Vous êtes sur la page 1sur 49

Bagian yang sangat penting dalam

mengorganisasi pengoperasian
suatu peralatan pada suatu bidang
usaha atau industri.
Untuk mengambil keputusan untuk
tetap mempertahankan operasional existing
asset (defender) untuk beberapa periode ke
depan atau mengganti aset tersebut dengan
teknologi yang lebih baru (challenger)
maupun menghentikan pengoperasiannya
(retirement without replacement/retirement),
ditinjau dari segi keekonomian berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang menjadi
dasar melakukan replacement analysis.
 Physical impairment (penurunan atau penuaan)
penurunan unjuk kerja suatu peralatan seiring dengan
waktu pengoperasional sehingga maintenance
cost meningkat yang menyebabkan operasi peralatan
menjadi tidak ekonomis.
 Obsolescence (ketinggalan jaman)
hal ini disebabkan adanya teknologi baru yang lebih
efisien dan ekonomis dalam pengoperasiannya.
Pertimbangan ekonomis didasarkan pada perubahan
dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Pertimbangan
lainnya adalah karena tidak ada lagi spare part di
pasaran.
 Financing
pertimbangan pajak yang harus dibayarkan sehubungan
dengan depresiasi. Pertimbangan lain adalah untuk
menggunakan rental (leasing) menjadi menarik dalam
rangka mengurangi pajak dan efisiensi operasi.
 Analisa penggantian (Replacement), umur
asset yang digunakan adalah umur
ekonomis.
 Membandingkan nilai-nilai ekonomis asset
yang dimiliki dengan nilai-nilai ekonomis
asset calon pengganti (alternatif lainnya).
 Analisa replacemen digunakan untuk
menentukan apakah peralatan yang
digunakan saat ini perlu diganti dengan
peralatan yang lebih baru dan ekonomis,
dan kapan penggantian itu sebaiknya
dilakukan.
 Penambahan kapasitas.
 Peningkatan ongkos produksi.
 Penurunan Produktivitas
(Deterioration).
 Keusangan Alat (Obsolescence).
Biaya Total Cost

Maintenent Cost

Investasi Cost

0 Umur Ekonomis
Tahun
 Nilai sekarang dari asset.
 Kondisi yang akan datang dari asset.
 Umur ekonomis dari asset.
 Sifat cashflow dan umur sisa asset dan
umur analisa asset pengganti.
Defender Challenger
Nilai pasar sekarang/market Invetasi ditambah biaya
value (MV) instalasi/Set-up
Biaya operasional tahunan Biaya operasional tahunan
Nilai jual kembali yang akan Nilai jual kembali yang akan
datang (Sn) datang (Sn)
Pendapatan opersional Pendapatan opersional
tahunan tahunan
Umur ekonomis tersisa Umur ekonomis
Biaya
EUAC Defender

Pertambahan Biaya

EUAC Challenger

0 n-1 n n+1
Tahun

Perbandingan Biaya Ekivalen Tahunan Defender dengan Challenger


Perusahaan saat ini memiliki satu unit mesin produksi yang
dibeli 5 tahun lalu dengan harga Rp 120 juta. Saat itu umur
teknisnya diproyeksikan 10 tahun dengan nilai sisa Rp 20
juta. Mesin ini menghasilkan pemasukan sebesar rata-rata
Rp 25 juta/tahun dengan biaya operasional rata-rata Rp 8
juta. Saat ini sudah muncul mesin baru dengan teknologi
yang lebih baik dengan harga Rp 150 juta. Jika perusahaan
memakai mesin dengan teknologi baru ini diperkirakan
penjualan produk akan meningkat menjadi Rp 50
juta/tahun tanpa peningkatan biaya operasional. Umur
teknis mesin diperkirakan 8 tahun dengan nilai sisa Rp55
juta. Jika dilakukan replacemen sekarang mesin lama laku
dijual Rp 60 juta, namun harga buku yang dicatat
perusahaan Rp 70 juta.
Diminta :
◦ Lukislah diagram cashflow dari kedua alternatif tersebut
◦ Evaluasi dan tentukanlah pilihan terbaik jika suku bunga
8%/tahun.

