Vous êtes sur la page 1sur 166

ASI, KEBIJAKAN DAN

PELAYANAN KESEHATAN
Gita Sekar Prihanti, MPdKed
MENGAPA
MENYUSUI ?
…bahkan setiap ibu memiliki komposisi
ASI yang berbeda-beda…
MANFAAT
MENYUSUI

• Bayi
• Ibu
• Ayah & keluarga
• Tempat kerja
• Masyarakat
• Negara
Indikator Kecenderungan

AKABAL 58/1000 (SDKI 1997) 44/1000 (SDKI 2007)

AKI 307/100.000 (SDKI


228/100.000 (SDKI 2007)
2002/2003)

AKB 35/1000 (SDKI


34/1000 (SDKI 2007)
2002/2003)

Gizi Kurang 18,4% (Riskesdas


17,9% (Riskesdas 2010)
(BB/U) 2007)
36,8% (Riskesdas
Pendek (TB/U) 35,6% (Riskesdas 2010)
2007)
13,6% (Riskesdas
Kurus (BB/TB) 2007) 13,3% (Riskesdas 2010)

Gemuk (BB/TB) - 12,2% (Riskesdas 2010)


Gambaran Status Gizi Balita
(Riskesdas 2010)

40 (RISKESDAS 2010)
35,6
35
30
Prevalensi (%)

25
20 17,9
13,3 14,2
15
10
5
0
GIZI KURANG PENDEK KURUS GEMUK

7
Kecenderungan masalah gizi
balita 2007-2010
ASI Eksklusif < 6 Bulan  Pemberian MP-ASI
terlalu dini (atau tidak 3T) Gagal Tumbuh
9
STANDAR TUMBUH KEMBANG
KEPMENKES No :1995/MENKES/SK/XII/2010

Pada usia 5 tahun


anak2 6-7 cm
lebih pendek dari
kelompoknya

 Kondisi sosial ekonomi, lingkungan


 Cukup bulan, tunggal
 Tidak sakit
 Ibu tidak merokok, alkohol
 Makanan bayi dan anak optimal;
- ASI Eksklusif/predominantly > 4 bulan
- Diteruskan menyusui >12 bulan
- Dikenalkan MPASI pada usia 6 bulan

10
Kematian Bayi dan Balita
Terkait Kurang Gizi
Fenomena dua
Malaria 5% per tiga:
ISPA 19%  2/3 kematian balita
Diare 19% terkait kurang gizi
 2/3 kurang gizi
terkait praktik
Kurang Gizi pemberian makan
54% Campak 7% yang kurang tepat
pada bayi dan batita

Perinatal 18%
Lain-lain 32%

Sumber: WHO, 2002 Penting Penerapan


optimal feeding
pada bayi dan anak
Intervensi yang paling Efektif
The Lancet, Maternal Child Undernutrition Series,
January 2008 (Bhutta et al.)

• Paling efektif menurunkan kematian : Breastfeeding counselling


• Paling efektif menurunkan anak pendek: Improvement of
complementary feeding
Peningkatan Makanan Bayi dan Anak
Menyelamatkan Balita dari Kematian
The Lancet, Child Survival Series, 2003 (Jones et al.)

Intervensi Jml meninggal yang %


dapat ditekan
Pemberian ASI Eks 1,301,000 13%
Pemberian MP-ASI 587,000 6%
Kelambunisasi 691,000 7%
Sanitasi & Air Bersih 326,000 3%
Vitamin A 225,000 2%
Nevirapine/ replacement feeding 150,000 2%
Imunisasi campak 103,000 1%
Rekomendasi WHO/Unicef 2002 :
Optimal Feeding pada bayi dan anak 0 – 24 bulan :

 Inisiasi Menyusu Dini dalam 1 jam setelah bayi lahir


 Bayi mendapat ASI secara eksklusif sejak lahir
sampai usia 6 bulan
 Bayi mulai diberi MP-ASI sejak usia 6 bulan
 ASI terus diberikan sampai anak berumur 24 bulan
atau lebih
Situasi menyusui terkini:
Perilaku menyusui di Indonesia
Persentase Bayi Umur 0-6 Bulan Yang Mendapat ASI Saja
Menurut Tahun
(Data Susenas 2004 –2010)

70 64,1 62,2 61,3 61,5


58,9 59,7
60 56,2
50
PERSEN

40
30
20
10
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
TAHUN
Persentase Bayi Umur 6 Bulan Yang Mendapat ASI Saja
Selama 6 Bulan Menurut Tahun
(Data Susenas 2004 –2010)

70
60
50
PERSEN

40 34,3 33,6
26,3 25,5 28,6 24,3
30 19,5
20
10
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
TAHUN
Sebaran persentase Bayi 0-6 Bulan
mendapat ASI Eksklusif menurut Provinsi Tahun 2010
(Susenas 2010)
Sebaran Persentase Bayi 6 Bulan
yang mendapat ASI Eksklusif menurut Provinsi
Tahun 2010 (Susenas 2010)
Grafik Praktek Pemberian Makan pada Bayi
Menurut Umur
(SDKI 2002/2003-2007)
SASARAN PEMBINAAN GIZI DALAM RPJMN
DAN RENSTRA KEMKES 2010-2014

SASARAN RPJMN SASARAN RENSTRA KEMKES 2010-2014


2010-2014 Pencapaian
Indikator 2010** 2010 2014

1. Persentase balita ditimbang berat 63,4% 65% 85%


badannya (D/S)*
2. Persentase balita gizi buruk yang 100% 100% 100%
Prevalensi mendapat perawatan*
gizi kurang 3. Persentase bayi usia 0-6 bulan 61,3% 65% 80%
mendapat ASI Eksklusif
15%
4. Persentase 6-59 bulan dpt kapsul 75.5% 75% 85%
Prevalensi vitamin A
5. Persentase ibu hamil mendapat Fe 68,7% 71% 85%
pendek 32%
6. Persentase RT yg mengonsumsi
garam beryodium 78,9% 75% 90%
7. Persentase Penyediaan bufferstock
MP-ASI untuk daerah bencana 100% 100% 100%
8. Persentase kabupaten/kota yang
melaksanakan surveilans gizi 100% 100% 100%
* Sasaran Inpres 3/2010
** Pencapaian sampai Sep 2010
Penanggulangan Masalah Gizi
Primary Prevention
(Kegiatan bulanan di
Secondary Prevention Tertiary
Posyandu)
Prevention
(Penangangan gizi (Penangangan gizi
1. Pemantauan berat kurang) buruk)
badan di Posyandu
2. Penyuluhan dan 1.Balita Gizi Kurang 1.Rawat inap
konseling ASI eksklusif diberi PMT Pemulihan 2.Rawat jalan
dan MP-ASI
2.Bumil Gakin KEK
3. Mendapat kapsul vit A mendapat PMT
4. Balita GAKIN mendapat Pemulihan
MPASI Lokal
5. Bumil mendapat tablet
Fe
6. Keluarga menggunakan
garam beryodium
7. PMT Penyuluhan
8. Balita BGM, 2 T dirujuk
untuk dikonfirmasi
Strategi
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
(PP-ASI)

1. Pemberdayaan ibu dan keluarga dalam


perilaku menyusui.

