Vous êtes sur la page 1sur 32

Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Gangguan Kardiovaskuler

Ns. Hellena Deli, M.Kep


Rheumatic Heart Disease
(RHD)
Apa itu RHD??
• RHD merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh A β-
streptokokus hemolitik.
• Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang
menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama
mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup
trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal.
Insidensi

200.000-250.000 0,3 sampai 0,8 per


kematian bayi 1.000 anak sekolah di
Indonesia terserang
premature setiap
penyakit ini
tahun
2.000-332.000
penduduk
diperkirakan
meninggal dunia
akibat penyakit ini
Etiologi
• Secara pasti tidak diketahui.
• Demam Reumatik berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas
bagian atas oleh Beta –Streptococcus Hemolyticus golongan A.
• Lebih kurang sekitar 3 % penderita infeksi saluran nafas oleh kuman
tersebut akan mengalami komplikasi demam reumatik atau penyakit
jantung reumatik.
• Demam Reumatik terjadi 2-6 Minggu setelah tidak ada pengobatan
atau pengobatan tidak tuntas terhadap kuman A Betahemolitik.
• Predisposisi: Faktor genetic, Ruang atau tempat tinggal yang sesak
meningkatkan resiko.
Patofisiologi
• Streptococcus dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ektrasel
(terutama Streptolisin O, Streptolisin S, Hialuronidase, Streptokinase,
Disfosforidin Nukleonidase, Deoksiribonuklease serta Streptococcal erythrogenic
toxin.
• Demam reumatik timbul akibat kepekaan tubuh terhadap beberapa produk tsb.
Produk tersebut merangsang terbentuknya antibody.
• Reaksi silang antibody terhadap Streptococcus pada otot jantung akan
mempunyai susunan antigen mirip antigen Streptococcus.
• Hal inilah menyebabkan reaksi Autoimun yang mengakibatkan reaksi peradangan
miokardial dan Valvular.
• Klien yang sembuh dari infeksi Streptococcus terdapat + 20 sistem antibody-
antigen, beberapa diantaranya menetap lebih lama. ASTO ( Anti Streptolisisn O )
merupakan antibody paling dikenal & paling sering digunakan sebagai indicator
infeksi Streptococcus.
Manifestasi klinis
• Stadium I
1. Infeksi saluran nafas atas oleh Beta–Streptococcus Hemolyticus
2. Klien mengeluh demam, batuk, nyeri telan, muntah, diare.
3. Eksudat di tonsil, pembesaran getah bening sub mandibular.
4. Biasanya berlangsung 2-4 hr & sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Stadium II
• Masa antara infeksi Streptococcus dengan permulaan gejala demam
reumatik.
• Berlangsung 1-3 mgg, korea dapat timbul 6 mgg/berbulan-bulan
kemudian.
Stadium 3
• Gejala peradangan umum:
1. Demam tidak tinggi tanpa pola tertentu, lesu, anoreksia, iritabel, BB
menurun, pucat karena anemia (tertekannya eritropoeis,
bertambahnya volume plasma, & memendeknya umur eritrosit),
Artralgia ( Nyeri Sendi )
2. Pemeriksaan Laboratorium : Tanda peradangan Akut (Terdapat
Creactive Protein, Lekositosis dan LED meninggi ), Titer ASTO
meninggi , EKG terjadi pemajangan interval P-R
Lanjutan…
• Manifestasi spesifik demam reumatik:
1. Artritis
2. Karditis
3. Chorea ( Pergerakan yang tidak disadari pada tungkai, lengan,
muka)
4. Eritema Marginal ( Merah pada kulit yang lesi kemudian muncul
macula pada trunkus dan perifer )
5. Adanya nodul pada subcutan.
Stadium 4 (stadium inaktif)
• Pada stadium ini klien deman reumatik tanpa kelainan jantung / klien
penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katub tidak menunjukkan
gejala apa-apa.
• Sewaktu-waktu dpt mengalami reaktifitas penyakitnya.
Pemeriksaan diagnostik
• Riwayat adanya infeksi saluran nafas atas
• ASTO positif
• Meningkatnya C- reactive protein
• Meningkatnya antihyaluronidase, meningkatnya sedimen SDM
(Eritrosit)
• Rontgen jantung & Echocardiogram tampak pembesaran.
• EKG menunjukkan aritmia
Penatalaksanaan
• Pemberian antibiotic
• Mengobati gejala peradangan, gagal jantung, dan Chorea.
Patent ductus arteriosus (PDA)
Definisi

• Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus


arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner
(tekanan lebih rendah) (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
• Paten duktus arteriosus adalah kegagalan penutupan duktus
arteriosus (pembuluh arteri yang menghubungkan aorta dengan
arteri pulmonalis) pada bayi berusia beberapa minggu pertama.
(Wong, 2009)
Insidensi
• Banyak terjadi pada bayi premature
• Laki-laki:perempuan 1: 3
Etiologi