Penyelesaian :
a) diagram cashflow alternatif
S=20 jt

Ab=25 jt

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I=8% Ac=8 jt
I=120 jt
Defender

Mv=60 S=55 jt

Ab=50 jt

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Ac=8 jt

I=150 jt I=8%

Challager

Cashflow Defender dan Challenger


 Analisa alternatif
Karena umur sisa Defender tidak sama dengan umur
Challeger, maka evaluasi akan dilakukan dengan metoda
Annual Ekivalen, dimana umur sisa Challeger yang
diperhitungkan 5 tahun, sedangkan nilai pasar saat ini
dari Defender diperhitungkan sebagai Cash-in bagi
Challeger.
 Annaul ekivalen Defender :
AED = dimana : FBA = faktor bunga annual
AED = Ab +n S (A/F,i,n) – Ac
AED = 25 + CFt FBA
20 
(A/F,8,5) –8
t 0
AED = 25 + 20 (0.17046) – 8
AED = Rp 20,4092 juta/th
 Annaul ekivalen Challeger :
n

AEC = CFt FBA  dimana : FBA = faktor bunga annual


t 0

AEC = - I (A/P,i,n) + Mv (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) – Ac


AEC = - 150 (A/P,8,8) + 60 (A/P,8,8) + 50 + 55 (A/F,8,8) – 8
AEC = - 150 (0.17401) + 60 (0.17401) + 50 + 55 (0.09401) – 8
AEC = Rp 31,5096 juta/thn

 Karena AEC = Rp 31,5096 juta/thn  AED = Rp 20,4092


juta/thn, maka keputusan sebaiknya dilakukan Replacemen
(Penggantian) mesin dengan yang baru.
Sebuah truk dibeli 4 tahun yang lalu
seharga Rp 125 juta, dengan perkiraan
umurnya adalah 10 tahun dengan nilai
sisa nantinya Rp 25 juta dan biaya
operasionalnya rata-rata Rp 20 juta
pertahun. Pada saat ini dealer
menawarkan truk baru yang lebih hemat
bahan bakar dengan harga Rp 135 juta
dengan umur pakai tetap 10 tahun dan
nilai sisa Rp 35 juta. Sedangkan biaya
operasionalnya hanya Rp 17 juta
pertahun. Jika truk lama saat ini laku
dijual Rp 75 juta dengan nilai bukunya
tercatat Rp 85 juta. Apakah bijaksana
melakukan penggantian truk ini jika suku
bunga berjalan 15%/tahun ?
Penyelesaian:

S=25 jt

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I=15% Ac=20 jt

I=125 jt

Defender
MVD
S=35 jt

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I=15% Ac=15 jt

I=135 jt

Challenger

Cashflow Defender dan Challenger


Catatan:
• Karena MVD ≠ BVD, maka dipakai MVD sebagai
Cash-in pada Challenger atau sebagai Cash-out
pada Defender
• Karena aspek benefit (cash-in) dianggap sama,
maka analisis cukup mempertimbangkan aspek
costnya saja tanpa melibatkan aspek
benefitnya, sehingga analsis cukup dilakukan
dengan metoda EUAC, dimana EUAC terkecil
diasumsikan menjadi pilihan.
n
EUACD =  Cc FBA
t 0
t

EUACD = AcD – SD (A/F,i,n)


EUACD = 20 – 25 (A/F,15,6)
EUACD = 20 – 25 (0,1142)
EUACD = Rp 17,145 juta.

n
EUACC =  Cc FBA
t 0
t

EUACC = IC (A/P,i,n) – MVD (A/P,i,n) + AcC – SC (A/F,i,n)


EUACC = 135 (A/P,15,10) – 75 (A/P,15,10) + 15 – 35 (A/F,15,10)
EUACC = 135 (0,1993) – 75 (0,1993) + 15 – 35 (0,0493)
EUACC = Rp 25,233 juta

