Vous êtes sur la page 1sur 22

Pembimbing: dr. Mahdar Johan, Sp.

KK
Efsan Adhiputra (2011.061.185)
 Erupsiobat alergi atau allergic drug
eruption: reaksi alergi pada kulit atau
daerah mukokutan yang terjadi sebagai
akibat pemberian obat.
 Penisilin, sefalosporin, sulfonamide, dan
allopurinol (dengan kejadian hingga 50
kasus per 1.000 pengguna baru), dan
obat anti kejang carbamazepine,
phenytoin (dengan kejadian hingga 100
kasus per 1.000 pengguna baru)
 Menurut WHO, sekitar 2% dari seluruh
jenis erupsi obat yang timbul tergolong
‘serius’ karena reaksi alergi obat yang
timbul tersebut memerlukan perawatan
di rumah sakit bahkan mengakibatkan
kematian, Sindrom Steven-Johnson (SSJ)
dan Nekrolisis Epidermal Toksis (NET)
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana dari exanthema drug eruption?

TUJUAN PENULISAN
 Mengetahui definisi exanthema drug eruption
 Mengetahui etiologi exanthema drug eruption
 Mengetahui patofisiologi exanthema drug eruption
 Mengetahui cara menegakan diagnosis exanthema
drug eruption
 Mengetahui diagnosis banding exanthema drug
eruption
 Mengetahui tatalaksana exanthema drug eruption
 Erupsi obat alergik atau allergic drug
eruption ialah reaksi alergik pada kulit
atau daerah mukokutan yang terjadi
sebagai akibat pemberian obat yang
biasanya sistemik.
 Diperlukan anamnesis riwayat
pengobatan pasien baik yang dilakukan
<3 bulan terakhir.
 Erupsiobat umum dijumpai pada pasien,
dimana gejala yang dapat ditemukan
berupa bercak kemerahan pada kulit
hingga gejala yang mengancam nyawa
pasien (Sindrom Steven-Johnson (SSJ)
atau Toxic Epidermal Necrolysis)
 Gejala klinis pada kulit yang biasa
ditemukan pada kasus erupsi obat
seperti exanthema, urtikaria, pustular,
dan bula.
 Mayoritas peristiwa kulit dikaitkan
dengan obat yang baik erupsi
exanthematous (makulopapular atau
morbiliformis) (> 80%) atau urtikaria (5 -
10%)
 Mekanisme terjadinya erupsi obat
sebagian besar merupakan reaksi
imunologik (hipersensifitas).
 Metabolisme obat (Isoenzim sitokrom
P450, netrofil, monosit dan keratinosit) 
metabolit reaktif  reaksi imun
Definisi
Exanthematous drug eruption atau
disebut juga makulapapular atau
morbiliformis disebut juga erupsi
eksantematosa yang dapat diinduksi dari
semua obat.
Erupsi umumnya berupa eritema tanpa
disertai pustul atau vesikel, dimana
diawali pada tubuh dan menyebar ke
perifer secara simetris.
Etiologi
 Obat probabilitas eksantematosa
tinggi : peninicilin, carbamazepin,
allopurinol
 Obat probabilitas eksantematosa
sedang: sulfonamide, NSAIDs, hidantoin
derivative, isoniazid, kloramfenikol,
eritromisin, streptomisin.
 Obat probabilitas eksantematosa
rendah: barbiturat, benzodiazepam,
fenotiazin, tetrasiklin
Patogenesis
Exanthematous drug eruption merupakan
idiosinkratik, mediasi sel-T dan melibatkan
reaksi hipersensitivitas tipe lambat (Tipe
IV).
Reaksi ini melibatkan limfosit, APC (Antigen
Presenting Cell) dan sel Langerhans yang
mempresentasi antigen kepada limfosit T.
Limfosit T yang tersensitisasi mengadakan
reaksi dengan antigen.
Reaksi ini disebut reaksi tipe lambat yaitu
terjadi 12-48 jam setelah pajanan terhadap
antigen menyebabkan pelepasan
serangkaian limfokin.
Manifestasi Klinis
Erupsi makulopapular atau morbiliformis
simetris terdiri atas eritema, selalu ada
gejala pruritus. Dapat disertai demam,
malaise dan nyeri sendi. Lesi biasanya
timbul dalam 1-2 minggu setelah
dimulainya terapi.
Reaksi awal pada pasien yang
sebelumnya sensitif, erupsi mulai timbul
dalam 2 atau 3 hari setelah obat
diadministrasi ulang.
Efloresensi:
Lesi pada kulit berbentuk makula
dan/atau papul, dengan ukuran
beberapa millimeter kepada 1 cm
berwarna merah terang.
` Kemudian lesi akan menjadi konfluen

membentuk makula besar, polisiklik/


eritem berkisar, erupsi retikuler,
lembaran seperti eritem (sheet-like
erithema)
Diagnosis Banding:
 Viral eksantema: measles, rubella
 Pitiriasis Rosea
 Dermatitis Kontak Alergik
 Measles: ruam terdiri dari makula
eritematosa dan papula yang muncul di
belakang telinga dan di garis rambut
anterior, penggabungan, tersebar di
bagian leher dan tungkai distal, dan
akhirnya mempengaruhi ekstremitas atas
dan bawah termasuk tangan dan kaki.
 Rubella merupakan infeksi virus dari
virus rubella.
 Gejala yang mirip dengan measles yaitu
ruam atau papula yang berawal dari
wajah setelah itu menyebar ke seluruh
tubuh namun intesitasnya yang lebih
rendah.
 Disertai demam, limfadenopati, sakit
kepala, dan nyeri otot, berangsur
membaik setelah 3-4 hari.
 PitiriasisRosea: dimulai dengan sebuah
lesi inisial berbentuk eritema dan
skuama halus. (herald’s patch)
 Dermatitiskontak alergika: mengenai
orang yang keadaan kulitnya
hipersensitif terhadap bahan kimia
sederhana. (karet, nikel, dll)
Tatalaksana
 Hentikan dan selidiki pencetus obat
 Terapi simptomatik (antihistamin)
 Kortikosteroid:
• Gejala ringan 0,5 mg/kgBB/hari, gejala erupsi
obat yang berat dapat diberikan 1-
4mg/kgBB/hari.

Vous aimerez peut-être aussi