• Faktor prenatal diantaranya


1. Ibu alkoholisme.
2. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
3. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
Lanjutan…

• Faktor genetic
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Manifestasi klinis
• Gawat nafas disertai tanda-tanda gagal jantung pada bayi khususnya
yang lahir premature
• Bising Gipson (mac hineri mur-mur yang klasik)
• Vibrasi (thrill) yang teraba saat meragukan palpasi pada tepi kiri
sternum
• Implus ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri
• Tekanan nadi yang melebar akibat kenaikan tekanan sistolik
• Motorik yang lambat akibat gagal jantung
• Kegagalan tumbuh kembang akibat gagal jantung
• Keletihan dan dispenea pada saat melakukan kegiatan
Patofisiologi
• PDA yang terjadi menyebabkan darah mengalir secara langsung dari aorta (dengan tekanan tinggi)
ke dalam arteri pulmoner (dengan tekanan rendah).
• Aliran dari kiri ke kanan ini menyebabkan resirkularisasi darah yang beroksigen tinggi yang
jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah
kiri.
• Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan
pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif.
• Kejadian ini menimbulkan hiertensi pulmonal dan gagal jantung kanan jika tidak dilakukan koreksi
dengan terapi medis atau bedah.
• Penutupan duktus arteriousus tergantung pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan
oksigen dalam darah.
• Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktusa dalah kerja prostaglandin, tananan pulmoner
dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan).
• PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena mekanisme
kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirau ke kanan cenderung lebih besar.
Pemeriksaan diagnostik
• Foto thoraks : atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan,
gambaran vaskuler paru meningkat.
• Ekokardiografi.
• EKG
• Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh
hasil ECHO atau doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan
defek tambahan lainnya.
Penatalaksanaan
• Lasix/furosemid diberikan bersama restriksi cairan
• Indometasin/indosin (inhibitor prostaglandin): digunakan untuk
penatalaksanaan cairan dan deuretik gagal menurunkan pirau duktus
dari kiri ke kanan tersebut. Indomeasin harus dipantau dengan
pemeriksaan laboratorium baik sebelum, selama, maupun sesudah
pemberian.
• Pemberian antibiotik
• Tindakan pembedahan.
Komplikasi
• Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
• Enterokolitis nekrose.
• Ganggaun sistem respirasi : sindroma gawat nafas atau displacia
broncopulmoner.
• Perdarahan gastrointestinal.
• Hiperkalemia terjadi karena output urine menurun.
• Anemia yang terjadi karena keracunan digitalis.
• Gagal tumbuh kembang.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
• Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas)
• Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas, retraksi
dada, bunyi jantung tambahan, edema tungkai, hepatomegali.
• Kaji adanya hipoksia kronis : clubbing finger.
• Kaji adanya hyperemia pada ujung jari.
• Kaji pola makan dan tumbuh kembang.
• Pengkajian psikososial anak yang disesuaikan dengan usia, tugas
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon
keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga, dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.
Lanjutan….
• Monitor komplikasi jantung ( CHF dan Aritmia )
• Auskultasi Jantung : Bunyi jantung melemah dengan irama derap
diastole (RHD)
• Kaji adanya : Nyeri, peradangan sendi, lesi pada kulit (RHD).
Diagnosa Keperawatan
• Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
• Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
• Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
• Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan pada saat
maka dan meningkatnya kebutuhan kalori.
• Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan.
• Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak,
kekhawatiran terhadap penyakit anak.
Fokus intervensi
• Pertahankan curah jantung yang adekuat :
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna, dan
kehangatan kulit.
2. Observasi derajat sianosis : sirkumoral, membran mukosa, clubbing
finger.
3. Monitor tanda-tanda CHF : gelisah, tachipneu, sesak nafas, lelah saat
makan dan minum susu, edema periorbital, oligouria, dan hepatomegali.
4. Kolaborasi pemberian digoxin sesuai advis dengan menggunakan tehnik
pencegahan bahaya toksisitas.
5. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload.
6. Berikan diuretik sesuai indikasi.
Lanjutan….
• Kurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh darah paru :
1. Monitor kualitas dan suara serta irama pernafasan.
2. Atur posisi tidur anak dengan posisi fowler.
3. Hindarkan anak dari orang terinfeksi.
4. Berikan istirahat yang cukup.
5. Berikan nutrisi yang optimal.
6. Berikan oksigen jika ada indikasi.
Lanjutan…
• Pertahankan tingkat aktivitas adekuat :
1. Ijinkan anak untuk seirng beristirahat, dan hindarkan gangguan
pada saat tidur.
2. Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan.
3. Bantu anak untuk memilih permainan dan aktifitas ringan
4. Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi
dan kemampuan anak.
5. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin
6. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan/kecemasan pada
anak.
Lanjutan…
• Berikan support untuk tumbuh kembang anak :
1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak.
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang : aktivitas bermain sesuai
tumbuh kembang.
3. Libatkan orang tua agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
di rumah sakit.

Vous aimerez peut-être aussi