Karena EUACD <<< EUACC maka direkomendasikan untuk tidak


melakukan replacemen, yaitu akan lebih bijaksana jika tetap
memakai truk lama.
 Artinya Annual Benefit akan sensitif pada
angka Rp 214,63 juta, jika realisasi
benefit lebih kecil dari angka tersebut
maka investasi menjadi tidak feasibel
lagi. Jadi penurunan benefit hanya
dibenarkan sampai angka Rp 214,63 juta
tersebut.
n

Sensitivitas Investasi saat NPV = 0 atau


 CFt FBP   0
t 0

NPV = - I + Ab (P/A,i,n) + S(P/F,i,n) – Ac(P/A,i,n)


‘0 = - 1000 + 400 (P/A,10,4) + 700 (P/F,10,4) – Ac
(P/A,10,4)
‘0 = - 1000 + 400 (3,170) + 700 (0,6830) – Ac (3,170)
‘0 = 3,170 Ac + 746,1
Ac = Rp 235,36 jt
 Artinya Opertional Cost akan sesnsitif
pada nilai Rp 235,36 juta, apabila
peningkatan biaya operasional melebihi
angka diatas, investasi yang sebelumnya
feasilbel akan berobah menjadi tidak
feasibel lagi.
n

Sensitivitas Investasi saat NPV = 0 atau


 CFt FBP   0
t 0

NPV = - I + Ab (P/A,i,n) + S(P/F,i,n) – Ac(P/A,i,n)


0 = - 1000 + 400 (P/A,i,4) + 700(P/F,i,4) – 50(P/A,i,4)
 Jika i=10%
NPV = - 1000 + 400 (P/A,10,4) + 700(P/F,10,4) – 50(P/A,10,4)
NPV = - 1000 + 400 (3,170) + 700(0,6830) – 50(3,170)
NPV = Rp 587,6 jt

 Jika i=15%
NPV = - 1000 + 400 (P/A,15,4) + 700(P/F,15,4) – 50(P/A,15,4)
NPV = - 1000 + 400 (2,855) + 700(0,5718) – 50(2,855)
NPV = Rp 399,51 jt

 Jika i=20%
NPV = - 1000 + 400 (P/A,20,4) + 700(P/F,20,4) – 50(P/A,20,4)
NPV = - 1000 + 400 (2,589) + 700(0,4823) – 50(2,589)
NPV = Rp 243,76 jt

 Jika i=30%
NPV = - 1000 + 400 (P/A,30,4) + 700(P/F,30,4) – 50(P/A,30,4)
NPV = - 1000 + 400 (2,166) + 700(0,3501) – 50(2,166)
NPV = Rp 3,17 jt

 Jika i=40%
NPV = - 1000 + 400 (P/A,40,4) + 700(P/F,40,4) – 50(P/A,40,4)
NPV = - 1000 + 400 (1,849) + 700(0,2603) – 50(1,849)
NPV = - Rp 170,64 jt
i =iNPV  iNPV  iNPV 
NPV
NPV  NPV

i =30%  3,17  170,64 40%  30%


3,17

i = 30% +0,18%
i = 30,18%

 Jadi investasi akan sensitif pada kenaikan


suku bunga melebihi nilai 30,18 %.
Suatu rencana investasi menyediakan tiga alternatif dengan
perkiraan cash-flow seperti tabel berikut :

Alt A Alt B Alt C


Investasi 1000 jt 800 jt 1200 jt
Annual Benefit 400 jt 400 jt 300 jt
Annual Cost 50 jt 75 jt 50 jt
Nilai Sisa 700 jt 500 jt 400 jt
Umur Investasi 4 th 3 th 6 th
Suku Bunga (i) 10% 10% 10%
Penyelesaian :
Karena umur masing-masing alternatif tidak sama, maka
analisa evaluasi sebaiknya dilakukan dengan metoda
Annual Ekivalen (AE), yaitu
n
AE =  CF FBA
t 0
t

