Vous êtes sur la page 1sur 18

REFERENSI ARTIKEL

ANGINA LUDWIG

DISUSUN OLEH:
 
Nurrohmat Triatmojo G99172129
Natasha Ninda Pramalista G99162078
Firdaus Mauliaditya Winda Andana G99172078
Maygitha Wahyuningtyas G99172111
Agumilar Bagus Bagaskara G99162075
Hega Hitri Nurga G99162086

PEMBIMBING :
drg. EVA SUTYOWATI PERMATASARI, Sp.BM., MARS.
 
KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA
2018
ANGINA LUDWIG

• Angina Ludwig atau


dikenal sebagai Angina
Ludovici, pertama kali
dijelaskan oleh Wilheim
Frederickvon Ludwig
pada tahun 1836
• Angina Ludwig adalah suatu
selulitis atau infeksi jaringan
ikat leher dan dasar mulut
yang cepat menyebar.

• Kondisi ini akan terus


memburuk secara progesif
dan bahkan dapat berakhir
pada kematian dalam
waktu 10 – 12 hari
Karakter spesifik yang
membedakan antara
angina Ludwig dari infeksi
oral lainnya adalah infeksi
ini harus melibatkan dasar
mulut serta kedua ruang
submandibularis
(sublingualis dan
submaksilaris) pada kedua
sisi (bilateral)
EPIDEMIOLOGI
• Kebanyakan kasus Angina Ludwig terjadi pada individu
yang sehat.
• Faktor risiko :
– diabetes mellitus
– Neutropenia
– Alkoholisme
– anemia aplastik
– Glomerulonefritis
– Dermatomiositis
– lupus eritematosus sistemik.

• Pasien berusia antara 20-60 tahun

• Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan


perempuan dengan perbandingan 3:1 atau 4:1.
Patogenesis
1. Karies profunda yang tidak terawat dan
deepperiodontal pocket
2. nekrosis pulpa
3. Infeksi gigi
4. Membentuk jalan untuk bakteri
mencapai jaringan periapikal
5. Jumlah bakteri terus bertambah banyak
6. Infeksi akan menyebar ke tulang
spongiosa sampai tulang kortikal
7. Terjadi penipisan tulang spongiosa dan
korikal
8. Infeksi menembus dan masuk ke
jaringan lunak
Gejala Klinis Umum Angina Ludwig
 Malaise
 Lemah
 Lesu
 Malnutrisi
 Pada kasus yang
parah dapat
menyebabkan
stridor atau
kesulitan bernapas.
Gejala Klinis Ekstra
Oral
 Eritema
 Pembengkakan
 Perabaan yang keras
seperti papan (board-
like)
 Peninggian suhu pada
leher dan jaringan ruang
submandibula-sublingual
yang terinfeksi; disfonia
(hot potato voice) akibat
edema pada organ vokal.
Gejala Klinis Intra Oral

Pembengkakkan
 Nyeri dan
peninggian lidah;
1. nyeri menelan
(disfagia)
2. hipersalivasi
(drooling);
3. kesulitan dalam
artikulasi bicara
(disarthria).
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Gejala awal :
•Nyeri pada area gigi yang terinfeksi
•Dagu terasa tegang dan nyeri saat menggerakkan
lidah.
•Kesulitan membuka mulut, berbicara, dan
menelan
•Kesulitan makan dan minum
•Demam dan rasa menggigil
2. Pemeriksaan fisik

• Demam dan takikardi • Dasar mulut yang tegang dan


• Pasien tidak mampu keras
• Karies pada gigi molar
menelan air liurnya
bawah
sendiri
• Biasanya ditemui pula
• Dispneu indurasi dan pembengkakkan
• Takipneu ruang submandibular yang
dapat disertai dengan lidah
• Stridor indspirasi
yang terdorong ke atas
• Sianosis -> adanaya • Trismus -> iritasi pada m.
hambatan jalan nafas masticator
(Gambar kiri) Pembengkakkan berat dari submandibula bilateral dan
regio cervikal anterior pada anak usia 4 bulan dengan angina
Ludwig.
(Gambar kanan) Edema dan indurasi dari dasar mulut
mengakibatkan peninggian lidah pada anak usia 5 tahun dengan
angina Ludwig.
3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Pemeriksaan darah:
leukositosis (infeksi akut)
Pemeriksaan waktu bekuan darah penting untuk dilakukan
tindakan insisi drainase.

Pemeriksaan kultur dan sensitivitas:


untuk menentukan bakteri yang menginfeksi (aerob dan/atau
anaerob) serta menentukan pemilihan antibiotik dalam terapi.
Pencitraan

•RÖ:
•CT-scan: CT-scan :
Radiografi dada dapat menunjukkan
perluasan proses infeksi ke mediastinum Evaluasi radiologik terbaik pada abses
dan paru-paru. leher
Foto panoramik rahang dapat membantu Mendeteksi akumulasi cairan, penyebaran
menentukan letak fokal infeksi atau abses, infeksi serta derajat obstruksi jalan napas
serta struktur tulang rahang yang sehingga dapat sangat membantu dalam
terinfeksi. memutuskan kapan dibutuhkannya
pernapasan buatan.
•USG :
Menunjukkan lokasi dan ukuran pus, serta
metastasis dari abses. •MRI : MRI menyediakan resolusi lebih
baik untuk jaringan lunak dibandingkan
Diagnosis pada anak karena bersifat non-
dengan CT-scan. Namun, MRI memiliki
invasif dan non-radiasi.
kekurangan dalam lebih panjangnya waktu
Pengarahan aspirasi jarum untuk yang diperlukan untuk pencitraan
menentukan letak abses. sehingga sangat berbahaya bagi pasien
yang mengalami kesulitan bernapas.7
Tatalaksana
• Kondisi pasien post-trakeostomi
namun masih membutuhkan drainase • Penatalaksaan angina
abses. Tampak depan dan samping Ludwig memerlukan tiga
menunjukkan pembengkakkan
submandibular dan sublingual.
fokus utama,
• Menjaga patensi jalan napas.
• Terapi antibiotik secara
progesif, dibutuhkan untuk
mengobati dan membatasi
penyebaran infeksi.
• Dekompresi ruang
submandibular, sublingual,
dan submental
KOMPLIKASI
• Obstruksi jalan napas yang dapat
terjadi tiba-tiba
• Trombosis sinus kavernosus
• Aspirasi dari sekret yang terinfeksi
• Sepsis
• Mediastinitis
• Efusi perikardial/pleura
• Empiema, infeksi dari carotid
sheath yang mengakibatkan ruptur
a. carotis, dan thrombophlebitis
supuratif dari v. jugularis interna
PENCEGAHAN
• Pencegahan dapat
dilakukan dengan
Pemeriksaan gigi ke dokter
secara rutin dan teratur.
• Penanganan infeksi gigi
dan mulut yang tepat
dapat mencegah kondisi
yang akan meningkatkan
terjadinya angina Ludwig
THANK YOU

Vous aimerez peut-être aussi