, kalsium, atau
• Teori: garam tembaga
– Asam organik berinteraksi • Jika garam gagal mengalami
dengan komponen dinding disosiasi menghilangkan sifat
sel fungi antijamur
– Pada kandida • Absorpsi sistemik sangat rendah
menghambat pembentukan • Zinc undecylenate efek astringen
tuba germinalis
Fitzpatrick, 2012
Asam Undesilenat
Indikasi Risiko & Komplikasi
• Dermatofitosis dan kandidiasis • Risiko sama dengan agen topikal lain
• Kurang efektif untuk tinea • Dermatitis kontak alergik
pedis • Berbau amis
• Komplikasi sedikit
• Herpes labialis
– Menurunkan insidensis dan
durasi pelepasa virus, Regimen
mengurangi nyeri dan • Bedak tabur, aerosol, krim, dan solusio
tenderness • 2 x/hari selama 4 minggu
Fitzpatrick, 2012
Agen Antijamur Oral
Fitzpatrick, 2012
Sekilas
Gambaran Umum
Kelas Obat
• Indikasi infeksi jamur
ekstensif, tinea pedis, • Alilamin (terbinafin)
onikomikosis, dan tinea kapitis • Triazol (itrakonazol, flukonazol)
• Terapi pencegahan individu • Imidazol (ketokonazol)
imunokompromais • Griseofulvin
• Pilihan dan durasi terapi • Polyen (nistatin, amfoterisin B)
berdasarkan spesiasi infeksi • Ciclopirox olamine
jamur
Fitzpatrick, 2012
Alilamin: Terbinafin
Fitzpatrick, 2012
Alilamin: Terbinafin
Mekanisme Kerja Farmakokinetik
• Menghambat ezim squalene • Di absorbsi baik di GIT, paling banyak
epoxidase blok biosintesis di kilomikron
ergosterol • Sangat lipofilik dan keratofilik
• Akumulasi squalene • Terdistribusi luas melalui kulit dan
membran sel melemah jaringan adiposa
fungisidal • Di metabolisme di hati CYP2D6
• Defisiensi ergosterol • 80% di ekskresikan di urin, sisanya
fungistatik melaluifeses
Fitzpatrick, 2012
Alilamin: Terbinafin
Pharmacokinetics
• Indikasi (FDA) • Pediatrik
– BB <25 kg 125 mg/hari
– Onikomikosis ec dermatofita – BB 25-35 kg 187,5 mg/hari
(tinea unguium) – BB > 35 kg 250 mg/hari
– Lama terapi 6 minggu
– Tinea kapitis (usia >4 tahun)
• Dewasa
• Penggunaan lain – 250 mg/hari selama 12 minggu
• Geriatri
– Onikomikosis ec Candida sp. – Ditoleransi dengan baik, tidak ada perhatian
khusus
– Tinea korporis, kruris, pedis • Ibu hamil
– Kategori B
Fitzpatrick, 2012
Alilamin: Terbinafin
Inisiasi & Pemantauan Interaksi Obat
• Hasil positif (KOH, kultur, histologi) • Bersihan plasma meningkan
harus didapatkan sebelum terapi dengan rifampin, menurun
• Pemeriksaan kadar transaminase dengan simetidin
sebelum terapi
• Pemantauan • Terbinafin meningkatkan
– Fungsi hepar setelah 6 minggu bersihan siklosporin
terapi • Menghambat CYP2D6
– DPL pada pasien menurunkan metabolisme
imunodefisiensi yang sedang antidepresan trisiklik & obat
terapi terbinafin >6 minggu psikotropik lain
Fitzpatrick, 2012
Alilamin: Terbinafin
• Kontraindikasi Risiko & Komplikasi
– Hipersensitivitas terhadap terbinafin
• Perhatian khusus
• Efek samping
– Kehamilan (kategori B) & laktasi – Nyeri kepala, erupsi
– Gangguan hepatik aktif atau kronik eksantematosa, acute generalized
– Gangguan ginjal (bersihan kreatinin <50 exanthematous pustulosis,
mL/menit) psoriasis pustular, lupus
– Imunodefisiensi/imunosupresi eritematosus kutan subakut, nyeri
dada, peningkatan parameter lab,
Bukti kerusakan hepar hentikan terapi penurunan pengecapan, lelah,
Imunodefisiensi DPL awal dan setiap 6 bulan, malaise
terapi dihentikan bilan neutrofil <1000/mm3
Fitzpatrick, 2012
Alilamin: Terbinafin
Fitzpatrick, 2012
Triazol
Fitzpatrick, 2012
Itrakonazol
Mekanisme Kerja Farmakokinetik
• Inhibisi of 14-α- • Konsentrasi serum dipengaruhi oleh
makanan dan keasaman lambung
demethylase hambat
• Waktu paruh eliminasi terminal
konversi lanosterol menjadi
– 21 jam untuk itrakonazol
ergosterol akumulasi 14-
– 12 jam untuk metabolitnya
α-methylsterols
• Pasien dengan sirosis hepatik
gangguan permeabilitas
– Absorpsi sedikit meningkat, waktu
membran kematian sel paruh memanjang