AEA= - I (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) – Ac


= - 1000 (A/P,10,4) + 400 + 700 (A/F,10,4) – 50
= - 1000 (0.3155) + 400 + 700 (0.2155) – 50
= Rp 185,35 jt
AEB= - I (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) – Ac
= - 800 (A/P,10,3) + 400 + 500 (A/F,10,3) – 75
= - 800 (0.4071) + 400 + 500 (0.3021) – 75
= Rp 154,32 jt
AEC= - I (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) – Ac
= - 1200 (A/P,10,6) + 300 + 400 (A/F,10,6) – 50
= - 1200 (0.2296) + 300 + 400 (0.1296) – 50
= Rp 26,32 jt

alt A >> alt B >> alt C, artinya A menjadi terbaik pertama dan B terbaik
kedua, sehinga alt A dipilih sebagai keputusan pemilihan.
Untuk itu perlu dianalisis sejauhmana alternatif A sensitif terhadap
alternatif B jika salah satu parameter A berfluktuasi.
Jika yang diperhatikan sensitivitas Investasi A terhadap
alternatif B, yaitu :
Investasi A sensitif terhadap alt B jika NPVB = NPVA
atau AEB = AEA

AEB = - I (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) – Ac


154,32 = - I (A/P,10,4) + 400 + 700 (A/F,10,4) – 50
154,32 = - I (0.3155) + 400 + 700 (0.2155) – 50
154,32 = - 0.3155 I + 500,85

I = 346,53 Rp 1095,35 jt

0,3155
Dengan cara yang sama sensitifitas Benefit, cost maupun suku
bunga alt A terhadap alt B dapat dihitung dengan cara yang
sama.
Benefit A sensitif terhadap alt B jika NPVB = NPVA atau AEB =
AEA
AEB = - I (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) – Ac
154,32 = - 1000 (A/P,10,4) + Ab + 700 (A/F,10,4) – 50
154,32 = - 1000 (0.3155) + Ab + 700 (0.2155) – 50
154,32 = - 214,65 + Ab
Ab = Rp 368,97 jt

Artinya Annual benefit A sensitif pada nilai Rp 368,97 juta


terhadap alternatif B, dan jika anual benefit A kurang dari angka
diatas, maka pilihan beralih pada alternatif B.
 Pembangunan fasilitas tidak perlu dilakukan sekaligus dalam kapasitas
maksimum (full capacity), mungkin saja dapat dilakukan seiring dengan
kebutuhan aktual dari produksi.
 Kebutuhan produksi aktual biasanya akan mengikuti perilaku
pertumbuhan pasar (product life cycle).
 Pada awalnya kebutuhan aktual produksi masih relatif kecil yang
kemundian akan meningkat secara bertahap sampai ditemukan
kebutuhan maksimal.
 Jika peningkatan kebutuhan aktual yang maksimum akan dicapai dalam
waktu yang relatif singkat, maka pilihan untuk membangun fasilitas
produksi full capacity tentu menjadi pilihan terbaik, namun jika kejadian
sebaliknya, kebutuhan akan full capacity masih cukup lama
mempertimbangkan pembangunan fisik fasilitas secara bertahap tentu
dapat dijadikan salah satu pertimbangan yang rasional
 Untuk mengetahui pada kondisi bagaimana pembangunan fasilitas
investasi perlu dilakukan sekaligus atau perlu dilakukan secara
bertahap, dan kalau bertahap kapan tahap-tahapan tersebut sebaiknya
dilakukan, sehingga akan menghasilkan suatu investasi yang optimal
dan produksif.
 Melalui analisa break even investasi ini sebagian dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab.
 Analisa break even point menjadi penting untuk dipahami dalam rangka
melakukan analisis yang lebih mendalam terhadap suatu rencana
investasi.
Contoh:

Suatu proyek investasi pembangunan fasilitas


produksi menyediakan dua alternatif metoda
pembangunan, yaitu antara membangun fasilitas
dengan satu tahap (full kapasitas) atau
membangun dengan cara bertahap. Jika dibangun
untuk full kapasitas, memerlukan biaya investasi
Rp 2 milyar, sedangkan jika dibangun dua tahap,
tahap pertama butuh biaya investasi Rp 1,4 milyar
dan tahap kedua Rp 1,7 milyar. Jika semua fasilitas
akan habis dalam waktu 40 tahun dengan nilai sisa
= 0, biaya operasi dan perawatan relatif sama
untuk kedua metoda, analisalah sejauh mana
keputusan tersebut sensitif pada suku bunga
berjalan 8%/tahun.
Penyelesaian

