Vous êtes sur la page 1sur 37

SKENARIO 1 (BLOK 2)

KEL.5A

CAIRAN TUBUH
TUJUAN PEMBELAJARAN

 MENGETAHUI KOMPONEN CAIRAN TUBUH


 MENGETAHUI FUNGSI DAN PERANAN CAIRAN TUBUH
 MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN
TUBUH
 MENGETAHUI KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN TUBUH
 MENGETAHUI CARA MENJANGA KESEIMBANGAN
TUBUH
 MENGETAHUI WATER TURNOVER
 MENGETAHUI KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH
1. KOMPONEN CAIRAN TUBUH
Sodium ( Natrium/ Na+)

Natrium berfungsi mempertahankan


keseimbangan air, pengatur utama volume
cairan ekstraseluler, mempengaruhi volume
cairan intraseluler, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot, dasar elektrolit pada pompa
Natrium – Kalium.
. Nilai normal sekitar 135-145 mEq/ L (mmol/L)
Potassium ( Kalium )

Kalium berfungsi sebagai pengatur aktivitas


enzim sel dan komponen dari cairan sel.
Berperan vital pada proses transmisi dari impuls
listrik dan kontraksi syaraf, jantung, otot,
intestinal, dan jaringan paru; metabolisme
protein dan karbohidrat, pengaturan
keseimbangan asam basa. Nilai normal Kalium
sekitar 3,5 – 5 mEq/L
Calsium ( Kalsium )

Berfungsi untuk transmisi impuls syaraf dan


pembekuan darah, katalisatos kontraksi otot
dan kekuatan kontraksi otot. Dibutuhkan untuk
absorpsi vitamin B12 dan kekuatan tulang dan
gigi. Nilai normal 1,3 – 2, 1 mEq/L atau 1/3 dari
jumlah plasma protein
Magnesium
Berfungsi pada aktivitas enzim, metabolisme
karbohidrat dan protein. Nilai normal 1,3 – 2, 1
mEq/L atau 1/3 dari jumlah plasma protein
Chlorida (Klorida)
Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik
darah. Nilai normal klorida sekitar 95 – 105
mEq/L (mmol/L)
Bikarbonat
Berfungsi pada keseimbangan asam basa. Nilai
normal sekitar 25 – 29 mEq/ L (mmol/L)

Fosfat
Berfungsi sebagai keseimbangan asam basa.
Penting pada pembelahan sel dan transmisi dari
herediter. Nilai normal sekitar 2,5 – 4,5 mEq/L
(mmol/L)
Non-elektrolit

Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak


berdisosiasi dalam larutan dan diukur
berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).
Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting
mencakup kreatinin dan bilirubin.
2. FUNGSI DAN PERANAN CAIRAN
TUBUH
3. MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN TUBUH

EKSTERNAL & INTERNAL


Faktor Internal

1) Rasa Haus

2) Pengaruh Hormonal
a) Hormon ADH

b) Hormon aldosteron

3) Sistem Limpatik

4) Ginjal

5) Persarafan
Faktor Eksternal

1. Usia

2. Temperatur

3. Diet

4. Stress  
5. Kondisi Sakit

6. Tindakan Medis

7. Pengobatan

8. Pembedahan
Daftar Pustaka

1. Sherwood, Lauralee. Mengenal Fisiologi dan


Homeostasis. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. 8th Ed. Jakarta : EGC. 2014
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
89/45296/4/Chapter%20II.pdf
4. MENGETAHUI KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN TUBUH
5. MENGETAHUI CARA MENJANGA
KESEIMBANGAN TUBUH
HOMEOSTATIS
Definisi

Homeostasis adalah usaha tubuh untuk


mempertahankan keseimbangan internal tubuh
Keseimbangan Cairan

 Volume CES harus diatur secara ketat untuk


membantu mempertahankan tekanan darah.
Pemeliharaan keseimbangan garam sangat
penting dalam regulasi jangka panjang volume
CES.
 Osmolaritas CES harus diatur secara ketat
untuk mencegah membengkaknya atau
menciutnya sel. Pemeliharaan keseimbangan
cairan sangat penting dalam mengatur
osmolaritas CES.
Yang perlu diperhatikan dalam menjaga
keseimbangan cairan

 Mengontrol asupan garam (Na⁺)