2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

3. Lingkungan kondusif untuk mendukung


keberhasilan menyusui
I
Memberdayakan Ibu & Keluarga Agar Mau dan Mampu
Menyusui dengan Benar
 Penyuluhan dan kampanye
menyusui: Radio, TV spot, Pekan
ASI Sedunia
 Th 2006 : Penganugerahan Ibu
Negara Ny. Ani Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai Duta Nasional
untuk ASI
 Pengembangan Kelompok
Masyarakat Pendukung ASI
 Tahun 2010 : penghargaan Tokoh
Penggerak ASI dalam Pekan ASI
Sedunia 2010 di Monas
10 LMKM
1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan tentang ketrampilan
menyusui
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat
menyusui dan langkah keberhasilan menyusui. Membantu
memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV
positif
4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30
menit setelah melahirkan
5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi
tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara)
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir
7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi (rooming-in)
8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi
9. Tidak memberikan dot atau kempeng
10.Membentuk dan membantu pengembangan kelompok
pendukung ibu menyusui
Dukungan
Pemberian
ASI &
Peraturan
Per-UU-an
MENYUSUI
SEPERTI APA
YANG
DIHARAPKAN ?
Standar Emas Makanan Bayi
(resolusi WHA no. 55.25 thn 2002)


IMD + rawat gabung


ASI eksklusif mulai lahir s/d 6 bulan


MPASI lokal + rumahan mulai 6 bulan


ASI diteruskan sampai 2 tahun/lebih
BAGAIMANA
PERATURAN DI
INDONESIA ?
Keppres 36/1990: Ratifikasi
Konvensi Hak Anak

Implementasi dari Konvensi Hak Anak


(Convention on the Rights of the Child)
khususnya pasal 6 dan pasal 24 (1, 2.a,
2.c), yaitu hak untuk tumbuh kembang
secara optimal dan mendapatkan standar
kesehatan yang tertinggi, terhindar dari
resiko kematian & malnutrisi  salah
satu cara adalah dengan ASI
UU no. 49/1999: Hak Asasi Manusia

 Pasal 11  setiap orang berhak atas pemenuhan


kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang
secara layak

 Maknanya  pemberian ASI merupakan cara agar


anak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya untuk
tumbuh dan berkembang secara layak
Standar Emas 1

INISIASI
MENYUSU DINI
(memulai proses menyusui segera
setelah lahir dan dilakukan minimal
selama 1 jam)
Pasal 9
PP no. 33 tahun 2012
IMD dilakukan dalam kondisi ibu dan
bayi stabil dan tidak membutuhkan
tindakan medis, dimana bayi yang
baru lahir segera diletakkan secara
tengkurap diatas dada atau perut ibu,
sehingga kulit bayi melekat pada
kulit ibu, dan dilakukan selama
minimal 1 jam
Berbagai Manfaat IMD
• Ibu dan bayi dapat segera melakukan bonding atau
proses kelekatan (ayah juga)
• Mendapatkan manfaat kontak kulit pertama antara ibu
dan bayi (termoregulator, bayi berkurang stress, gula
darah lebih stabil, probiotik + lactobacilus, kolostrum,
meningkatkan hormon oksitosin)
• Awal pemantapan kegiatan menyusui
• Bayi 8x lebih berhasil mendapatkan ASIX
• Bayi lebih lama mendapatkan ASI (sampai 2 tahun
atau lebih)
• Mengurangi angka kematian bayi baru lahir (22%) dan
balita (8,8%)
SEGERA DEKAP: Kontak Kulit
RAWAT GABUNG
Mengenali tanda haus/lapar
sebelum bayi menangis
Ibu lebih responsif, kegiatan
menyusui lebih lancar (oksitosin)
Meningkatkan kesuksesan
menyusui
Cara terbaik bagi ibu untuk
dapat beristirahat sambil
menyusui
Bayi tidak turun imunitas
tubuhnya
Kontak kulit bisa terus dilakukan
Pasal 10
PP no. 33 tahun 2012

Rawat gabung adalah, ibu dan bayi


berada dalam satu ruang rawat inap
dimana bayi selalu berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam
Standar Emas 2

ASI EKSKLUSIF
Setiap bayi yang lahir berhak untuk
mendapatkan ASI eksklusif (Pasal 128
UU no. 36/2009 tentang Kesehatan)
Kepmenkes no. 450/2004

“ASI eksklusif selama 6 bulan


pertama kehidupan bayi”
ASI Eksklusif
Bayi hanya diberi ASI saja

tanpa tambahan cairan lain


seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan
tim

Penjelasan Pasal 128 (1) UU no.


36 tahun 2009:
pemberian hanya ASI selama 6
bulan dan dapat terus
dilanjutkan sampai usia 2 tahun
bersamaan dengan pemberian
MP-ASI
HAK BAYI YANG DIATUR DALAM
PP NO. 33 TAHUN 2012

 Pasal 6  bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak


lahir sampai usia 6 bulan

 Pasal 7  kemungkinan bayi tidak bisa mendapatkan


haknya adalah:
(1) indikasi medis,
(2) ibu tidak ada (meninggal), dan
(3) ibu & bayi terpisah (tidak diketahui keberadaannya,
bencana)

 Catatan: kondisi medis bisa terjadi pada ibu dan/atau


bayi sebagaimana tercantum dalam penjelasan pasal 7
Permenkes 39 tahun 2013
Sufor Bayi & Produk Bayi Lainnya

 Pasal 6 & 13  kondisi dimana bayi dapat diberikan susu


formula:

(1) indikasi medis,


(2) ibu meninggal dunia, sakit berat, gangguan mental,
(3) ibu tidak diketahui keberadaannya,
(4) ibu terpisah dari bayi karena kondisi bencana, atau
sebab lainnya sehingga anak tidak memperoleh haknya
Permenkes 39 tahun 2013
Sufor Bayi & Produk Bayi Lainnya

 Pasal 7  pemberian sufor bayi berdasarkan indikasi medis:


(1) bayi yang mendapatkan sufor khusus karena kelaianan
metabolisme bawaan,
(2) bayi butuh selain ASI dalam jangka waktu tertentu,
(3) kondisi medis ibu,
(4) kondisi medis ibu dengan HepB dan bayi belum diberikan
vaksin HepB dalam 12 jam, dan
(5) kondisi lainnya sesuai perkembangan IPTEK.

