Vous êtes sur la page 1sur 24

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN

PROGRAM IMUNISASI

Oleh
dr. Muh Saleh Amin, MM

BIDANG PENGENDALIAN PENYAKIT & PENYEHATAN LINGKUNGAN


DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan
jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual
dan sosial.” (UU no 23/2002)

Setiap anak berhak memperoleh


imunisasi dasar sesuai dg
ketentuan utk mencegah
terjadinya penyakit yg dapat
dihindari melalui imunisasi (UU no
36/2009)

Pemerintah wajib
memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi
dan anak (UU no 36/2009)
MISI

Misi Program Imunisasi Nasional Pemerintah


Republik Indonesia adalah untuk sepenuhnya
memanfaatkan imunisasi untuk mengontrol PD3I
sehingga dengan demikian dapat menurunkan
angka kematian bayi dan anak, dan mencegah
kecacatan.
Tujuan Program Imunisasi

Menurunkan kesakitan & kematian


akibat Penyakit-penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
TUJUAN KHUSUS:

1. Mempertahankan status bebas polio


2. Mencapai eliminasi campak tahun 2018
3. Mencapai MNTE 2015 dan mempertahankannya pada tahun yang akan
datang
4. Tujuan Cakupan
 Mencapai cakupan nasional Campak dosis petama dan kedua sebesar minimal ≥95% pada
tahun 2018
 Mencapai dan mempertahankan cakupan nasional DTP3 >90% dan semua kabupaten/kota
>80% pada tahun 2018
 Mencapai UCI Desa ≥90% pada tahun 2018 dan mempertahakannya sampai tahun 2019
 Mencapai cakupan nasional HB 0 ≥90% pada tahun 2018
 Tahun 2019 semua provinsi telah mencapai tingkat akurasi data laporan imunisasi sebesar
80% di setiap tingkat dengan melalui penilaian DQS
5. Tahun 2015, introduksi IPV di semua provinsi, dan tahun 2017 introduksi
imunisasi rutin rubella di semua provinsi and tahun 2019 melakukan pilot
introductions dan penilaian dampak vaksin JE, rotavirus dan pneumokokus
6. Tahun 2016, membangun kebijakan imunisasi nasional untuk yang dapat
memberikan perlindungan menyeluruh
RPJMN 2010 – 2014  Renstra Kemenkes

Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap


kepada 80% bayi 0-11 bulan
Tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di
seluruh desa dan kelurahan
Tercapainya cakupan 95% anak SD/ MI yang mendapatkan imunisasi
STRATEGI:
Memberikan akses pelayanan
Menjamin kecukupan dan ketersediaan vaksin dan logistik
Introduksi Vaksin Pentavalen (DPT/HB/Hib) secara bertahap .
Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional
Memanfaatkan perkembangan metoda dan teknologi yang efektif,
berkualitas, efisien.
Memperkuat infra struktur ( kompetensi SDM, cold chain) dan
manajemen (petugas imunisasi secara berjenjang / RS, UPS)
TARGET MDGs ( GOAL 4)
Menurunkan Angka Kematian Anak

Target 4 A : Menurunkan angka kematian


balita sebesar dua pertiganya,
antara 1990 dan 2015.

Indikator : Persentase anak di bawah


satu tahun yang diimunisasi
campak.
MENGAPA IMUNISASI?
Upaya Pencegahan
Paling Cost Effective

selain dapat mencegah penyakit bagi


diri sendiri tetapi juga dapat
melindungi orang disekitarnya

Menggunakan vaksin produksi


dlm negeri sesuai standar aman
WHO
PENYAKIT YG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
(PD3I)
Polio Difteri Tetanus

Tuberculosis
Hepatitis B
Pertusis

Campak
SEJARAH IMUNISASI DI INDONESIA
Th. 1956  Imunisasi Cacar
Th. 1973  Imunisasi BCG
Th. 1974  Imunisasi TT pada ibu hamil
Th. 1976  Imunisasi DPT untuk bayi
Th. 1977  WHO mulai pelaksana program imunisasi sebagai
upaya Global (EPI-Expanded Program on Immunization)
Th. 1980  Imunisasi Polio
Th. 1982  Campak
Tn. 1990  Indonesia mencapai UCI Nasional
Th. 1997  Imunisasi Hepatitis.B
Th. 2004  Introduksi DPT-HB di 4 propinsi (Tahap I)
Tn. 2007  DPT-HB di seluruh Indonesia
Tn. 2007  Pilot Project IPV (Inactive Polio Vaccine) di Provinsi DIY
Th. 2010  Imunisasi Td untuk penanggulangan KLB & BIAS Kelas II & III
Tn. 2013  Introduksi Vaksin Pentavalent (DPT-HB-Hib)
Tahap I di 4 provinsi, yaitu Jawa Barat, DIY, Bali dan NTB
JENIS IMUNISASI WAJIB

Imunisasi Rutin
•Imunisasi Dasar pada Bayi
•Imunisasi Lanjutan pada:
• Batita - Wanita Usia Subur
• Anak Usia Sekolah

Imunisasi Tambahan
• Backlog Fighting - Crash Program
• PIN - Sub PIN
• Catch up Campaign Campak - ORI

