Vous êtes sur la page 1sur 21

ASKEP KLIEN

PASCA BENCANA

By:
BUDI SUHARNO, S.Kp., M.Kes
A. PENGKAJIAN
1. Umum
 Nama
 Usia
 Jenis Kelamin
 Alamat
 Status
 Pekerjaan
 Agama
2. Khusus
a. Data Subjektif
 Menceritakan kejadian / periatiwa yang
traumatis
 Merasa marah atau gusar
 Teringat kembali peristiwa bencana yang
dialaminya
 Merasa tidak berguna
 Menyatakan takut
 Menyatakan was-was
• Merasakan fikiran terganngu
• Tidak ingin mengingat peristiwa itu
kembali dengan menceritakannya lagi
• Mengingkari peristiwa trauma
• Merasa malu
• Merasa jantung berdebar-debar
b. Data Objektif
 Mengasingkan diri
 Menangis
 Marah
 Gelisah
 Menghindar
 Mengasingkan diri
 Depresi
 Sulit berkomunikasi
 Keadaan mood terganggu
 Sesak didada
 Lemah
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi
kehilangan :
a. Genetik
Individu yang dilahirkan dibesarkan
dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi biasanya sulit
mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan,
termasuk menghadapi kehilangan.
b. Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara
hidup teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu
yang sedang mengalami gangguan fisik.
c. Kessehatan mental / jiwa
Individu yang mengalami gangguan jiwa
seperti depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimistik dan
dibayangi dengan masa depan yang
suram, biasanya sangat peka terhadap
situasi kehilangan.
d. Pengalaman kehilangan dimassa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan
orang yang bermakna dimasa kanak-
kanak akan mempengaruhi individu
dalam menghadapi kehilangan dimasa
dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
4. Faktor Presipitasi
 Stress yang nyata seperti kehilangan yang
bersifat Bio-Psiko-Sosial antara lain
kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan
fungsi seksualitas, kehilangan keluarga dan
harta benda.
 Individu yang kehilangan sering
menunjukkan perilaku seperti menangis atau
tidak mampu menangis , marah, putus asa,
kadang ada tanda upaya bunuh diri atau
melukai orang lain yang akhirnya membawa
pasien dalam keadaan depresi.
5. Spiritual
 Keyakinan terhadap Tuhan YME
 Kehadiran ditempat Ibadah
 Pentingnya Agama dalam kehidupan
pasien
 Kepercayaan akan kehidupan setelah
kematian
6. Orang-Orang Terdekat
 Status perkawinan
 Siapa orang terdekat
 Anak-anak
 Kebiasaan pasien dalam tugas-tugas keluarga
dan fungsi-fungsinya
 Bagaimana pengaruh orang-orang terdekat
terhadap penyakit atau masalah
 Proses interaksi apakah yang terdapat dalam
keluarga
 Gaya hidup keluarga, misal: Diet, mengikuti
pengajian
7. Sosioekonomi
• Pekerjaan: keuangan
• Faktor-faktor lingkungan: rumah,
pekeerjaan dan rekreasi
• Penerimaan sosial terhadap penyakit /
kondisi, misal : PMS, HIV, Obesitas, dll
8. KULTURAL
 Latar belakang etnis
 Tingkah laku mengusahakan kesehatan, rujuk
penyakit
 Faktor-faktor kultural yang dihubngkan
dengan penyakit secara umum dan respon
terhadap rasa sakit
 Kepercayaan mengenai perawatan dan
pengobatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Berduka berhubungan dengan Aktual atau
perasaan kehilangan ditandai dengan Penolakan
terhadap kehilangan,menangis, menghindar,marah
 Cemas berhubungan dengan perubahan status
lingkungan (bencana alam) ditandai dengan
merasakan jantung berdebar-debar, sulit
berkonsentrasi, gelisah
 Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
kehilangan  (keluarga dan harta benda) ditandai
dengan mengekpresikan rasa tidak berdaya dan
tidak berguna,depresi,menghindar.
 Resiko distress spiritual dengan faktor resiko
perubahan lingkungan bencana alam.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dengan diagnosa keperawatan pertama:
 Berduka berhubungan dengan aktual atau
perasaan kehilangan ditandai dengan penolakan
terhadap kehilangan,menangis, menghindar,
marah.
Tujuan
 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3
kali pertemuan diharapkan  individu  mengalami
proses  berduka secara normal, melakukan
koping terhadap kehilangan secara bertahap dan
menerima kehilangan sebagai bagian dari
kehidupan yang nyata dan harus dilalui.
kriteria hasil:
 Individu mampu mengungkapkan
perasaan duka.
 Menerima kenyataan kehilangan dengan
perasaan damai
 Membina hubungan baru yang bermakna
dengan objek atau orang yang baru.
Intervensi Keperawatan
MANDIRI
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya.
2. Identifikasi kemungkinan faktor yang
menghambat proses berduka
3. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat
proses berduka.
4. Beri dukungan terhadap respon kehilangan
pasien
5. Tingkatkan rasa kebersamaan antara
anggota keluarga.
6. Identifikasi tingkat rasa duka pada fase
berikut:
a. Fase pengingkaran
 Memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengungkapkan perasaannya.
 Menunjukkan sikap menerima, ikhlas
dan mendorong pasien untuk berbagi
rasa.
 Memberikan jawaban yang jujur
terhadap pertanyaan pasien tentang
sakit, pengobatan dan kematian.
b. Fase marah
 Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa
marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
 Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
d. Fase depresi
 Mengidentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien
 Membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
 Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa
dielakkan.
 
KOLABORASI
 Rujuk pada sumber-sumber lainnya,misalnya : Konseling,
psikoteraphy.

Vous aimerez peut-être aussi