Vous êtes sur la page 1sur 18

ATURAN KODING MORTALITAS

PUGUH PRIYO WIDODO


MENENTUKAN PENYEBAB
DASAR KEMATIAN (UCOD)
• WHO telah menetapkan suatu himpunan
prosedur/rule yang harus diikuti untuk
menentukan kode penyebab dasar kematian
• Jika hanya satu penyebab kematian yang
dilaporkan maka penyebab tersebut adalah
UCOD dan digunakan untuk tabulasi
• Jika lebih dari satu penyebab kematian yang dilaporkan,
maka langkah pertama untuk memilih penyebab dasar
adalah dengan menentukan penyebab awal yang tepat
dengan menerapkan Aturan Koding Mortalitas
• Rule harus diterapkan dalam rangkaian menurut logika yg
dimulai dengan Prinsip Umum, lalu Rule 1, 2, 3.
PRINSIP DALAM MENYELEKSI
THE ORIGINATING ANTECEDENT CAUSE

Sequence :
satu atau lebih kondisi yang dimasukkan dalam
baris-baris yang berurutan pada bagian I, dimana
tiap-tiap kondisi dapat diterima sebagai sebab dari
kondisi yang terekam dalam baris di atasnya.
MORTALITY CODING RULES
1. General principle (Prinsip Umum)
2. Rule (Aturan) 1
3. Rule (Aturan) 2
4. Rule (Aturan) 3
 JIKA SERTIFIKAT DILENGKAPI DGN BAIK,
UMUMNYA PRINSIP UMUM DAPAT DIAPLIKASIKAN
SEPANJANG ADA HUBUNGAN SEBAB AKIBAT YANG
JELAS

Apabila Prinsip Umum tak dapat diaplikasikan,

klarifikasi dengan pembuat sertifikat


Atau gunakan Aturan Seleksi (Rule 1,2,3)
PRINSIP UMUM
(GENERAL PRINCIPLE)

Prinsip umum menyatakan bahwa bilamana


terdapat lebih dari satu kondisi dimasukkan
ke dalam sertifikat, kondisi yang
dimasukkan tunggal pada baris terbawah
dari bagian I seharusnya dipilih sbg
penyebab dasar kematian dgn syarat
apabila kondisi tersebut dapat
menyebabkan timbulnya kondisi-kondisi lain
yang tercatat pada baris di atasnya.
Prinsip Umum
Contoh 1 :
I (a) Abses paru
(b) Pneumonia lobaris
Pilih Pneumonia lobaris (J18.1)

Contoh 2 :
I (a) Gagal hepar
(b) Obstruksi duktus empedu
(c) Carcinoma pada caput pankreas
Pilih Carcinoma pada caput pancreas
(C25.0)
ATURAN SELEKSI
• Aturan 1.

Bilamana prinsip umum tidak dapat


diaplikasikan dan terdapat laporan sequence
yang berakhir pada kondisi yang tercatat pada
baris pertama/teratas dalam sertifikat, pilihlah
originating cause dari sequence.
Bila terdapat lebih dari satu sequence yang
berakhir pada kondisi yang pertama disebutkan,
maka pilih originating cause dari sequence
yang pertama disebutkan.
CATATAN :
• Rule/Aturan 1 diterapkan ketika ada laporan urutan kondisi
(sequence) tetapi Prinsip Umum tdk dapat diterapkan, yaitu jika
terdapat lebih dari satu kondisi yang diisikan pada baris terbawah

• Atau kondisi yg tercatat pada baris terbawah tidak mengakibatkan


semua kondisi yg tercatat pada baris-2 di atasnya
Aturan 1
Contoh 3 :
I (a) Acute myocardial infarction
(b) Atherosclerotic heart disease
(c) Influenza

 Pilih Atherosclerotic heart disease.


