Vous êtes sur la page 1sur 10

ADHD

Attention Deficits and Hyper-activity


Disorder

Oleh :

Chika Ayu Putri


Pendahuluan

1. Anak yang mengalami ADHD akan berperilaku tidak bisa diam, ia


sulit untuk duduk dengan tenang, suka berlari-lari, banyak bicara
dan tidak sabaran dalam menunggu giliran sehingga mereka sering
dicap sebagai anak nakal.
2. Di sekolah anak-anak yang mengalami ADHD mengalami kesulitan
dalam mengikuti pelajaran. Karena konsentrasinya yang mudah
terganggu membuat anak tidak mampu menyerap materi pelajaran
secara keseluruhan.
3. Anak ADHD biasanya lebih cepat cemas dan kecil hati, mudah
mengalami gangguan psikosomatis, cenderung keras kepala dan
mudah marah apabila keinginannya tidak segera dipenuhi. Dengan
sikapnya yang seperti itu membuat anak tersebut tidak jarang
mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya.
A. Pengertian ADHD

• ADHD (Attention Deficits and Hyper-activity Disorder) adalah


gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan
hiperaktivitas (aktivitas yang berlebihan). Gangguan ini juga
dikenal sebagai gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktifitas (GPPH).
B. Tipe Gangguan Kurang Perhatian dan Hiperaktif

1. Tipe Kurang Perhatian


Tanda yang paling jelas terlihat adalah anak sering mengalami
kegagalan dalam memperhatikan sesuatu yang detail atau
melakukan kesalahan yang sama setiap melakukan suatu tugas atau
pekerjaan. Serta sering memiliki tatapan kosong seperti tidak
mendengarkan apa yang orang lain bicarakan dengannya dan
mudah lupa
2. Tipe Hiperaktif-Impulsif
Anak akan terlihat gelisah atau menggeliat terus menerus tanpa
melihat lingkungan sekitarnya, ini umumnya dianggap sebagai gejala
klasik dari ADHD. Tanda lain yang perlu diperhatikan sebagai gejala
ADHD adalah anak tidak bisa duduk dengan tenang untuk beberapa
saat atau cenderung bicara secara berlebihan
3. Tipe Kombinasi
Tipe ini merupakan gabungan dari tipe pertama dan kedua.
C. Gejala Gangguan Kurang Perhatian dan Hiperaktif

Masa bayi.
Memiliki gejala seperti (1) Anak serba sulit, (2) Menjengkelkan, (3) Serakah, (4) Sulit
tenang, (5) Sulit tidur dan (6)Tidak ada nafsu makan

Masa prasekolah.
Pada masa prasekolah dapat diketahui melalui gejala sebagai berikut: (1) terlalu
aktif, (2) keras kepala, (3) tidak pernah merasa puas, (4) suka menjengkelkan, (5)
tidak bisa diam, dan (6) sulit beradaptasi dengan lingkungan.

Usia sekolah
Pada usia sekolah gejala AD/HD dapat diketahui melalui (1) sulit berkonsentrasi, (2)
Sulit memfokuskan perhatian dan (3) Impulsif.

Remaja
Pada usia remaja dapat diketahui gejala bagi anak yang mengalami gangguang
AD/HD adalah (1) tidak dapat tenang, (2) sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat,
(3) tidak konsisten dalam sikap dan penampilan.
Di bawah ini ada beberapa ciri khusus yang dapat orang tua deteksi perilaku
hiperaktif anak pada setiap fase perkembangannya.
1. Akhir tahun pertama sebelum masuk sekolah (pada saat Balita) perilaku
Attention deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) yang ada pada anak belum
bisa terdeteksi secara nyata, tetapi bila mereka menunjukkan tingkah laku
gelisah dalam melakukan suatu aktifitas tertentu maka orang tua
sebenarnya harus bisa memberikan perhatian serius.
2. Pada masa pra sekolah, gejala ADHD-nya mulai nampak.
3. Pada masa sekolah jika tidak mendapatkan perhatian serius maka defisiensi
yang di derita anak akan bertambah sehingga kondisinya bisa lebih parah
dari masa sebelumnya.
4. Jika pada tiga fase sebelumnya tidak diperhatikan secara serius, maka pada
masa remaja awal (SLTP) anak yang menderita ADHD tidak dapat berhasil
dalam belajar.
5. Pada masa dewasa seorang yang masih menderita ADHD mengalami
masalah dalam hubungan interpersonal seperti, kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain (minder) tidak percaya diri,
D. Faktor Penyebab Anak Mengalami Gangguan Kurang
Perhatian dan Hiperaktif

1. Faktor lingkungan/psikososial, seperti konflik keluarga, sosial


ekonomi, keluarga yang tidak memadai, jumlah keluarga yang
terlalu besar, orang tua terkena kasus kriminal, orang tua dengan
gangguan jiwa (psikopat), anak yang diasuh di penitipan anak,
riwayat kehamilan.
2. Faktor genetik. Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan
reseptor dopamin (D2 dan D4) pada kromosom 11p.
3. Gangguan otak dan metabolisme
Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus
frontalis di otak, pengurangan volume serebrum, gangguan fungsi
astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta
gangguan fungsi oligodendrosit.
F. Penanganan Anak dengan Gangguan Kurang Perhatian
dan Hiperaktif

1. Terapi Bermain
Terapi bermain sering digunakan untuk menangani anak-anak
dengan ADHD, Melalui proses bermain anak-anak akan belajar
banyak hal.

2. Terapi Medis
Terapi medis biasanya berupa pemberian beberapa macam obat
dengan sasaran area tersebut, yaitu membantu memusatkan
perhatian dan mengendalikan perilaku, termasuk perilaku
agresif.

3. Terapi Back in Control


Program terapi “Back in Control” dikembangkan oleh Gregory
Bodenhamer. Program ini berbasis pada sistem yang berdasar
pada aturan, jadi tidak tergantung pada keinginan anak untuk
patuh.
4. Terapi Farmakologi
Rencana pengobatan harus dibuat secara individual, tergantung
gejala dan efeknya terhadap kehidupan sehari-hari. Penelitian
jangka panjang menunjukkan bahwa kombinasi obat dan terapi
lain memberi hasil paling baik.

5. Terapi Perilaku
Terapi psikososial/perilaku, seperti pelatihan kemampuan sosial,
dapat dianjurkan sebagai terapi awal bila gejala ADHD cukup
ringan, diagnosis ADHD belum pasti

6. Terapi Kombinasi
Inilah terapi yang diyakini terbaik karena dibarengi dengan makan
obat, sedangkan terapi perilaku dapat membantu pengelolaan
gejala-gejala ADHD dan mengurangi dampaknya pada anak.
PERAN KONSELOR

Adapun peranan konselor dalam menangani anak


yang mengalami ADHD yaitu apabila disebabkan
karena faktor psikologis konselor dapat memberikan
bantuan layanan awal secara penuh (berperan
penuh). Namun apabila disebabkan karena faktor
neurologis konselor berperan sebagai “P3K” untuk
selanjutnya direferalkan pada psikiater atau dokter.

Vous aimerez peut-être aussi