Yang menentukan kondisi medis adalah dokter, atau


bidan/perawat (bila tidak ada dokter) dengan tujuan
penyelamatan jiwa
APA RESIKONYA ?
• Resiko penyakit dan infeksi
 bayi, anak, remaja,
dewasa
• Resiko kontaminasi produk
 formula BUKAN produk
steril
• Resiko pencemaran air
• Resiko tatacara
penyimpanan dan
pemberian yang tidak benar
• Resiko metode pemberian
formula
• Resiko menguras kantong 
“kanker” = kantong kering
HAK BAYI YANG DIATUR

 Pasal 15 & 17  bayi berhak untuk tidak mendapatkan


susu formula kecuali atas indikasi medis sebagaimana
tercantum dalam pasal 7 dan penjelasannya

dan apabila bayi harus mendapatkan susu formula

 Pasal 16  ibu berhak mendapatkan peragaan dan


penjelasan tatacara penggunaan susu formula yang benar
dari tenaga kesehatan
Permenkes 39 tahun 2013
Sufor Bayi & Produk Bayi Lainnya

Pasal 27

setiap nakes dan fasilitas pelayanan kesehatan


harus melaksanakan pencatatan dan pelaporan
(kepada pemda/pemkot) penggunaan sufor bayi dan
produk bayi lainnya
Standar Emas 3
MAKANAN
PENDAMPING ASI
(MP-ASI)

Pemberian makanan pendamping air


susu ibu sebagai tambahan makanan
sesuai kebutuhan bayi (Pasal 128 UU
no. 36 tahun 2009)
MP-ASI
• gizi seimbang / PUGS
• AFATVAH
• bahan lokal tersedia di pasar
• makanan keluarga (bikinan sendiri)
• < 1 tahun, ASI tetap didahulukan
Standar Emas 4

ASI 2 TAHUN /
LEBIH
Pemberian hanya ASI selama 6 bulan dan
dapat terus dilanjutkan sampai usia 2 tahun
(Pasal 128 UU no. 36 tahun 2009)
ASI 2 Tahun / Lebih
• AAP menyarankan
ASI min 1 tahun
• WHO & IDAI
merekomendasika
n ASI 2 tahun/lebih
• Memenuhi 30%
kebutuhan kalori
• Kandungan
antibodi meningkat
• Beberapa manfaat ASI bagi ibu & bayi sangat
tergantung pada durasi pemberian ASI
semakin lama, semakin bagus

• Penelitian oleh Katherine A. Dettwyler, PhD


(ahli antropologi) manusia selayaknya disapih
antara usia 2,5 – 7 tahun

• Rata-rata lama menyusui di dunia adalah 4,2


tahun
TIPS SUKSES
MENYUSUI
PERCAYA DIRI

EDUKASI DUKUNGAN
EDUKASI
ibu berhak mendapatkan informasi & edukasi
dari tenaga kesehatan / fasilitas kesehatan
tentang ASI eksklusif sejak masa kehamilan
(Pasal 13 PP no. 33 tahun 2012)
• buku, majalah, koran,
internet
• ibu-ibu menyusui
• seminar, talkshow, pameran
• Konselor menyusui dan
konsultan laktasi
• Kelas edukASI AIMI
KELAS EDUKASI
prenatal  postnatal  common challenges
POST TEST
• Peserta menjawab lebih dari 80% pertanyaan benar pada post test (nilai 5-
6)
• Data dari Pusat, Jateng, Jatim
78.03
80.00 66.67
62.91
70.00
60.00
50.00
(%) 40.00
30.00 20.97
14.74 15.38
20.00
10.00
0.00
BB/PRENATAL WM/POSTNATAL CP/CC

PRE POST
DUKUNGAN
Ibu berhak didukung secara penuh oleh
keluarga, pemerintah/pemda, masyarakat
dalam pemberian kesempatan dan fasilitas
menyusui (Pasal 129(2) UU no. 36 tahun
2009)
PP NO. 33 TAHUN 2012

 Pasal 37  masyarakat, yaitu perorangan, kelompok


atau organisasi, harus mendukung program pemberian
ASI eksklusif, melalui:
(1) sumbangan pemikiran untuk kebijakan/pelaksanaan
program pemberian ASI eksklusif,
(2) penyebaran informASI ,
(3) pemantauan dan evaluasi program pemberian ASI
eksklusif, dan
(4) menyediakan waktu dan tempat untuk menyusui
Pelaksanaan dukungan berpedoman
pada 10 LMKM untuk masyarakat
Penjelasan Pasal 37 PP no. 33 tahun
2012:
1. Hak untuk IMD
2. Hak untuk ASI eksklusif
3. Hak untuk rawat gabung
4. Melaporkan pelanggaran Kode WHO
5. Ruang menyusui di tempat kerja
6. Kesempatan menyusui di tempat kerja
7. ASI kapanpun & dimanapun
8. Menyusui di tempat umum
9. Pantau pemberian ASI di lingkungan
10. Pilih faskes & nakes yang 10 LMKM
Peranan Promosi &
Pemasaran Formula
Kode WHO
Kode Internasional Mengenai Pemasaran
Produk-Produk Pengganti ASI yang
diterbitkan oleh WHO, menetapkan
bahwa:

para orangtua harus diberitahukan


mengenai bahaya-bahaya kesehatan yang
ditimbulkan sebagai akibat dari
pemberian formula yang tidak
diperlukan atau tidak
benar
Kode WHO

• Dilarang beriklan
• Dilarang memberikan
sampel gratis
• Dilarang promosi melalui
faskes
• Tidak ada kontak antara
tenaga sales dengan ibu
• Tidak ada hadiah dan
sampel gratis untuk nakes
PP No. 33 tahun 2012

 Pasal 18 Faskes & nakes dilarang menerima dan/atau


mempromosikan susu formula bayi dan/atau produk bayi
lainnya

 Pasal 19  Produsen susu formula bayi dan/atau produk bayi


lainnyai dilarang: (1) memberi contoh produk secara gratis,
(2) penjualan langsung ke rumah, (3) memberikan diskon atau
insentif bagi pembelian produk, (4) penggunaan nakes untuk
beri info tentang susu formula, (5) iklan di media cetak &
elektronik

 Susu formula bayi = untuk 0 – 6 bulan, produk bayi lainnya =


termasuk susu bayi sampai 12 bulan
Permenkes 39 tahun 2013
Sufor Bayi & Produk Bayi Lainnya

 Pasal 20  iklan sufor bayi (0-12 bulan):

(1) hanya boleh di media cetak khusus tentang kesehatan,


(2) iklan harus memuat keterangan mengenai kondisi
penggunaan sufor bayi dan tulisan “ASI adalah makanan
terbaik untuk bayi”, dan
(3) materi iklan harus disetujui Menteri Kesehatan.
Permenkes 39 tahun 2013
Sufor Bayi & Produk Bayi Lainnya

 Pasal 21  produsen dan distributor sufor dilarang melakukan


promosi dengan cara:
(1) memberikan sampel gratis,
(2) memberikan suplai gratis, diskon, iming2 penjualan,
(3) memberikan hadiah pejualan atau pembelian sufor,
(4) penjualan dengan promosi berlebihan via sarana elektronik,
(5) direct sales marketing ke rumah atau tempat sarana
umum,
(6) menggunakan nakes untuk beri info tentang sufor ke
masyarakat,
(7) menggunakan gambar bayi sehat, dan
(8) mengidealkan produk seolah2 yang terbaik.
Permenkes 39 tahun 2013
Sufor Bayi & Produk Bayi Lainnya

Pasal 22

tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan


kesehatan DILARANG melakukan promosi
sufor bayi dan produk bayi lainnya dengan
cara apapun
Dukungan Suami
• Sejak masa kehamilan:
(1) mendampingi istri
kunjungan antenatal, (2)
mempelajari soal ASI &
menyusui
• Suami tahu + dukung
menyusui = keberhasilan
98,1%
• Suami tidak tahu + tidak
dukung menyusui =
keberhasilan 26,9%
Dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan
suksesnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi, yaitu
berupa pemberian motivasi, dukungan psikologis dan
persiapan nutrisi (Sudiharto, 2007)