 Mengontrol masuknya H₂O
Dampak ketidak seimbangan
cairan
1. Ketidakseimbangan Na⁺ akan
mempengaruhi tekanan arteri, jika terlalu
banyak akan meningkatkan tekanan arteri,
jika terlalu sedikit akan menurunkan tekanan
arteri.
2. Ketidakseimbangan H₂O, jika terlalu banyak
akan menyebabkan hidrasi berlebih, dan jika
terlalu sedikit akan menyebabkan dehidrasi.
6.WATER TURNOVER
PENGERTIAN

 water turnover:suatu proses dimana adannya


perpindahan cairan melalui membran barrier
yang umumnya hanya dapat dilewati oleh
beberapa laruta saja(semipermeable)
 mekanisme perpindahan cairan terbagi menjadi:
1. difusi
2. osmosis
3. filtrasi
4. transpor aktif
MEKANISME PERPINDAHAN CAIRAN
TUBUH
 difusi:perpindahan subtansi dari konsentrasi yang
lebih tinggi ke konsetrasi yang lebih rendah dan
termasuk dalam transport pasif
 bedasarkan laju proses difusi ditentukan oleh(Fick's
law of diffusion)
1. peningkatan permebialitas
2. peningkatan luas permukaan difusi
3. berat molekul subtansi
4. jarak yang ditempuh untuk difusi
5. perbedaan konsentrasi subtansi jendelasarjana.com
 osmosis perpindahan subtansi dari konsentrasi zat
rendah ke konsentrasi zat yan g lebih tinggi dalam
volume cairan yang sama
 filtrasi:perpindahan cairan dari satu bagian ke bagian
lainnya karena adanya perbedaan tekanan umumnya
perpindahan terjadi dari bagian bertekanan tinggi ke
rendah
 transport aktif:proses perpindahan cairan dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi yang
menggunakan energi untuk melawan perbedaan
konsentrasi
penjelasan tambahan(hapus)

 contoh osmosis percobaan air gula dan kentang,yang


pada proses akhirnya kentang mengalami
pengkerutan karena adannya perpindahan subtansi
dari konsentrasi rendah ke tinggi
 contoh transpor aktif,pompa kalium dan
natrium(pemasokan lebih kalium ke dalam sel)tapi
apabila mengalami difusi karena kadar kalium dalam
sel banyak sedangkan diluar sedikit dan natrium
sebaliknya,maka dilakukan transpor aktif agar kalium
yang terdapat diluar sel masuk ke dalam sel sehingga
kebutuhan kalium dalam darah tercukupi
Contoh
http://www.pelajaranku.net/2016/
osmosis
difusiosmosisnaga.blo 08/Pengertian-dan-Perbedaan-
gspot.com Difusi-Osmosis-Endositosis-dan-
Eksositosis.html
KEADAAN DALAM PERPINDAHAN CAIRAN TUBUH

 Hipertonis:disebabkan karena tekanan


osmotik pada bagian luar sel lebih besar dari
bagian dalam sel
 Hipotonis:disebabkan karena tekanan
osmotik lebih rendah daripada tekanan
didalam sel
 Isotonis:disebabkan karena tekanan osmotik
sama dengan tekanan dalam sel
penjelasan tambahan(hapus)

 hipertonis:sehingga cairan yang terdapat


pada bagia dalam sel akan keluar dan
akhirnya sel mengalami krenasi
 hipotonis:sehingga cairan yang terdapat pada
bagian luar masuk kedalam sel sehingga
membran sel pecah
 isotonis:sehingga tidak adanya pengeluaran
cairan dari dalam maupun dari luar sel
daftar pustaka

