• Ilmu bagi manusia terkait erat dengan masalah nilai dan etika ilmu, masalah kebenaran, masalah kemajuan ilmu, dan teknologi, tidak jarang pula membahas hakikat sesuatu. Kebenaran dan penciptaan pembicaraan ini memang berkaitan anatar keberadaan alam, manusia, dan penciptaannya yang pada umumnya mengakui adanya kekuatan supranatural pada adanya Tuhan. LANJUTAN • Dengan mengamati dan memikirkan serta merenungkan keberadaan alam dan manusia, baik melalui argumentasi kosmologis maupun argumentasi ontologis. Ini membuktikan bahwa pembahasan ilmu kosmologikal dalam prosesnya, tidak dapat melepaskan diri dari agama. • Menurut pandangan Islam, keberadaan agama Islam menjadi sumber motivasi pengembangan ilmu. Agama Islam yang bersumberkan Al Qur’an dan Hadist mengajar dan mendidik manusia untuk berpikir dan menganalisis tentang unsur kejadian alam semesta beserta isinya. Dengan demikian, agama telah memberikan ruang lingkup bagi pengembangan ilmu dan teknologi dan pemikiran bahwa kemajuan dan teknologi jangan sampai menjauhkan apalagi menghapuskan peran agama. LANJUTAN • Persoalan sains dalam Islam tidak begitu saja diterima, apakah benar agam Islam saling melengkapi dengan pengetahuan alam secara harmonis ataukah terjadi benturan antara sistem metafisika yang didasarkan pada agama dengan tuntutan akal dengan penelitian empiris? • Selama ini terjadi perdebatan dan ketidaksepakatan antara muslim reformis, modernis, dan ortodoks satu dengan yang lain tentang masalah Islam dan sains. LANJUTAN • Persoalan ilmu tidak saja mengenai bagaimana keberadaan ilmu itu sendiri, dan bagaiman cara memperolehnya. Akan tetapi, menyangkut juga bagaimana ilmu itu diaplikasikan, yang setidaknya harus memahami tiang-tiang penyangga ilmu pengetahuan yaitu ontology, epistemology, dan aksiologi. • Akan lebih sempurna, jika ilmu yang dilaksanakan dengan pertimbangan etika diperkuat dengan nilai-nilai religiusitas. Mengapa? Karena kebenaran ilmu adalah kebenaran ilmiah yang temporal, sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran absolut. LANJUTAN • “Science without religion is blind, religion without science is lame”. • Artinya, Ilmu tanpa agama akan buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh (Albert Einstein). E. TANGGUNG JAWAB SOSIAL ILMUAN • Apabila ilmuan terus menerus membangun teori dan melepaskan diri dengan sosialnya, akan membuat jarak antara ilmu dan masyarakat. • Ilmuwan harus sering melakukan komunikasi dengan masyarakat, bisa dalam bentuk diskusi-diskusi bebas atau bersama-sama membangun wacana. LANJUTAN • Untuk membahas ruang lingkup yang menjadi tanggung jawab seorang ilmuan, maka hal ini dapat dikembalikan pada hakekat ilmu itu sendiri. • Sering dikatakan ilmu itu terbebas dari system nilai. • Contoh: • Saklar lampu akan tetap menyala jika saklar ditekan dengan maksud untuk menyalakan lampu. Hal ini tidak dipengaruhi oleh nilai dari orang yang menekan saklar lampu tersebut terlepas apapun agamanya. Ilmu itu netral, yang menjadikannya bernilai adalah para ilmuan itu sendiri. LANJUTAN • Pada akhirnya seorang ilmuan harus memiliki tanggung jawab moral dalam mengembangkan teori-teori yang dibangunnya. • Artinya : ilmu tidak hanya menjadikan alam maupun manusia sebagai obyek belaka, lebih dari itu melibatkan manusia dan alam secara langsung dengan menjaga harkat dan martabat alam dan manusia itu sendiri.