Imunisasi Khusus
• Meningitis MeningokokuFever
• Anti Rabies (VAR)
Hep B /
(HB) O
-BCG
-Polio 1
-DPT-HB-Hib 1
-Polio 2
-DPT-HB-Hib 2
-Polio 3
-DPT-HB-Hib3 CAMPAK
-Polio 4

0-7 hr

1 Bulan

2 Bulan

3 Bulan
4 Bulan
9 Bulan
Imunisasi lanjutan;
-DPT-HB-Hib pd usia 1,5 tahun -DT - Td Td
- Campak pd usia 2 th -Campak

1 SD/MI 2 SD/MI 3 SD/MI

BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH


DPT-HB/ DPT-HB-Hib 1

DPT-HB/ DPT-HB-Hib 2
Status TT1 s.d TT5 :
Dihitung sejak Imunisasi
3 TAHUN Dasar Pada Bayi

DT Kelas 1 SD

5 TAHUN

Td Kelas 2 SD

10 TAHUN
TT WUS
Td Kelas 3 SD

25 TAHUN
X
INTRODUKSI VAKSIN PENTAVALENT
(DPT/HB/HIB)
Provinsi Sulawesi Tengah akan melaksanakan Introduksi Vaksin Pentavalen, Tahap
Advokasi & Sosialisasi mulai April 2014,
Pelaksanaan Pemberian Imunisasi Vaksin Pentavalen mulai 2014
Sasaran :
 Bayi : 0-11 bulan
 Batita : < 3 tahun
Epidemiologi Haemophillus Influenzae type b
(Hib)

 Bakteri Hib hanya ditemukan pada manusia


 Pada bayi dan balita, Hib dapat menyebabkan meningitis,
epiglotitis, pneumonia, arthritis, selulitis, osteomyelitis, dan
bakteriemia (CDC, 2000)
 Pada sebagian besar orang dewasa yang mengalami infeksi
tidak menjadi sakit, tetapi menjadi pembawa kuman karena
Hib menetap di tenggorokan (kolonosasi)
 Penyebarannya melalui percikan ludah (droplet) dari individu
yg sakit kepada orang lain ketika batuk atau bersin
EPIDEMIOLOGI HAEMOPHILLUS INFLUENZAE
TYPE B (HIB)
 Pneumonia menyebabkan kematian terbesar pada anak
 23% pneumonia yang serius pada anak disebabkan oleh
Haemophillus Influenzae type b (Hib). Penyebab lain
adalah pneumococcus, staphylococcus, streptococcus,
virus, jamur
 Upaya penanggulangan yg efektif bagi bayi dan balita
dilakukan melalui Imunisasi Hib
 Penelitian di Pulau Lombok 1998-2002 menunjukkan
bahwa Imunisasi Hib dapat mencegah sebagian besar dari
semua meningitis klinis dan dapat mencegah salah satu
penyebab pneumonia
REKOMENDASI
Hasil kajian Regional Review Meeting on Immunization
WHO/ SEARO di New Delhi dan Komite Ahli Penasihat
Imunisasi Nasional/ ITAGI th 2010, merekomendasikan:

“Agar Vaksin Hib diintegrasikan ke dalam


program imunisasi nasional untuk
menurunkan angka kesakitan, kematian,
dan kecacatan bayi dan balita akibat
pneumonia dan meningitis”
SITUASI SAAT INI

Logistik dan
SDM Manajemen
Peralatan

•Kurang •Terbatasnya biaya •Disparitas


kompetensi operasional & cakupan imunisasi
•Tugas rangkap pemeliharaan antar wilayah
•Tingginya mutasi •Terbatasnya •Sistem
petugas terlatih laporan monitoring desentralisasi
serta adanya pemakaian vaksin adm & keuangan
penghapusan dari daerah •Perencanaan yang
vaksinator dari •Rencana tidak adekuat,
jurim ke bidan introduksi vaksin bimbingan dan
desa Hib secara advokasi belum
bertahap optimal
KEBERHASILAN IMUNISASI

Eradikasi penyakit cacar tahun 1974


Eliminasi Maternal dan Neonatal Tetanus di 3
regional (Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan
dan Nusa Tenggara)
Tidak dijumpainya lagi kasus polio sejak tahun
2006
Menurunnya angka kematian campak (reduksi
campak)
Rojudin, Campang
Way Handak, lumpuh
tgl 28-05-05
Foto 03-07-’05
UCI desa 95% pd tahun 2014
Cakupan HB-0 bayi baru lahir 80% pd tahun 2014
Cakupan campak 95% dosis ke 2 melalui BIAS
Eliminasi MNT pada tahun 2012
Reduksi kematian akibat campak sebesar 95% pd
tahun 2015 dibanding 2000
KESIMPULAN
Imunisasi adalah hak anak.
Imunisasi adalah untuk kepentingan anak.
Imunisasi merupakan upaya paling efektif mencegah dan memutuskan rantai
penularan penyakit berbahaya.
Imunisasi tidak hanya berguna untuk diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain
disekitarnya.

Vous aimerez peut-être aussi