Vous êtes sur la page 1sur 8

1.

RIZA FEBRINA R
2. EFA YULIANA
3. ROSITA
RAHMAYANI
4. DINA ERPIANA
5. HAERUM
 Halusinasi adalah
salah satu gejala
gangguan jiwa dimana
klien mengalami
perubahan sensori
persepsi, merasa
sensasi palsu berupa
suara, penglihatan,
pengecapan,
perabaan atau
penghirupan. klien
merasa stimulus yang
sebetul – betulnya
tidak ada.
1. Berbicara, senyum
dan tertawa sendiri
2. Mengatakan
mendengar suara,
melihat, menghirup,
mengecap dan merasa
sesuatu yang tidak
nyata.
3. Menggerakan bibir
tanpa suara
4. Pergerakan mata
cepat
5. Respon vebal lambat
6. Menarik diri dari
orang lain
A. Faktor Predisposisi B. faktor presipitasi
1. Biologislesi 1. Biologis
gangguan otak 2. Stres lingkungan
(kerusakan otak, 3. sumber koping.
keracunan zat
halusinogenik),
dan genetik.
2. Neurotransmiter,
abnormalitas pada
dopamin dan
serotonin
3. Psikologis
4. Sosiobudaya
Halusinasi berkembang melalui empat fase,
yaitu sebagai berikut :
1. Fase comporting yaitu fase yang
menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam
golongan nonpsikotik.
2. Fase condemming yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan.
3. Fase controlling yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk kedalam gangguan
psikotik.
4. Fase conquering atau panik yaitu klien lebur
dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik
berat.
1. Hindari melakukan
aktivitas yang melampaui
ambang ketahanan diri
2. Jangan menyimpan
dendam/sakit hati, karena
akan merusak jiwa sendiri
3. Hindari ketergantungan
terhadap alkohol
4. Cari kesibukan yang positif
5. Jangan biarkan diri hanyut
dalam lamunan tak
menentu
6. Bergaul/berkomunikasi
dengan lingkungan
7. Dengarkan musik lembut
8. Membaca /menulis
1. Anggota keluarga harus tau tanda-tanda jika
halusinasi muncul.
2. Jauhkan pasien dari penyebab pasien akan
berhalusinasi.
3. Memberikan dukungan kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan orang lain (jangan
biarkan pasien sendiri)
4. Rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu

Vous aimerez peut-être aussi