Dukungan Keluarga
Dukungan Sesama Ibu Menyusui

Penelitian menunjukkan bawah dukungan sesama ibu


menyusui dapat membantu ibu-ibu baru untuk mencapai
target mereka dalam menyusui, dan untuk memberikan ASI
dalam jangka waktu yang lebih lama
DUKUNGAN TEMPAT
KERJA
HAK CUTI MELAHIRKAN

 PNS (PP no. 24/1976)  cuti melahirkan ditanggung hanya


sampai anak ke-3, diambil 1 bulan sebelum dan 2 bulan setelah
melahirkan

 CPNS (peraturan berbeda antar departemen, eg. Kemkeu SE


3559/MK.1/2009)  bisa ambil cuti seperti PNS, tetapi
mengurangi hak cuti setelah diangkat menjadi PNS

 Pekerja/buruh (UU no. 13/2003)  cuti diambil 1,5 bulan


sebelum dan sesudah melahirkan, dapat disesuaikan dengan
surat dokter

 Non-formal (tidak ada peraturan)  pedagang pasar, petani,


ART/pengasuh anak, dll
UU no. 13/2003: Ketenagakerjaan

Pasal 83
"Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih
menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya
untuk menyusui anaknya jika hal itu harus
dilakukan selama waktu kerja“
Penjelasan  ketersediaan tempat untuk menyusui
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
perusahaan, yang diatur dalam peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama
UU no. 36/2009: Kesehatan

 Pasal 128 (2)  ibu berhak didukung secara penuh oleh


keluarga, pemerintah/pemda, masyarakat dalam
pemberian kesempatan dan fasilitas menyusui
PP NO. 33 TAHUN 2012

 Pasal 30, 31, 34 & 35  tempat kerja (perusahaan,


kantor pemerintah, pemda & swasta), harus mendukung
program ASI eksklusif, dengan melakukan:
(1) memiliki kebijakan tentang dukungan terhadap
program ASI eksklusif dalam peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja antara serikat pekerja & pengusaha,
(2) memiliki ruang menyusui/memerah ASI,
(3) memberikan kesempatan ibu bekerja untuk
menyusui/memerah ASI, dan
(4) memiliki peraturan internal yang mengatur tentang
dukungan terhadap program ASI eksklusif.
Sanksi Untuk Tempat Kerja

 Pasal 36 Tempat kerja yang:


a. tidak mendukung program ASI eksklusif,
b. tidak memiliki ruang menyusui/memerah ASI,
c. tidak memberi kesempatan ibu bekerja untuk
menyusui/memerah ASI

terkena sanksi sesuai UU no. 36 tahun 2009, yaitu:

 Pasal 200 & 201  sanksi pidana & denda:


1. pidana kurungan 1 tahun
2. denda Rp. 100.000.000 (korporasi x3)
3. pencabutan izin usaha dan/atau status badan hukum
Kewajiban Fasilitas Umum

 Pasal 30 & 35  tempat sarana umum harus mendukung


program ASI eksklusif dengan menyediakan fasilitas
ruang memerah/menyusui, dan wajib membuat peraturan
internal yang mendukung program ASI eksklusif

 Pasal 32  tenaga sarana umum adalah: (a) fasilitas


pelayanan kesehatan, (b) hotel & penginapan, (c) tempat
rekreasi, (d) airport, (e) stasiun KA, (f) pelabuhan, (g)
pusat perbelanjaan, (h) GOR, (i) lokasi penampungan
pengungsi, (j) dll
Sanksi Untuk Fasilitas Umum

 Pasal 36 Fasilitas umum yang:


a. tidak mendukung program ASI eksklusif,
b. tidak memiliki ruang menyusui/memerah ASI,
c. tidak memberi kesempatan ibu bekerja untuk
menyusui/memerah ASI

terkena sanksi sesuai UU no. 36 tahun 2009, yaitu:

 Pasal 200 & 201  sanksi pidana & denda:


1. pidana kurungan 1 tahun
2. denda Rp. 100.000.000 (korporasi x3)
3. pencabutan izin usaha dan/atau status badan hukum
Permenkes 15 tahun 2013
Tatacara Penyediaan Ruang ASI

 Pasal 3 & 4  tempat kerja dan sarana umum harus


mendukung program ASI eksklusif, dengan melakukan:
(1) memiliki ruang menyusui/memerah ASI,
(2) memberikan kesempatan ibu bekerja untuk
menyusui/memerah ASI,
(3) memiliki peraturan internal yang mengatur tentang
dukungan terhadap program ASI eksklusif, dan
(4) penyediaan konselor menyusui

tempat kerja berupa fasilitas pelayanan kesehatan harus


membuat kebijakan berpedoman pada 10 LMKM
Permenkes 15 tahun 2013
Tatacara Penyediaan Ruang ASI

 Pasal 8  kebutuhan jumlah Ruang ASI disesuaikan


dengan:
(1) jumlah pekerja hamil dan/atau menyusui
(2) luas area kerja,
(3) waktu/pengaturan jam kerja,
(4) potensi bahaya di tempat kerja, dan
(5) sarana & prasarana
Permenkes 15 tahun 2013
Tatacara Penyediaan Ruang ASI

 Pasal 12  syarat Ruang ASI di tempat sarana umum:


(1) kursi & meja,
(2) wastafel, dan
(3) sabun cuci tangan

 Pasal 13, 14 & 16  tempat kerja dapat menyediakan


konselor menyusui:
(1) konseling menyusui,
(2) edukasi manfaat ASI eksklusif, dan
(3) memotivasi untuk tetap memberikan ASI
Permenkes 15 tahun 2013
Tatacara Penyediaan Ruang ASI

Pasal 18

pendanaan untuk pengelolaan Ruang ASI di tempat kerja


maupun di tempat umum, DILARANG bersumber dari
produsen atau distributor susu formula bayi dan/atau
produk bayi lainnya
Dukungan Fasilitas
Kesehatan Pro-ASI

Carilah dan pilihlah


rumah sakit dan fasilitas
bersalin yang “sayang
bayi” sebagai tempat
untuk melahirkan, yang
menerapkan 10 Langkah
Menuju Keberhasilan
Menyusui (LMKM)
sebagaimana ditetapkan
oleh WHO
10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui
Pasal 33 PP no. 33 tahun 2012:
1. Kebijakan tertulis
2. Melatih staff
3. Memberikan informasi tentang manfaat
& manajemen menyusui
4. melakukan IMD
5. Bantu untuk & pertahankan menyusui
6. Tidak beri selain ASI
7. Rawat gabung
8. Menyusui kapanpun
9. Tidak beri dot & empeng
10. Rujuk ke KP ASI
Kewajiban Fasilitas Kesehatan

 Pasal 2 & 6  fasilitas kesehatan wajib mendukung ibu


untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya

 Pasal 9  fasilitas kesehatan wajib melakukan IMD


(bayi ditengkurapkan diatas dada/perut ibu, kulit ibu
dan bayi saling menempel) minimal selama 1 jam selama
ibu dan bayi dalam keadaan stabil

