Vous êtes sur la page 1sur 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

P DENGAN
STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NA’IM
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING
DEFINISI STROKE

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering di jumpai dan


harus di tangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang di sebabkan karena terjadi pada saja dan
kapan saja (Muttaqin, 2008).
KLASIFIKASI
1. Stroke Non Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan


yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak
atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan
dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi
menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
2. Stroke Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya


perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang
terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala
fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).
ETIOLOGI

Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008) adalah sebagai berikut :

1. Thrombosis Cerebral

2. Haemorhagi

3. Hypoksia Umum

4. Hipoksia setempat
TANDA & GEJALA
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparase atau hemiplagia
).
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan. (biasanya
hemiparase ) yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku.
4. Menurun atau hilangnya rasa.
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”.
6. Atasia (bicara tidak lancer atau kesulitan memahami ucapan ).
7. Disartria (bicara pelo atau cedal ).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Angiografi serebral

2. Single photon Emission Computed Tomography (SPECT)

3. CT-scan

4. Pungsi lumbal

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

6. Ultrasonografi Doppler

7. EEG (Electroencephalography)

8. Pemeriksaan Laboraturium
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan medis

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda –tanda vital


dengan melakukan sebagai berikut :
a. Mempertahankan saluran napas yang paten.

b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha


memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin.
Pasien harus di rubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan- latihan gerak
pasif.

e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK dengan meninggikan kepala 15-


30 menghindari fleksi dan rotasi kepala yang berlebihan
2. Pengobatan konservatif

a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS)


secara percobaan.

b. Dapat di berikan histamp, aminophilin, asetazalamid,


papaverin intra arterial.

c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk


menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang
terjadi sesudah ulserasi alteroma.

d. Antikoagulan dapat di resepkan untuk mencegah terjadinya


atau memberatnya thrombosis atau emboli di tempat lain di
sistem kardiovaskuler.
KOMPLIKASI
Menurut (Muttaqin ,2008 ) Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan
mengalami komplikasi. Komplikasi ini dapat di kelompokkan berdasarkan :
1. Berhubungan dengan imobilisasi infeksi pernafasan nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.

2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung , dislokasi sendi,


deformitas dan terjatuh.

3. Berhubungan dengan kerusakan otak,epilepsy dan sakit kepala.

4. Hidrocefalus

Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Ny. P
b. Jenis kemalin : Perempuan
c. Umur : 54 tahun
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : Swasta
g. Pendidikan : SMA
h. Alamat : Sungapan RT 72 Argodadi,
Sedayu, Bantul
i. No. CM : 07 – 16 – xx

j. Diagnosa medik : Hemiparese dexstra e.c stroke


2. RIWAYAT KEPERAWATAN

a. Riwayat Kesehatan Pasien

1) Keluhan Utama

Pasien mengeluh jari – jari tangan kaku, tangan dan kaki kanan
terasa lemas, sulit berbicara.

2) Kronologi Penyakit Saat Ini

Pasien mengatakan saat dirumah tensi pasien tinggi, bibir terasa


tebal dan kaku, tangan dan kaki terasa lemas dan sulit berbicara.
Lalu oleh keluarganya pada tanggal 17 november 2018 ia dibawa
ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping di ruang Na’im.
3) Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi.


Pasien tidak mempunyai alergi obat maupun makanan. Pasien
beberapa hari yang lalu juga dirawat di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Gamping ini dan di bangsal yang sama karena
tensinya tinggi.

b. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan saat ini tinggal dengan anaknya. Penyakit


hipertensi yang dimilikinya saat ini adalah turunan dari orang
tuanya. Dan saat ini dalam keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama.
c. Pengkajian Biologis

1) Aktivitas, Istirahat – Tidur

a) Aktivitas

Sebelum sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan/minum ѵ

Mandi/toileting ѵ

Berpakaian ѵ

Mobilitas di TT ѵ

Ambulasi ѵ

Berpindah ѵ
Setelah sakit

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum Ѵ

Mandi/toileting Ѵ

Berpakaian Ѵ

Mobilitas di TT Ѵ

Ambulasi Ѵ

Berpindah Ѵ
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan Umum
Kesadaran : CM
GCS : E4V6M5
Kondisi klien secara umum : cukup, lemah