Laporan urutan berakhir pada kondisi pertama dalam sertifikat,
yaitu Acute myocardial infarction akibat Atherosclerotic heart
disease. Influenza tdk dpt menyebabkan kondisi yg tercantum di
atasnya.
ATURAN 2. BILAMANA TIDAK DILAPORKAN ADANYA
SEQUENCE YANG BERAKHIR PADA KONDISI YANG
PERTAMA TEREKAM PADA SERTIFIKAT, PILIH
KONDISI YANG PERTAMA DISEBUTKAN.
Contoh 4 :

I (a) Anemia perniciosa dan gangren pd kaki


(b) Aterosklerosis

Pilih anemia perniciosa (D51.0). Tak dilaporkan adanya


sequence yang berakhir pada kondisi yang dimasukkan
pertama.
Aturan 3. Bilamana kondisi yang terpilih dengan Prinsip
Umum atau dengan aturan 1 atau aturan 2 jelas merupakan
suatu konsekuensi langsung dari kondisi lain yang
dilaporkan, baik bagian I atau II, maka pilihlah kondisi
primernya.

Contoh 5 : I (a) Sarkoma Kaposi


II AIDS
Pilih Penyakit HIV yang berakibat
Sarkoma Kaposi (B21.0)
Contoh 6 : I (a) Kanker ovarium
II Penyakit HIV
Pilih neoplasma maligna pd ovarium(C56)

Contoh 7 :
I (a) Toksoplasmosis serebral dan herpes zoster
(b) Limfoma Burkitt, penyakit HIV

Pilih penyakit HIV yang berakibat penyakit


multipel yang terklasifikasi di bagian lain (B22.7).
Toksoplasmosis serebral, yang terpilih dengan
Aturan 2, dapat dianggap sebagai konsekuensi
langsung dari penyakit HIV.
ASUMSI ADANYA KONSEKUENSI LANGSUNG DARI
KONDISI LAIN (RULE 3),
BEBERAPA CONTOH :
• Sarkoma Kaposi, Limfoma Burkitt dan neoplasma
malignant lain dari jaringan limfoid, hematopoietik dan
jaringan lain terkait yang terklasifikasi pada C46.-, atau
C821-C96 harus dianggap sebagai akibat langsung dari
Penyakit HIV yang dilaporkan. Tapi asumsi tersebut tidak
diambil untuk neoplasma jenis lain.
• Penyakit infeksi apapun yang terklasifikasi pada A00-B19,
B25-B49, B58-B64, B99 atau J12-J18 harus dianggap
sebagai akibat langsung dari Penyakit HIV yang
dilaporkan.
• Komplikasi post-operatif tertentu (misalnya pneumonia
(jenis apapun), perdarahan, thrombophlebitis, embolisme,
thrombosis, sepsis, gagal jantung, gagal ginjal (akut),
aspirasi, atelektasis dan infark) dapat dianggap sebagai
akibat langsung dari suatu operasi, kecuali jika operasi
tsb telah dilaksanakan 4 minggu atau lebih sebelum
kematian.
• Gagal jantung (I50.-) dan penyakit jantung tak spesifik
(I51.9) harus dianggap sebagai akibat dari penyakit
jantung lainnya.
• Edema pulmoner (J81) harus dianggap sebagai akibat
nyata dari penyakit jantung (termasuk penyakit jantung
pulmoner); dari kondisi2 yang memberi efek pada
parenchym, seperti misalnya infeksi paru, aspirasi dan
inhalasi, respiratory distress syndrome, penyakit pada
ketinggian, dan peredaran toxin dalam darah; dari
kondisi2 yg menimbulkan overload cairan, seperti gagal
ginjal dan hypoalbuminemia; serta kelainan kongenital
yang mempengaruhi sirkulasi pulmoner seperti stenosis
kongenital dari vena pulmoner,
• Dst
CATATAN
• Dalam beberapa keadaan, ICD mengijinkan
penyebab awal untuk digantikan oleh satu penyebab
yg lebih pantas untuk menggambarkan UCOD pada
tabulasi.
• Ada beberapa kategori untuk kombinasi beberapa
kondisi. Atau mungkin ada alasan pertimbangan
epidemiologi untuk memilih kondisi lain yg lebih
penting

Vous aimerez peut-être aussi