 Pasal 10  fasilitas kesehatan wajib untuk


menempatkan ibu dan bayinya dalam 1 kamar (rawat
gabung), yaitu bayi selama 24 jam selalu berada dalam
jangkauan ibunya
Kewajiban Fasilitas Kesehatan

 Pasal 13  fasilitas kesehatan wajib memberikan informasi


dan edukasi tentang ASI eksklusif kepada ibu dan
keluarganya, mencakup:
1. manfaat ASI,
2. gizi & persiapan menyusui,
3. resiko pemberian susu formula, dan
4. keputusan untuk tidak beri ASI

 Pasal 18 (3)  fasilitas kesehatan harus mendapatkan


persetujuan kadinkes setempat untuk menerima bantuan susu
formula dalam keadaan bencana
Kewajiban Fasilitas Kesehatan

 Pasal 23 (2)  fasilitas kesehatan wajib membuat pernyataan tertulis


kepada menkes bahwa bantuan dari produsen susu formula untuk:
1. pelatihan,
2. penelitian & pengembangan,
3. pertemuan ilmiah
bersifat tidak mengikat dan tidak menghambat program ASI eksklusif
Kewajiban Fasilitas Kesehatan

 Pasal 26 & 27  fasilitas kesehatan wajib melaporkan


bantuan dari produsen susu formula untuk:
1. pelatihan,
2. penelitian & pengembangan,
3. pertemuan ilmiah
kepada menkes (dan pejabat lain yang terkait)
selambatnya 3 bulan setelah menerima bantuan
tersebut
Kewajiban Fasilitas Kesehatan

 Pasal 30 & 35  fasilitas kesehatan harus mendukung


program ASI eksklusif dengan:
1. menyediakan fasilitas ruang memerah/menyusui, dan
2. wajib membuat peraturan internal yang mendukung
program ASI eksklusif
Larangan Fasilitas Kesehatan

 Pasal 18  fasilitas kesehatan dilarang:


1. memberikan, menerima dan/atau mempromosikan susu
formula (botol, dot & empeng) kepada ibu dan
keluarganya, dan
2. dilarang menyediakan layanan kesehatan atas biaya
produsen susu formula (botol, dot & empeng)

 Pasal 21  fasilitas kesehatan (termasuk pengurus dan


keluarganya) dilarang menerima hadiah dan/atau bantuan
dari perusahaan susu formula (botol, dot & empeng)
Sanksi Untuk Fasilitas
Kesehatan
 Fasilitas kesehatan dikenakan sanksi administratif
berupa:
a. teguran lisan dan/atau
b. teguran tertulis

APABILA:

 Pasal 14  fasilitas kesehatan tidak:


1. melakukan IMD,
2. melakukan rawat gabung,
3. memberikan edukasi & informasi ttg ASI eksklusif
Sanksi Untuk Fasilitas
Kesehatan
 Pasal 29  fasilitas kesehatan:
1. menerima, mempromosikan atau memberikan susu formula,
botol, dot dan empeng (pengecualian pasal 15);
2. menyediakan layanan kesehatan atas biaya produsen susu
formula, botol, dot dan empeng;
3. memberikan sampel susu formula, botol, dot dan empeng secara
gratis atau dalam bentuk apapun;
4. menerima hadiah dan/atau bantuan dari produsen susu formula,
botol, dot dan empeng (pengecualian pasal 22);
5. tidak memberikan pernyataan tertulis kepada Menteri
Kesehatan untuk pengecualian pasal 22;
6. tidak memberikan laporan kepada Menteri Kesehatan terkait
pelaksanaan pasal 22;
Sanksi Untuk Fasilitas
Kesehatan
 Pasal 36 Fasilitas kesehatan yang:
a. tidak mendukung program ASI eksklusif,
b. tidak memiliki ruang menyusui/memerah ASI,
c. tidak memberi kesempatan ibu bekerja untuk
menyusui/memerah ASI

terkena sanksi sesuai UU no. 36 tahun 2009, yaitu:

 Pasal 200 & 201  sanksi pidana & denda:


1. pidana kurungan 1 tahun
2. denda Rp. 100.000.000 (korporasi x3)
3. pencabutan izin usaha dan/atau status badan hukum
Dukungan Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan harus mendukung


ibu untuk memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya

(Pasal 2 & 6 PP no. 33 tahun 2012)


Kewajiban Tenaga Kesehatan

 Pasal 9  tenaga kesehatan wajib melakukan IMD (bayi


ditengkurapkan diatas dada/perut ibu, kulit ibu dan bayi
saling menempel) minimal selama 1 jam selama ibu dan
bayi dalam keadaan stabil

 Pasal 10  tenaga kesehatan wajib untuk fasilitasi


rawat gabung ibu dan bayinya, yaitu bayi selama 24 jam
selalu berada dalam jangkauan ibunya
Kewajiban Tenaga Kesehatan

 Pasal 13  tenaga kesehatan wajib memberikan informasi dan


edukasi tentang ASI eksklusif kepada ibu dan keluarganya,
mencakup:
1. manfaat ASI,
2. gizi & persiapan menyusui,
3. resiko pemberian susu formula, dan
4. keputusan untuk tidak beri ASI

 Pasal 16  tenaga kesehatan wajib memberikan peragaan dan


penjelasan atas penggunaan dan penyajian susu formula
kepada ibu dan keluarga apabila berada dalam kondisi pasal 7
Kewajiban Tenaga Kesehatan

 Pasal 23 (1)  tenaga kesehatan wajib membuat pernyataan


tertulis bahwa bantuan dari produsen susu formula untuk:
1. pelatihan,
2. penelitian & pengembangan,
3. pertemuan ilmiah
bersifat tidak mengikat dan tidak menghambat program ASI
eksklusif
Larangan Tenaga Kesehatan

 Pasal 17  tenaga kesehatan dilarang memberikan, menerima


dan/atau mempromosikan susu formula (botol, dot & empeng)
kepada ibu dan keluarganya

 Pasal 21  tenaga kesehatan (dan keluarganya) dilarang


menerima hadiah dan/atau bantuan dari perusahaan susu
formula (botol, dot & empeng)
Sanksi Untuk Tenaga
Kesehatan
 Tenaga kesehatan dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran lisan,
b. teguran tertulis, dan/atau
c. pencabutan izin

APABILA:

 Pasal 14  tenaga kesehatan tidak:


1. melakukan IMD,
2. melakukan rawat gabung,
3. memberikan edukasi & informasi ttg ASI eksklusif
Sanksi Untuk Tenaga
Kesehatan
 Pasal 29  tenaga kesehatan:
1. (apabila diperlukan) tidak beri peragaan & penjelasan
atas penggunaan susu formula;
2. menerima, mempromosikan atau memberikan susu
formula, botol, dot dan empeng (pengecualian pasal
15);
3. menerima hadiah dan/atau bantuan dari produsen
susu formula, botol, dot dan empeng (pengecualian
pasal 22);
4. tidak memberikan pernyataan tertulis kepada
atasannya untuk pengecualian pasal 22.
Dukungan Konselor Menyusui