• Tanda – tanda vital


TD : 162/64 mmHg
N : 67x/menit
R : 20x/menit
S : 37,2˚C
PEMERIKSAAN CEPALOKAUDAL

Ekstremitas
Atas : jari – jari tangan lengkap, tidak ada kelainan bentuk, tangan kiri
terpasang infus RL 20 tpm.
Bawah : jari – jari lengkap, tidak kelainan bentuk.

(kanan) 4 5 (kiri)

4 5
Keterangan:
0 : Tidak ada kontraksi otot
1 : Hanya ada kontraksi otot
2 : Hanya bisa bergerak supinasi dan pronasi
3 : Bisa melakukan gravitasi tanpa tahanan
4 : Bisa melawan gravitasi, tahanan minimal
5 : Bisa melawan gravitasi dan tahanan maksimal
SISTEM PERSYARAFAN
Saraf Cranial Pemeriksaan Hasil
Nervus I (olfactorius) Hidung Baik, bisa mencium bau dengan
baik.
Nervus II (opticus) Mata Ketajaman penglihatan : baik.
Lapang pandang : baik.
Melihat warna : baik
Nervus III Bola mata Pupil bulat, isokor, reflek cahaya
(okulomotoris) +
Nervus IV Bola mata Pergerakan bola mata ke atas
(trochlearis) dan ke bawah : baik.
Nervus V Membuka mulut Membuka sedikit lebar.
(trigeminus) Mengunyah Mampu gerakan mengunyah.
Menggigit Mampu gerakan menggigit.
Nervus VI Mata Pergerakan mata lateral : baik.
Nervus VII (facial) Mengernyitkan kening Mampu mengernyitkan kening pada
kedua sisi wajah, tapi sisi kanan sedikit
tertinggal.
Tersenyum Mampu mengangkat sudut mulut
sebelah kiri, sedang yang kanan
tertinggal.
Bersiul Mulut mampu membentuk bersiul tapi
tidak keluar suara siulan.
Mengangkat alis Mampu mengangkat alis kiri, alis kanan
sedikit tertinggal.

Nervus VIII Telinga Dapat mendengar dengan baik


(vestibulochloclearis)
Nervus XI (glossopharingeus) Stimulasi dengan tong spatel Tidak dikaji
pada pharing dan palatum mole
Nervus X (vagus) Bicara Pelo, tidak jelas
Nervus XI (accesorius) Mengangkat bahu Mampu mengangkat bahu kiri, namun
Menoleh yang kanan susah.
Mampu menoleh ke dua arah
Nervus XIII (hypoglosus) Menggerakkan lidah ke kanan – Mampu menggerakkan dengan baik
kiri pada kedua arah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboraturium
Glukosa = 219, 4

TERAPI YANG DI BERIKAN


Nama Dosi Rute interval Manfaat
s
Aspilet 80 Pc 24 j Untuk mencegah adanya penyumbatan pembuluh darah pada
mg penderita penyakit jantung, stroke, dan infark.
Atorvastati 40 Pc 24 j Untuk menurunkan jumlah kolesterol dalam tubuh dan
n mg menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke.
Candesarta 16 Pc 24 j Untuk mengobati tekanan darah tinggi.
n mg
Glimepiria 2 mg Pc 24 j Untuk mengontrol kadar gula darah yang tinggi.

Neurosanb 1 Iv 24 j Untuk gangguan syaraf.


e amp
RL Iv Untuk penambah cairan dan elektrolit tubuh untuk
mengembalikan keseimbangannya.
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : pasien mengatakan sulit berbicara, bibir Gangguan oklusif Ketidakefektifan perfusi
perot, tangan dan kaki bagian kanan lemas. jaringan serebral
DO : tangan dan kaki bagian kanan terlihat lemah,
bibir perot, TD : 169/90 mmHg.