 Karena faktor yang lain diasumsikan relatif sama, maka


yang perlu mendapat perhatian cukup biaya investasi saja,
yaitu :
◦ PWCA dari metoda satu tahap adalah Rp 2 milyar
◦ PWCB dua tahap konstruksi adalah :
PWCB = I1 + I2 (P/F,i,n)
= 1,4 + 1,7(P/F,8,n)
 Jika n = 8  PWCB = 1,4 + 1,7(0,5403) = Rp 2,318 milyar
 Jika n = 10 PWCB = 1,4 + 1,7(0,4632) = Rp 2,187 milyar
 Jika n = 12 PWCB = 1,4 + 1,7(0,3971) = Rp 2,075 milyar
 Jika n = 15 PWCB = 1,4 + 1,7(0.3152) = Rp 1,935 milyar
Penyelesaian

 Karena faktor yang lain diasumsikan relatif sama, maka


yang perlu mendapat perhatian cukup biaya investasi saja,
yaitu :
◦ PWCA dari metoda satu tahap adalah Rp 2 milyar
◦ PWCB dua tahap konstruksi adalah :
PWCB = I1 + I2 (P/F,i,n)
= 1,4 + 1,7(P/F,8,n)
 Jika n = 8  PWCB = 1,4 + 1,7(0,5403) = Rp 2,318 milyar
 Jika n = 10 PWCB = 1,4 + 1,7(0,4632) = Rp 2,187 milyar
 Jika n = 12 PWCB = 1,4 + 1,7(0,3971) = Rp 2,075 milyar
 Jika n = 15 PWCB = 1,4 + 1,7(0.3152) = Rp 1,935 milyar
Rp Dua tahap

2,5
BEP
Full Capacity

2,0

1,5

1.0

0,5

14 n
0 2 4 6 8 10 12 16 18

Grafik BEP
 Metoda A akan sensitif terhadap metoda B, jika
PWCA=PWCB, dimana PWCB akan sama jika I2
berada antara n=12 dan 15 tahun yad.
 Jika diinterpolasikan akan diperoleh:
‘n = 12 +2,075  2 (15  12) = 13,6 tahun  14
tahun. 2,075  1,935
 Kesimpulan : Alternatif sensitif pada umur proyek 15 tahun
◦ Jika kapasitas maksimum dibutuhkan sebelum 14 tahun
yang akan datang, maka sebaiknya dibangun full capasity
dari sekarang. Sebaliknya jika kapasitas maksimum akan
dibutuhkan setelah 14 tahun yang akan datang,
sebaiknya fasilitas dibangun dua tahap, dimana tahap
pertama sekarang dan tahap ke-dua 14 tahun yang akan
datang.
◦ Jika soal diatas asumsi biaya operasionalnya diganti,
dimana biaya operasional untuk alternatif full capacity
tahun pertama Rp 200 juta dan tiap tahun meningkat
gradient Rp 25 juta/tahun, sedangkan biaya operasional
untuk pembangunan bertahap, tahun pertama Rp 120
juta dan meningkat gradient Rp 20 juta/tahun, akan
dihitung sensitifitas alternatif pada suku bunga
10%/tahun.
 Kesimpulan : Alternatif sensitif pada umur proyek 15 tahun
◦ Jika kapasitas maksimum dibutuhkan sebelum 14 tahun
yang akan datang, maka sebaiknya dibangun full capasity
dari sekarang. Sebaliknya jika kapasitas maksimum akan
dibutuhkan setelah 14 tahun yang akan datang,
sebaiknya fasilitas dibangun dua tahap, dimana tahap
pertama sekarang dan tahap ke-dua 14 tahun yang akan
datang.
◦ Jika soal diatas asumsi biaya operasionalnya diganti,
dimana biaya operasional untuk alternatif full capacity
tahun pertama Rp 200 juta dan tiap tahun meningkat
gradient Rp 25 juta/tahun, sedangkan biaya operasional
untuk pembangunan bertahap, tahun pertama Rp 120
juta dan meningkat gradient Rp 20 juta/tahun, akan
dihitung sensitifitas alternatif pada suku bunga
10%/tahun.
Penyelesaian:
Alternatif A:
Present Worth of Cost dicari untuk umur yang berbeda, yaitu :
PWCA = IA + Ac (P/A,i,n) + G (P/G,i,n)
PWCA = 2000 + 200 (P/A,i,n) + 25 (P/G,i,n)