7+ KONTAK membantu ibu untuk


mempertahankan menyusui
PP NO. 33 TAHUN 2012

 Pasal 13  ibu berhak mendapatkan informasi & edukasi


dari tenaga terlatih, yaitu konselor menyusui, tentang
ASI eksklusif sejak masa kehamilan sampai masa ASI
eksklusif selesai, dalam bentuk:
1. penyuluhan;
2. konseling;
3. pendampingan (untuk IMD dan awal kegiatan
menyusui)
KONSELING
by phone  by email  tatap muka
KEGIATAN MENYUSUI
SETELAH KONSELING

63.58

19.14
7.41 9.88

Full ASI dan Full ASIP Tidak full ASI Tidak ASI
menyusui atau
langsung menggunakan
donor ASI
Dukungan Pemerintah / Pemda
Pasal 4 & 5 PP no. 33 tahun 2012
Tanggung Jawab Pemda

 Menetapkan kebijakan daerah propinsi / kabupaten terkait dengan


program pemberian ASI
 Advokasi & sosialisasi program pemberian ASI
 Memberikan pelatihan teknis konseling menyusui
 Menyediakan tenaga konselor menyusui di fasilitas kesehatan dan
tempat sarana umum lainnya
 Membina, monev & mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program
pemberian ASI
 Menyelenggara, memanfaatkan dan memantau penelitian &
pengembangan program pemberian ASI
 Mengembangkan kerjasama dengan pihak lain sesuai peraturan yang
berlaku
 Menyediakan akses terhadap informasi dan edukasi atas program
pemberian ASI
Anjuran Agama Tentang Menyusui
“Dan para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”.
(Al-Qur’an. Surat Al-Baqarah ayat 233)

“Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir yang selalu ingin akan air
susu yang murni yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan
beroleh keselamatan”.
(Alkitab. Petrus 2 : 2)

“Engkau (Allah) yang mengeluarkan aku dari kandungan Ibuku. Engkau


(Allah) yang membuat aku aman pada dada ibuku. Kepada-Mu aku
diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku engkaulah
Allahku”.
(Alkitab. Mazmur 22 : 10-11)

“Tidak ada cinta yang melebihi cinta kepada anaknya, air susu ibu
adalah perantara cinta kasih ibu kepada anaknya. Susuilah anak mulai
lahir sampai tiga oton (630 hari) lamanya”.
(Kitab Weda : Nts)
2
Peningkatan Kualitas
Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB).

4 dari 10 langkah RSSIB  pemberian ASI

RSSIB harus memiliki konselor menyusui

Pelatihan konseling menyusui


10 LANGKAH PERLINDUNGAN IBU DAN BAYI
SECARA TERPADU DAN PARIPURNA
1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan
ibu dan bayi termasuk pemberian ASI eksklusif dan Perawatan Metode Kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR.
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal
dan neonatal.
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru
lahir dengan IMD dan kontak kulit ibu-bayi.
4. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK).
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, dan pelayanan neonatus sakit.
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.
8. Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya.
9. Menyelenggarakan Audit Maternal dan Perinatal rumah sakit secara periodik dan
tindak lanjut.
10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian ASI
eksklusif dan PMK.
PERKEMBANGAN 10 LMKM DI INDONESIA

1. Kepmenkes RI Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang


Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu.
2. Kepmenkes Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia, telah
ditetapkan agar seluruh fasilitas kesehatan untuk sepenuhnya
melaksanakan 10 LMKM.
3. Pada Pekan ASI Sedunia (PAS) 2006, Ibu Negara Hj. Ani Susilo
Bambang Yudhoyono diangkat sebagai Duta Nasional ASI.
4. UU 36/2009 tentang Kesehatan mencantumkan pentingnya ASI
dan diamanatkan perlu diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP)
tentang Pemberian ASI Eksklusif.
5. Setelah 20 tahun Deklarasi Innocenti, fasilitas persalinan yang
telah menerapkan 10 LMKM dan telah disertifikasi sebagai
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi hanya sekitar 28%.
3
Menciptakan Lingkungan Kondusif
untuk Ibu Menyusui
 Pengendalian Promosi Susu Formula
 Penyediaan ruang khusus untuk ibu menyusui
di tempat-tempat umum
 Pengendalian sponsorship kegiatan profesi

Peraturan Pemerintah
(diamanatkan UU 36/2009
ttg Kesehatan) Beli 3 karton dapat ‘Nutricia
Fun Wheel’utk dapat hadiah +
sampel cream Nutricia 4 bln
UU 36/2009 tentang ASI Eksklusif

Pasal 128

(1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu


eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
kecuali atas indikasi medis.

(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga,


Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan
tempat sarana umum.
UU 36/2009 tentang ASI Eksklusif

Pasal 129

(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan


kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk
mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.
(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 200

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi


program pemberian air susu ibu eksklusif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2)
dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan
denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus
Situasi yang tidak mendukung PMBA
1. Pemberian ASI dan MPASI belum optimal
2. Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan yang
belum memadai
3. RS dan fasilitas pelayanan kesehatan belum
melaksanakan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui
4. Pemahaman, sikap dan praktek petugas kesehatan belum
sepenuhnya mendukung peningkatan pemberian ASI dan
MPASI
5. Belum adanya perlindungan atas hak-hak ibu bekerja serta
fasilitas yang mendukung pemberian ASI eksklusif
6. Pemahaman ibu, ayah dan keluarga tentang ASI dan
MPASI masih rendah
7. Dukungan masyarakat belum memadai, ditambah lagi
adanya kebiasaan atau budaya masyarakat yang
menghambat pemberian ASI eksklusif dan MPASI yang
optimal.
PP Nomor 33 Tahun 2012
Tentang
PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 58


Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5291

Berlaku sejak 1 Maret 2012


Masa penyesuaian paling lama 1 tahun
STRUKTUR PP
• BAB I : Ketentuan Umum
• BAB II : Tanggung Jawab
– Bagian Kesatu : Pemerintah
– Bagian Kedua : Pemda Provinsi
– Bagian Ketiga : Pemda Kab/Kota
• BAB III : Air Susu Ibu Eksklusif
– Bagian Kesatu : Umum
– Bagian Kedua : IMD
– Bagian Ketiga : Pendonor ASI
– Bagian Keempat : Informasi dan Edukasi
– Bagian Kelima : Sanksi Administratif
STRUKTUR PP
• BAB IV : Penggunaan Susu Formula Bayi
dan Produk Bayi Lainnya
• BAB V : Tempat Kerja dan Tempat Sarana
Umum
• BAB VI : Dukungan Masyarakat
• BAB VII : Pendanaan
• BAB VIII : Pembinaan dan Pengawasan
• BAB IX : Ketentuan Peralihan
• BAB X : Ketentuan Penutup
ISI PP
• Pasal 6 : Setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang
dilahirkannya
• Pasal 7 : pengecualian psl 6 dalam hal :
– Indikasi medis
– Ibu tidak ada
– Ibu terpisah dari bayi
• Pasal 8 : indikasi medis oleh dokter , dalam hal
tidak ada dokter  Per-UU
ISI PP
• Pasal 12 : Setiap ibu yang melahirkan
harus menolak pemberian susu formula
bayi dan/atau produk bayi lainnya
(segala bentuk susu dan pangan bayi
lainnya, botol susu, dot, empeng)
 Ibu meninggal dunia  penolakan
dilakukan oleh keluarga
ISI PP
Kewajiban tenaga kesehatan
dan Penyelenggara Fasyankes :
Pasal 9 : IMD minimal 1 jam
Pasal 10 : Rawat gabung, kec. indikasi medis
Pasal 13 : Informasi dan edukasi (hamil s.d ASI eksklusif)
Pasal 14 : Sanksi :
-Teguran lisan
-Teguran tertulis
-Pencabutan izin (nakes)
ISI PP
• Pasal 11 : Pendonor ASI
– Persyaratan (permintaan ibu/klrg bayi,
identitas agama dan alamat,
persetujuan pendonor, kondisi medis
baik, tidak diperjualbelikan)
– Berdasarkan norma agama, sosbud,
mutu dan keamanan
– Diatur dalam Permenkes
ISI PP
Penggunaan Susu Formula Bayi dan Produk
Bayi Lainnya :
Pasal 15 : pengecualian
Pasal 16 : peragaan
Pasal 17 :
(1) nakes dilarang memberikan SF/P
(2) nakes dilarang menerima atau
mempromosikan SF/P
ISI PP
Penggunaan Susu Formula Bayi dan Produk Bayi
Lainnya :
Pasal 18 : penyelenggara fasyankes :
(1) dilarang memberikan SF/P
(2) dilarang menerima/mempromosikan SF/P
(3) menerima bantuan saat bencana dgn
persetujuan kadinkes kab/kota
(4) dilarang menyediakan pelayanan atas biaya
produsen/distributor SF
ISI PP
Penggunaan Susu Formula Bayi dan Produk Bayi
Lainnya :
Pasal 19 : produsen/distributor SF/P dilarang:
(1) pemberian contoh produk cuma2
(2) penawaran/penjualan langsung ke rumah
(3) potongan harga/ tambahan sbg dy tarik
(4) penggunaan nakes untuk mberi informasi
(5) iklan SF/P di media cetak, elektronik, ruang
ISI PP
• Penggunaan Susu Formula Bayi dan Produk Bayi
Lainnya :
• Pasal 20 : pengecualian iklan di media
• khusus kesehatan sepengetahuan Menkes dan
menyampaikan bahwa sufor bukan pengganti ASI
• Pasal 21 :
1.nakes, penyelenggara fasyankes, organisasi
profesi dan penyelenggara satuan pendidikan
termasuk klrg dilarang menerima bantuan/hadiah
dari produsen/distributor SF/P
ISI PP
2. Pengecualian bantuan :
- pelatihan
- penelitian dan pengembangan
- pertemuan ilmiah
- kegiatan lain yang sejenis
Pasal 22 : ketentuan pemberian bantuan
Pasal 23 : kewajiban mbuat pnyataan tertulis
Pasal 24 : Pemerintah/ Pemda yang
menerima bantuan
ISI PP
• Pasal 25 : Produsen/distributor SF/P
dilarang memberi bantuan/hadiah pada
nakes, peny.fasyankes, org prof, peny
satuan pendidikan termasuk klrgnya
Wajib melapor
Pasal 26 – 27 : Ttg laporan
Pasal 28 : Ket. Lebih lanjut  Permenkes
Pasal 29 : sanksi
ISI PP
• Pasal 30 : Tempat Kerja dan Tempat
Sarana Umum menyediakan fasilitas
khusus  diatur dlm Permenkes
• Pasal 31 : Tempat kerja
• Pasal 32 : Tempat Sarana Umum
• Pasal 33 : Fasyankes harus
mendukung 10 LMKM
ISI PP
• Pasal 34 : Tempat kerja  wajib memberi
kesempatan ibu menyusui/memerah ASI
• Pasal 35 : Tempat Kerja dan Tempat Sarana
Umum wajib membuat peraturan internal yang
mendukung
• Pasal 36 : Sanksi
• Pasal 37 : Dukungan masyarakat
• Pasal 38 : Pendanaan
• Pasal 39 : Pembinaan dan pengawasan
ISI PP
• Pasal 40 : Pengawasan iklan sufor 
oleh BPOM  Lebih lanjut dgn
Peraturan Kepala Badan
• Pasal 41 : Ketentuan Peralihan (1
tahun)
• Pasal 42 - 43 : Ketentuan Penutup 
semua masih berlaku sepanjang tidak
bertentangan
PR :
Permenkes ASI Eksklusif
WANITA DAN IBU BEKERJA
Ibu Bekerja Berhak Tetap
Menyusui Anaknya
• Rekomendasi WHO/UNICEF
• Rekomendasi AAP
• Rekomendasi IDAI
• Konvensi Hak Anak
• Konvensi ILO
• Undang Undang Dasar
• UU Ketenagakerjaan
Ibu Bekerja Berhak Tetap
Menyusui Anaknya
• UU Perlindungan Anak
• UU Hak Asasi Manusia
• UU Kesehatan
• Kepmenkes 450/2004
• SKB 48/Men.PP, 27/Menakertrans,
1177/Menkes thn 2008

Konvensi Hak Anak (diratifikasi dengan
Keppres 36/1990)

• Implementasi dari Konvensi Hak Anak


(Convention on the Rights of the Child)
khususnya pasal 6 dan pasal 24 (2.a, 2.c),
yaitu tentang upaya pemberian makanan
yang terbaik, bergizi serta pengasuhan
yang optimal à dasar bahwa Ibu bekerja
dapat tetap menyusui anaknya
Strategi Global untuk Pemberian Makan
Bayi dan Anak
WHO/UNICEF 2002 (paragraphs 10,28,34.1)
Ibu harus dapat melanjutkan menyusui dan mengasuh bayinya
setelah mereka kembali bekerja

•Cuti Melahirkan
•Tempat penitipan anak dan
•Istirahat menyusui yang digaji

Harus tersedia bagi semua wanita yang bekerja di luar rumah


[termasuk di dalamnya]
Pekerja paruh waktu, domestik, dan pekerja berselang
(intermittent)
30/2
Organisasi Buruh Internasional
(ILO)
Konvensi perlindungan terhadap ibu melahirkan C183, tahun 2000
• 14 Minggu cuti melahirkan
• Cuti dalam tanggungan (Setidaknya 2/3 dari gaji ) dan Tunjangan
Medis
• Keduanya dibayar oleh jaminan sosial atau asuransi kesehatan
• Satu jam atau lebih Istirahat menyusui selama jam kerja
• Perlindungan Kesehatan untuk pekerja hami l dan menyusui
• Perlindungan pekerja terhadap PHK /pemecatan jika hamil atau
menyusui
• Tidak ada diskriminasi untuk memperkerjakan wanita usia subur
• Termasuk bekerja di sektor non-formal
Organisasi Buruh Internasional (ILO)
Rekomendasi R191, th 2000