DS : pasien mengatakan tangan dan kaki sebelah Kelemahan otot Hambatan mobilitas fisik
kanan terasa lemas lemah, jari – jari tangan kaku.
DO : terjadi penurunan kekuatan otot

(kanan) 4 5 (kiri)

4 5
Keterbatasan rentang gerak.

DS : pasien mengatakan sulit berbicara. Gangguan pada saraf cranial ke Gangguan komunikasi
DO : bicara pasien pelo, tidak jelas, bibir perot. VII verbal
PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral bd gangguan oklusif

2. Hambatan mobilitas fisik bd kelemahan otot

3. Gangguan komunikasi verbal bd gangguan pada saraf cranial ke VII


INTERVENSI
NO Diagnosa Kep Tujuan dan KH Intervensi

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor dan catat status


perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam neurologis.
cerebral bd gangguan diharapkan jaringan perfusi cerebral 2. Monitor TTV
oklusif pasien efektif kembali. Dengan KH : 3. Kaji fungsi bicara
1. Dapat mempertahankan tingkat 4. Pertahankan tirah baring.
kesadaran. 5. Kolaborasi dengan dokter dan
2. Fungsi motorik/sensorik membaik. tenaga medis lainnya.
3. Menunjukkan TTV yang normal ( TD :
120/80 mmHg, N : 60 – 100x/mnt, R : 16
– 24x/mnt, S : 36,5 – 37,5˚c)
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan secara
mobilitas fisik bd keperawatan selam 3 x 24 jam di fungsional.
kelemahan otot harapkan pasien dapat 2. Ubah posisi minimal 2
meningkatkan kekuatan dan jam.
fungsi tubuh yang terkena. 3. Lakukan latihan gerak
Dengan KH : aktif dan pasif pada
1. Memperttahankan posisi optimal semua ekstremitas.
dibuktikan dengan tidak ada 4. Pantau tingkat
kontraktur. kemampuan mobilisasi
2. Mendemonstrasikan rentang pasien.
gerak sendi (ROM). 5. Pantau kekuatan otot.
3. Mempertahankan integritas kulit. 6. Kolaborasi dengan
fisioterapi.
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong pasien untuk
komunikasi verbal keperawatan selama 3x24 jam berkomunikasi secara
bd gangguan pada diharapkan pasien mampu perlahan.
saraf cranial ke berkomunikasi secara efektif. 2. Sediakan metode
VII Dengan KH : komunikasi alternatif
1. Menentukan metode komunikasi seperti menulis kertas.
untuk berekspresi. 3. Bicara langsung pada
2. Menggunakan sumber bantuan pasien dengan perlahan
dengan tepat. dan jelas.
3. Tidak bicara pelo lagi. 4. Anjurkan keluarga
mempertahankan
usahanya untuk
berkomunikasi.
5. Kolaborasi dengan
terapi wicara.
IMPLEMENTASI
Diagnosa Kep Hari/tgl Implementasi Respon
Ketidakefektifan perfusi jaringan Minggu, 18 – 11 – 2018 Memonitor status neurologis DS : -
cerebral bd gangguan oklusif DO : kesadaran CM, GCS : 15,
orientasi terhadap tempat dan waktu
baik.
Mengukur TTV DS : -
DO : TD : 162/64 mmHg, N :
72X/mnt, S : 36,7˚C
Senin, 19 – 11 – 2018 Memonitor status neurologis DS : -
DO : kesadaran CM, GCS : 15,
orientasi terhadap tempat dan waktu
baik.
Mengukur TTV DS : -
DO : TD : 154/82 mmHg, N :
67X/mnt, S : 37,7˚C
Selasa, 20 – 11 – 2018 Memonitor status neurologis DS : -
DO : kesadaran CM, GCS : 15,
orientasi terhadap tempat dan waktu
baik.
Mengukur TTV DS : -
DO : TD : 155/85 mmHg, N :
72X/mnt, S : 36,5˚C
