Vous êtes sur la page 1sur 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

H (27
Th) P1A0 DENGAN POST SC ATAS
INDIKASI 3X GAGAL VAKUM DI RUANG
LDS MATERNITY
RUMAH SAKIT SILOAM LIPPO CIKARANG
 Immaria Verolita
 Ivana Lola Saur
 Amesti Ratna Sari
 Yacinta Adna Dewanti
 Sindi Sagita Tasiabe
A. Post Partum

 Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yanag diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
 Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Siti Saleha, 2009)
 Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuain terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani,2009)
Adaptasi fisiologis

a. Involusi Rahim
Terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, yang disebabkan
karena adanya proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah
diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air kencing.
b. inovasi tempat plasenta
Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat permukaan kasar
tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka ini mengecil
pada akhir minggu kedua, hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm
c. perubahan pada serviks dan vagina
Pada serviks terbentuk sel-sel otot terbaru, karena adanya kontraksi dan
retraksi, vagina tegang pada waktu persalinan namun lambat laun akan
mencapai ukuran yang normal
d. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-pembuluh darah yang besar,
teteapi karena setelah persalinan tidak diperlakukan bagi peredaran darah
yang banyak, maka arteri tersebut harus menegcil lagi saat nifas
e. Dinding perut
Setelah persalinan menjadi longgar karena teranggang begitu lama, tetapi
baisanya pulih dalam waktu 6 minggu
f. Saluran kencing
Dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan obstruksi dan
menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan pyelum kembali normal dalam
2 minggu
g. Laktasi :
Payudara belum mengandung susu, melainkan colostrum. Colostrum
merupakan cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam
Adaptasi psikologis

Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi dalam 3


tahap yaitu :
1. Taking In :
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan
2. Taking Hold :
Berlangsung pada hari ke 3 sampai 4 dari hari persalinan. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai keterampilan perawatan bayi.
3. Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab penuh terhadap bayi. Periode ini terjadi selama 3 – 5
hari post partum.
Penatalaksanaan Medis

1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)


2. 6 - 8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke 1-2 : memberikan edukasi kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan – perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
B. Sectio Caesarea

 Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).

 Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan


melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh
bila ada indikasi medis (Damayanti, 2017)

 Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk


membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat
masalah kesehatan ibu atau kondisi janin. (Ayuningtyas, 2018)
Etiologi

1. Indikasi ibu
a. Panggul sempit
b. HAP (Hemoragic Ante Partum) seperti placenta abruption, plasenta
previa
c. Partus lama
d. Partus tak maju
e. Pre eklampsia dan hipertensi
f. Ketidakmampuan ibu untuk mengejan
2. Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
- Letak lintang : Bila terjadi kesempitan panggul, maka SC adalah
jalan / cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala
letak lintang yang janin nya hidup dan besarnya biasa.
- Letak belakang : SC disarankan atau dianjurkan pada letak
belakang bila panggul sempit, primigravida dan janin besar.
b. Gawat janin
- Faktor maternal (contohnya: hipertensi, penyakit jantung
terdekompensasi, kerusakan paru kronis, kerusakan ginjal, anemia,
gagal nafas, preeklampsi, eklampsi, kehamilan postterm).
- Faktor plasenta (contohnya: perlengketan plasenta, hematoma
retroplasental, terletak di bawah plasenta, insufisiensi plasenta,
gangguan sirkulasi, kembar)
- Patologi pada tali pusat Beberapa keadaan dimana tali pusat
dikaitkan dengan gawat janin, yaitu:
1. Kelainan pada panjang tali pusat.
2. Kelainan pada diameter tali pusat
3. Aspek tali pusat yang lemah

c. Faktor janin : (contohnya: oligohidramnion, intrauterine growth


restricrion, profil biofisik yang buruk).
Manifestasi Klinis (tanda & gejala)
Manifestasi klinis Sectio Caesarea menurut (Doengoes, 2001)antara lain:
a. Nyeri akibat prosedur bedah
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
d. Aliran lochea sedang dan bebas
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira0kira 600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan terhadap situasi baru
g. Terpasang kateter urin
h. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
i. Bonding dan attachment pada anak yang baru dilahirkan
Komplikasi

a. Infeksi Puerperalis
- Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
- Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi atau sedikit kembung
- Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
terjadi dijumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartum kerena ketuban yang telah pecah terlalu
lama
b. Perdarahan
- banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- atonia uteri
- pendarahan pada plasenta

c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :


- Luka kandung kemih
- Embolisme paru – paru
Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar


pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
f. Laju endap darah digunakan untuk menilai kondisi peradangan atau infeksi di
tubuh. Prosedur ini dilakukan dengan pengambilan darah, yang kemudian
diperiksa untuk mengukur pengendapan sel darah merah sebagai gambaran
peradangan yang terjadi.
ASUHAN KEPERAWATAN POSTNATAL
 v
Pembahasan Kasus
Kondisi yang dialami ibu H merupakan suatu peristiwa pertama kali yang
kami temui selama praktik menjadi mahasiswa keperawatan. Ibu H,
merupakan primigravida 39-40 minggu dengan persalinan SC atas indikasi 3x
gagal vakum. Seperti yang dikatakan oleh Sarwono, 2013, Sectio caesarea
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus.
Kondisi yang melatarbelakangi, pada tgl 7/1/19 pukul 21.10, Ibu H mulai
masuk ke ruang LDS untuk observasi inpartu ditandai dengan pemeriksaan VT
oleh bidan memasuki pembukaan 8-9 kepala janin masuk Hodge 1. Jelang
observasi inpartu, dokter obgyn mulai memimpin persalinan normal sekitar
pukul 22.30 sampai pukul 00.13 (8/1/19). Selama persalinan, dokter
melakukan 3x vakum untuk mengeluarkan janin dalam rahim ibu, namun
janin tidak kunjung keluar. Lalu dokter obgyn menyarankan untuk SC cito
untuk menghindari kondisi yg tidak di inginkan, dan karena ibu H tidak
mampu dalam mengejan serta kelelahan dalam proses persalinan normal.
Setelah dilakukan tindakan operasi cito section cesarea, ibu H
melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 3285 gram
dan panjang 50 cm dengan keadaan caput suscadeum dan
RDS. Setelah diobservasi beberapa jam di ruang bayi, dokter
spesialis anak memutuskan agar bayi dirawat di ruang intensive
care, dan bayi tersebut dirawat di NICU level 1.
Keadaan umum saat post sc Ibu H tampak sakit sedang, dengan
kesadaran compos mentis, nilai GCS = 15, tampak luka operasi
horizontal dibawah umbilicus, tertutup dengan kassa dan terlihat
kering, dikaji lokhea tampak rubra, areola tampak converted
dan ASI hanya sedikit. Ketika ditanyakan tentang keluhannya,
pasien mengatakan nyeri pada area bekas jahitan episiotomi
dan SC, pasien juga mengatakan cemas akan kondisi anaknya,
tidak hanya tentang biaya, tetapi pasien juga sedih karena anak
ini adalah anak pertama mereka, tetapi harus lahir dengan
kondisi seperti itu.

Vous aimerez peut-être aussi