 Istirahat menyusui dapat dikombinasi pada waktu awal


atau akhir jam kerja
 Bila memungkinkan, membangun fasilitas untuk
menyusui yang higienis dan nyaman dekat tempat kerja
Strategi Global dan Konvensi ILO
Pimpinan Perusahan:
Harus memastikan bahwa pemberian hak cuti melahirkan, dengan
tetap membayarkan gaji untuk semua wanita terpenuhi termasuk:
 Jam istirahat untuk menyusui atau
 Pengaturan di tempat kerja lainnya (misal: fasilitas untuk memerah
dan menyimpan ASI yang nantinya akan diberikan oleh pengasuh)
untuk memfasilitasi pemberian ASI setelah cuti melahirkan selesai

Serikat Pekerja :
Memiliki peran langsung dalam proses negosiasi pemberian hak cuti
melahirkan yang memadai dan jaminan kerja untuk wanita usia
subur /reproduksi (ayat 45) .
Manfaat menyusui untuk Perusahan
Cohen at al Am J Health Promotion 1995

Tingkat ketidakhadiran ibu


karena bayi sakit di 2 perusahan
Amerika :

- 25% jika menyusui


- 75% jika memberikan makanan
buatan
 Mengurangi ketidakhadiran untuk
penghematan
 Menyediakan dukungan menyusui
untuk karyawan akan menghasilkan
keuntungan
 Mengurangi pergantian karyawan
dan pelatihan untuk karyawan baru
Konvensi ILO (Maternity Protection
Convention No. 183 & 191)

• Wanita berhak untuk mendapatkan waktu


istiharat (lebih dari sekali sehari), ataupun
memperoleh pengurangan jam kerja (yang
tetap digaji) untuk menyusui anaknya –
atau memerah/memompa ASI
Undang Undang Dasar
• Pasal 27 ayat 2
• “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” maknanya à
seorang Ibu bekerja tetap mendapatkan hak bekerja
yang layak dalam arti luas, termasuk menyusui anaknya,
karena menyusui itu hak asasi manusia, hak asasi anak
untuk hidup layak
•  
Undang Undang Dasar
• Pasal 28B ayat (2)
• “setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi”
• Maknanya à hak atas tumbuh dan
berkembang salah satunya dengan
mendapatkan ASI
UU 13/2003: Ketenagakerjaan
Pasal 83
• "Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih
menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya
untuk menyusui anaknya jika hal itu harus
dilakukan selama waktu kerja“
• Penjelasan à ketersediaan tempat untuk
menyusui disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan perusahaan, yang diatur dalam
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama
UU 23/2002: Perlindungan
Anak
• Pasal 49 ayat (2) à wanita berhak untuk
mendapatkan perlindungan khusus dalam
pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam
keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan
dengan fungsi reproduksi wanita
• Penjelasan à "perlindungan khusus terhadap
fungsi reproduksi" = pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan haid, hamil, melahirkan dan
pemberian kesempatan untuk menyusui anak
UU 49/1999: Hak Asasi
Manusia
• Pasal 128 (1) à bayi berhak mendapatkan ASI,
minimal ASI eksklusif 6 bulan, dan pemberian
ASI dapat diteruskan sampai 2 tahun atau lebih
• Pasal 129 (2) à selama pemberian ASI, keluarga
pemerintah, pemda, masyarakat harus
mendukung ibu secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas
• Pasal 200 à sanksi pidana bagi orang yang
menghalangi program pemberian ASI eksklusif
Kepmenkes 450/2004
•  
• “ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupan bayi”
• Penjelasan à ibu yang sudah kembali
bekerja sebelum bayi berusia 6 bulan,
diberikan dukungan untuk tetap
memberikan ASI kepada bayinya
SKB 48/Men.PP, 27/Menakertrans, 1177/Menkes
tahun 2000

• Memberikan kesempatan kepada pekerja


wanita untuk memberikan atau memerah
ASI selama waktu kerja, dan menyimpan
ASI perah untuk diberikan kepada
anaknya
• Sebagai upaya meningkatkan pemberian ASI bagi ibu-ibu yang
bekerja di Indonesia, maka Kementrian Negara Pemberdayaan
Perempuan bekerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja &
Transmigrasi dan Departemen Kesehatan menyusun suatu
peraturan bersama untuk mendukung pemberian ASI selama waktu
kerja di tempat kerja.
• Peraturan bersama antara Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan, Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi dan Departemen
Kesehatan No. 48/MenPP/XII/2008; PER.27/MEN/XII/2008;No.
1177/Menkes/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu
Ibu selama Waktu Kerja di Tempat Kerja, telah ditandatangani pada
tanggal 22 Desember 2008.
Tujuan Peraturan Bersama
• Memberi kesempatan kepada pekerja/buruh
perempuan untuk memberikan atau memerah ASI
selama waktu kerja dan menyimpan ASI perah
untuk diberikan kepada anaknya.
• Memenuhi hak pekerja/buruh perempuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anaknya.
• Memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI
guna meningkatkan gizi dan kekebalan anak
• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sejak dini
• Melalui Peraturan Bersama ini diharapkan
tenaga kerja perempuan mendapatkan
perlindungan dan dukungan untuk
menyusui di tempat kerja, dan tempat
kerja menjadi “Tempat Kerja Sayang Bayi”
CARA MEMBERIKAN ASI
BAGI IBU BEKERJA
• Jika memungkinkan, bawalah bayi ke tempat bekerja
• Jika tempat kerja dekat dengan rumah, ketika jam istirahat :
• Ibu pulang untuk menyusui atau
• Seseorang mengantarkan bayi untuk menyusu
• Jika tempat kerja jauh dari rumah
• Beri ASI saja sesering mungkin selama cuti melahirkan
• Tidak memberi ASI dengan botol, tetapi gunakan cangkir
• Susui bayi pada malam hari, pagi hari, dan kapan saja saat ibu
berada di rumah
• Biarkan bayi melepas sendiri hisapan bayi, setelah satu
payudara yang dihisap bayi terasa kosong
• Segera berlatih memerah ASI setelah melahirkan
• Perah ASI sebelum berangkat kerja, dan minta kepada
pengasuh agar memberikan ASI tersebut pada waktu
tertentu ketika ibu bekerja
• Susui bayi setelah memerah ASI agar ASI yang sulit
diperah di dapat bayi
• Ajari pengasuh memberi ASI dengan cangkir secara
benar dan cermat
• Ditempat kerja, perahlah ASI 2-3 kali (selang 2-3 jam)
Ringkasan - Strategi
Konvensi ILO :
 Cuti melahirkan dan istirahat menyusui di tempat kerja dengan tetap
mendapat gaji
Rekomendasi ILO:
 Fasilitas untuk menyusui dan memerah ASI yang higienis dan nyaman,
dekat dengan tempat bekerja
 Jam kerja yang lebih pendek/singkat
Undang-undang Nasional:
 Cuti menyusui dengan tetap mendapat gaji dan yang lainnya sesuai ILO
atau yang lebih baik
Strategi alternatif:
 Penitipan bayi di tempat kerja atau di dekat petugas yang mendukung
menyusui
 Pengasuh membawa bayi ke tempat kerja untuk menyusu
 Pengaturan waktu kerja paruh waktu atau waktu kerja yang fleksibel
Pada semua kasus:
 Komunikasi reguler antara pimpinan perusahaan, karyawan dan serikat
pekerja n
...dan yang terpenting...

...susuilah bayi anda sepenuh hati...


Terima kasih…

Vous aimerez peut-être aussi