Fitzpatrick, 2012
Itrakonazol
Indikasi Inisiasi & Pemantauan
• FDA • Hasil positif (KOH, kultur, histologi) harus didapatkan
– Onikomikosis ec dermatofita (pasien sebelum terapi
imunokompeten) • Pemeriksan kadar transaminase pre-terapi
• Terapi kontinyu untuk kuku tangan dan kaki
• Terapi denyut untuk kuku tangan • Pemantauan:
– Mikosis sitemik (blastomikosis, – Fungsi hepar pasien dengan penyakit hepar, riwayat toksisitasi
histoplasmosis, aspergilosis) hepar dengan obat lain
Fitzpatrick, 2012
Fitzpatrick, 2012
Flukonazol
Mekanisme Kerja Farmakokinetik
• Fungistatik • Absorpsi tidak bergantung pada keasaman
lambung
• Mekanisme kerja sama dengan • Waktu paruh 25-30 jam
itrakonazol • Kadar yang tetap dicapai dalam 7 hari
dengan pemberian satu kali/hari
• 80% diekskresikan dalam bentuk yang sama
melalui urin, 2% melalui feses, 11% dalam
bentuk metabolit melalui urin
• Terakumulasi di CSS dan cairan tubuh lain
Fitzpatrick, 2012
Flukonazol
Inisiasi & Pemantauan Komplikasi
• Hasil positif (KOH, kultur, • Gejala gastrointestinal
histologi) harus didapatkan • Fixed drug eruption,
sebelum terapi trombositopenia, amenorea transien,
• Pemantauan peningkatan parameter fungsi hepar
– Kadar obat dalam darah pada dan kreatin fosfokinase serum,
pasien dengan penyakit ginjal pusing, anoreksia, alopesia
Fitzpatrick, 2012
Flukonazol
Risiko & Perhatian Khusus Interaksi Obat
• Inhibisi CYP3A4 dan
• Kontraindikasi
– Hipersensitivitas
CYP2C9 bergantung
– Pemberian bersamaan dengan cisapride dosis
• Risiko & perhatian khusus – Peningkatan konsentrasi
– Hipersensitivitas terhadap azol lain
– Kondisi kadriak proartimia plasma obat-obat yang
– Gangguan hepar dimetabolisme enzim ini
– Gangguan ginjal (perlu penyesuaian dosis)
– Kehamilan (kategori C) dan laktasi
Fitzpatrick, 2012
Fitzpatrick, 2012
Vorikonazol
• Indikasi: penyakit jamur invasif, khususnya aspergilosis
• Formulasi Oral dan IV
• Efek Samping:
– Efek samping kutan, reaksi fotosensitivitas, pseudoforia,
sindroma steven-johnson, nekrolisis epidermal toksik,
melanoma in situ
Fitzpatrick, 2012
Imidazol
Fitzpatrick, 2012
Ketokonazol
• Azol antifungal oral yang pertama
• Menyebabkan banyak reaksi tidak lagi digunakan sebagai lini
pertama
• Indikasi infeksi dermatofita atau ragi
Fitzpatrick, 2012
Lain-lain
Fitzpatrick, 2012
Griseofulvin
Mekanisme Kerja Farmakokinetik
• Mengganggu pembentukan • Absorpsi meningkat dengan makanan
spindle mitotik mikrotubulus berlemak, formulasi dengan ukuran partikel
yang lebih kecil
mitosis berhenti
• Dimetabolisme di hepar
Inisiasi dan Pemantauan Komplikasi
• Hasil positif (KOH, kultur, • Efek samping terkait sistem Gastrointestinal dan
histologi) harus didapatkan Sistem Saraf Pusat
sebelum terapi • LES, reaksi kulit berat (SSJ, angioedema), reaksi
• Tidak ada pemantauan spesifik fotosensitivitas
Fitzpatrick, 2012
Griseofulvin
Risiko & Perhatian Khusus Interaksi Obat
Fitzpatrick, 2012
Fitzpatrick, 2012
Obat Antijamur Oral pada Pasien
Imunokompromais
Fitzpatrick, 2012
Pasien Imunokompromais
• Untuk terapi dan pencegahan infeksi jamur
– Kandidiasis dan aspergilosis (paling sering)
• Itrakonazol solusio 100 mg/hari selama 14 hari
• Flukonazol 100 mg/hari selama 14 hari
• Posakonazol sama efektifnya dengan flukonazol
– Digunakan pada pasien dengan infeksi kandida yang resisten terhadap
flukonazol
• Obat kelas baru:
– Ekinokandin mentargetkan sintesis β-1,3-D-glucan synthesis pada
dinding sel jamur
Fitzpatrick, 2012
Daftar Pustaka
• High WA, James EF. Topical Antifungal Agents. Dalam: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New
York. McGraw-Hill: 2012. h.2677-2684.
• Jacob R, Nellie K. Topical Antifungal Agents. Dalam: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New
York. McGraw-Hill:2012. h.2796-2806.
Fitzpatrick, 2012