Hambatan mobilitas fisik bd Minggu, 18 – 11 – 2018 Memantau tingkat kemampuan DS : pasien mengatakan kaki dan
kelemahan otot mobilisasi pasien. tangan sebelah kanan masih lemas.
DO : pasien tampak bisa miring ke
kanan/kiri.
Mengajarkan ROM pada pasien DS : pasien mengatakan jari – jari
tangan masih kaku.
DO : pasien mengikuti gerakan
dengan baik.
Senin, 19 – 11 – 2018 Memantau tingkat kemampuan DS : pasien mengatakan kaki dan
mobilisasi pasien. tangan sebelah kanan masih lemas.
DO : pasien tampak bisa miring ke
kanan/kiri.
Mengajarkan ROM pada pasien DS : pasien mengatakan jari – jari
tangan masih kaku.
DO : pasien mengikuti gerakan
dengan baik.
Selasa, 20 – 11 – 2018 Memantau tingkat kemampuan DS : pasien mengatakan kaki dan
mobilisasi pasien. tangan sebelah kanan masih lemas.
DO : pasien tampak bisa miring ke
kanan/kiri.
Mengajarkan ROM pada pasien DS : pasien mengatakan jari – jari
tangan masih kaku.
DO : pasien mengikuti gerakan
dengan baik.
Gangguan komunikasi verbal bd Minggu, 18 – 11 – 2018 Memotivasi pasien untuk selalu DS : pasien mengatakan
gangguan pada saraf cranial ke berlatih berbicara semangat sembuh.
VII DO : pasien tampak kooperatif.
Menganjurkan keluarga DS : keluarga akan mengajak
mempertahankan usaha untuk pasien berbicara.
berkomunikasi. DO : pasien tampak kooperatif.
Memotivasi pasien untuk selalu DS : pasien mengatakan
berlatih berbicara semangat sembuh.
DO : pasien tampak kooperatif.
Senin 19 – 11 – 2018 Menganjurkan keluarga DS : keluarga akan mengajak
mempertahankan usaha untuk pasien berbicara.
berkomunikasi. DO : pasien tampak kooperatif.
Memotivasi pasien untuk selalu DS : pasien mengatakan
berlatih berbicara semangat sembuh.
DO : pasien tampak kooperatif.
Selasa, 20 – 11 – 2018 Menganjurkan keluarga DS : keluarga akan mengajak
mempertahankan usaha untuk pasien berbicara.
berkomunikasi. DO : pasien tampak kooperatif
EVALUASI
Diagnosa Kep Hari/Tgl Evaluasi T
t
d
Ketidakefektifan perfusi Minggu, 18 – S : pasien mengatakan masih sulit bicara,
jaringan cerebral bd gangguan 11 – 2018 bibir perot.
oklusif O : pasien mengalami kelemahan tubuh
bagian kanan. Kesadaran : CM, GCS :
15, TD : 162/64 mmHg.
A : masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi
- Pantau status neurologis.
- Pantau TTV
- Berikan obat sesuai advice.
Hambatan mobilitas fisik bd Minggu, 18 – S : pasien mengatakan jari – jari tangan
kelemahan otot 11 – 2018 beserta tangan dan kaki kanan masih
lemas.
O : pasien tampak hanya berbaring di
tempat tidur, tangan dan kaki bagian
kanan tampak masih lemah lemas.
A : masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi
- ROM pasif terhadap pasien
- Pantau kekuatan otot pasien.
Gangguan komunikasi verbal Minggu, 18 – S : pasien mengatakan bahwa masih
bd gangguan pada saraf 11 – 2018 kesulitan berbicara.
cranial ke VII O : bibir pasien perot, bicara tidak jelas
dan pelo.
A : masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi
- Motivasi pasien untuk selalu berlatih
berbicara.
- Kolaborasi dengan fisioterapi.
TERIMAKASIH

SEMOGA BERMANFAAT

Vous aimerez peut-être aussi