Jika n = 5  PWCA = 2000 + 200(3,791) + 25 (6,862)


= Rp 2929,75 juta
Jika n = 6  PWCA = 2000 + 200(4,355) + 25 (9,684)
= Rp 3113,1 juta
Jika n = 7  PWCA = 2000 + 200(4,868) + 25 (12,763)
= Rp 3292,67 juta
Jika n = 8  PWCA = 2000 + 200(5,335) + 25 (16,029)
= Rp 3467 juta
Jika n = 9  PWCA = 2000 + 200(5,759) + 25 (19,421)
= Rp 3637,32 juta
Jika n = 10 PWCA = 2000 + 200(6,144) + 25 (22,891)
= Rp 3801 juta
Alternatif B:
Present Worth of Cost dicari untuk umur yang berbeda, yaitu :
PWCB = IB1 + Ac (P/A,i,n) + G (P/G,i,n) + IB2 (P/F,i,n)
PWCB = 1400 + 120 (P/A,i,n) + 20 (P/G,i,n) + 1700 (P/F,i,n)

Jika n = 5  PWCB = 1400 + 120(3,791) + 20 (6,862) + 1700


(0,6209)
= Rp 3047,69 juta
Jika n = 6  PWCB = 1400 + 120(4,355) + 20 (9,684) + 1700
(0,5645)
= Rp 3075,93 juta
Jika n = 7  PWCB = 1400 + 120(4,868) + 20 (12,763) + 1700
(0,5132)
= Rp 3111,86 juta
Jika n = 8  PWCB = 1400 + 120(5,335) + 20 (16,029) + 1700
(0,4665)
= Rp 3153,83 juta
Jika n = 9  PWCB = 1400 + 120(5,759) + 20 (19,421) + 1700
(0,4241)
= Rp 3200,47 juta
Jika n = 10 PWCB = 1400 + 120(6,144) + 20 (22,891) + 1700
(0,3855)
= Rp 3250,45 juta
Dengan memasukan nilai PWC dari masing-masing alternatif pada
grafik di bawah ini, diperoleh titik potong (BEP) antara kedua
alternatif pada tahun ke 5,7 atau dibulatkan saja pada tahun ke-6.
Rp
Full Capacity

34

33
Dua tahap

32

31

30
BEP

....

0 .... 5 6 7 8 9 10 11 12 n

Grafik BEP Dengan Memasukan Variabel Biaya Operasional


Kesimpulan :
 Jika kebutuhan full capacity sebelum tahun
ke-6 sebaiknya dilakukan pembangunan
dengan kapasitas maksimum sekarang,
sebaliknya jika kebutuhan full capacity setelah
tahun ke-6, maka sebaiknya fasilitas
dibangun bertahap, yaitu tahap pertama
sekarang dan tahap kedua setelah tahun ke-
6.
RETIREMENT OF ASSET
Retirement analysis membandingkan faktor
keekonomian berdasarkan pehitungan-
perhitungan ekonomis antara defender dan
alternative challenger, sehingga dapat
diambil keputusan sebagai berikut:
 Mengganti atau menghentikan operasi
defender pada saat sekarang
 Mempertahankan defender lebih lanjut
hingga periode economic life-nya
BAHAN DISKUSI:

 Mengapa dalam replacement analysis, sunk cost dan


faktor pajak dijadikan pertimbangan?
 Apakah ada solusi atau mitigasi selama periode
sebelum pergantian?
 Apa hubungan replacement analysis dengan sektor
pertambangan?
 Berikan contoh-contoh replacement di sektor
pertambangan yang telah dilakukan di Indonesia
berserta referensi yang digunakan?

Vous aimerez peut-être aussi