 http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti
/publication/fluidbalance.pdf
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
89/29717/4/Chapter%20II.pdf
7. KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH
(Hapus)
 Cairan intraselular
 Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam mengatur volume dan
komposisi intraselular. Pompa membran-bound ATP-dependent akan mempertukarkan Na
dengan K dengan perbandingan 3:2. Oleh karena membran sel relativ tidak permeable
tehadap ion Na dan ion K, oleh karenanya potasium akan dikonsentrasikan di dalam sel
sedangkan ion sodium akan dikonsentrasiksn di ekstra sel. Potasium adalah kation utama
ICF dan anion utamanya adalah fosfat. Akibatnya, potasium menjadi faktor dominant yang
menentukan tekanan osmotik intraselular, sedangkan sodium merupakan faktor terpenting
yang menentukan tekanan osmotik ekstraselular.
 Impermeabilitas membran sel terhadap protein menyebabkan konsentrasi protein
intraselular yang tinggi. Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang nondifusif
(anion),rasio pertukaran yang tidak sama dari 3 Na+ dengan 2 K+ oleh pompa membran sel
adalah hal yang penting untuk pencegahan hiperosmolaritas intraselular relativ. Gangguan
pada aktivitas pompa Na-K-ATPase seperti yang terjadi pada keadaan iskemi akan
menyebabkan pembengkakan sel.
 Cairan ekstraselular
 Fungsi dasar dari cairan ekstraselular adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya. Keseimbangan antara volume ektrasel yang normal
terutama komponen sirkulasi (volume intravaskular)adalah hal yang sangat penting. Oleh
sebab itu secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraselular terpenting dan
merupakan faktor utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume sedangkan
anion utamanya adalah klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-). Perubahan dalam volume cairan
ekstraselular berhubungan dengan perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini
tergantung dari sodium yang masuk, ekskeri sodium renal dan hilangnya sodium ekstra
renal.
(Hapus)
 Cairan interstisial (ISF)
 Normalnya sebagian kecil cairan interstisial dalam bentuk cairan bebas. Sebagian besar air interstisial secara
kimia berhubungan dengan proteoglikan ekstraselular membentuk gel. Pada umumnya tekanan cairan
interstisial adalah negatif ( kira-kira -5 mmHg). Bila terjadi peningkatan volume cairan iterstisial maka
tekanan interstisial juga akan meningkat dan kadang-kadang menjadi positif. Pada saat hal ini terjadi, cairan
bebas dalam gel akan meningkat secara cepat dan secara klinis akan menimbulkan edema. Hanya sebagian
kecil dari plasma protein yang dapat melewati celah kapiler, oleh karena itu kadar protein dalam cairan
interstisial relatif rendah (2 g/Dl). Protein yang memasuki ruang interstisial akan dikembalikan kedalam
sistim vaskular melalui sistim limfatik.
 Cairan intravaskular (IVF)
 Cairan intravaskular terbentuk sebagai plasma yang dipertahankan dalam ruangan intravaskular oleh
endotel vaskular. Sebagian besar elektrolit dapat dengan bebas keluar masuk melalui plasma dan interstisial
yang menyebabkan komposisi elektrolit keduanya yang tidak jauh berbeda. Bagaimanapun juga, ikatan
antar sel endotel yang kuat akan mencegah keluarnya protein dari ruang intravaskular. Akibatnya plasma
protein (terutama albumin) merupakan satu-satunya zat terlarut secara osmotik aktif dalam pertukaran
cairan antara plasma dan cairan interstisial. Peningkatan volume ekstraselular normalnya juga merefleksikan
volume intravaskular dan interstisial. Bila tekanan interstisial berubah menjadi positif maka akan diikuti
dengan peningkatan cairan ekstrasel yang akan menghasilkan ekspansi hanya pada kompartemen cairan
interstisial. Pada keadaan ini kompartemen interstisial akan berperan sebagai reservoir dari kompartemen
intravaskular. Hal ini dapat dilihat secara klinis sebagai edema jaringan.
 Koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma substitute” atau “plasma
expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan
aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam
ruang intravaskuler. Seperti disebutkan sebelumnya, koloid adalah molekul besar yang tidak melintasi
hambatan diffusional secara mudah seperti kristaloid. Cairan koloid dimasukkan ke dalam ruang vaskuler.
Olehkarena itu koloid memiliki kecendrungan yang lebih besar untuk tetap bertahan dan meningkatkan
tabel komposisi elektrolit yang mengisi
masing-masing kompartemen.
 Rumus Menghitung Keseimbangan Cairan
 Intake/cairan masuk: mulai dari cairan infus,
minum, kandungan cairan dalam makanan
pasien, volume obat-obatan, termasuk obat
suntik, albumin, dll.
 Output/cairan keluar: feses dan urine dalam 24
jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung
dalam ukuran di urobag.
 IWL (Insensible Water Loss): jumlah cairan
keluarnya tidak disadari dan sulit dihitung,
yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.
 Rumus IWL: (Kayra, 2013) IWL = (15x BB)/24
jam
 Penghitungan balance cairan untuk dewasa, yaitu:
 Input cairan:
 1. Air (makan+minum) = … cc
 2. Cairan infus = … cc
 3. Therapy injeksi = … cc
 4. Air Metabolisme = … cc (Hitung AM = 5 cc/kgBB/hari)
 Output cairan:
 Urine = … cc
 Feses = … cc (kondisi normal 1BAB feses = 100cc)
 Muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka = … cc
 IWL = … cc (hitung IWL = 15 cc/kgBB/hari)
 Balance cairan = intake cairan – output cairan (Normal balance cairan
±100cc)

Vous aimerez peut-être aussi