Vous êtes sur la page 1sur 26

SURAT KEMATIAN

Dr. H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM

Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
PENDAHULUAN

Orang
meninggal

dokter pemerintah
dokter umum
dokter swasta
dokter ahli
dokter TNI/Polri

SURAT KEMATIAN
Guna surat kematian :

1. Sebagai bukti bahwa seseorang meninggal dunia.


2. Untuk statistik sebab kematian.
3. Dalam dunia ilmu kedokteran, dengan adanya
kewajiban pengisian formulir surat kematian oleh
dokter pada setiap kasus kematian, maka pada
kasus kematian yang tidak wajar (pembunuhan)
tidak terlanjur dikubur sebelum dilakukan
pemeriksaan bedah mayat
Macam-macam surat kematian :

1. Formulir A
2. Formulir B
3. Formulir M
4. Formulir I
5. Kutipan Akta Kematian
Formulir A
• Surat keterangan pemeriksaan kematian.
• Diberikan kepada keluarga jenazah.
• Dipakai sebagai izin pemakaman bagi
penduduk asli Indonesia.
• Dibuat oleh dokter dengan mengingat
sumpah atau janji waktu menerima jabatan
dan dibuat berdasarkan ordonansi surat
kematian yang tercantum dalam staadblad
van nederlands Indie th. 1916.
• berisi identitas jenazah, tanggal dan tempat
jenazah diperiksa, identitas dokter yang
memeriksa yang disertai tanda tangan
dokter.
Formulir B
• Dikirim ke DKK setempat.
• Dibuat oleh dokter dengan mengingat
sumpah waktu menerima jabatan dan dibuat
atas dasar pasal 1 ordonansi pemeriksaan
kematian (Stb. 1916 no.612).
• Berisi : Identitas jenazah, Jam dan tanggal
pelaporan kematian, Tempat pemeriksaan
jenazah, Persangkaan sebab kematian,
Tanggal dan jam pemeriksaan kematian,
Identitas dokter pemeriksa dan tanda tangan
• Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan bekerjasama dengan Ditjen
Adminduk dengan dukungan tehnis dari
School of Population Health, University of
Queensland dan WHO telah
mengembangkan Proyek Peningkatan
Sistem Registrasi Kematian (PPSRKI)
Proyek Peningkatan Sistem
Registrasi Kematian (PPSRKI)
• di Jawa (DKI Jakarta, Kota Surakarta, dan
Kab. Pekalongan) kemudian dikembangkan
• di empat Propinsi di luar Jawa (Lampung,
Kalimantan Barat, Gorontalo, dan Papua).
• Untuk memenuhi kepentingan statistik
penyebab kematian yang menggambarkan
data seluruh masyarakat diperlukan
pencatatan penyebab kematian yang
memenuhi standart internasional. FKPK
merupakan instrumen penyebab kematian
yang memenuhi kriteria International
Classification of Diseases-10 (ICD-10)
yang dapat digunakan langsung oleh
dokter yang memeriksa atau yang
Formulir Keterangan penyebab Kematian

• FKPK merupakan instrumen penyebab


kematian yang memenuhi kriteria
International Classification of Diseases-10
(ICD-10) yang dapat digunakan langsung
oleh dokter yang memeriksa atau yang
merawat almarhum/ah sebelum meninggal
Sumber untuk Pengisian FKPK

• Ada dua sumber data untuk pengisian


FKPK,
1. rekam medis (kematian di RS),
2. kuesioner Autopsi Verbal /AV(kematian di
rumah).
Autopsi verbal

• adalah suatu penelusuran rangkaian


peristiwa, keadaan, gejala dan tanda
penyakit yang mengarah pada kematian
melalui wawancara dengan keluarga atau
pihak lain yang mengetahui kondisi sakit
dari almarhum
Surat kematian karena “penyakit menular
atau tidak”(Formulir M)

• Formulir ini dibuat dan diberikan kepada


keluarga korban, terutama bila jenazahnya akan
dikubur keluar kota atau keluar negeri.
• Berisi : Identitas jenazah, Keterangan meninggal
karena penyakit menular atau tidak karena
penyakit menular, Identitas dokter, Tanda
tangan dokter
penyakit menular ialah penyakit-penyakit
yang tercantum dalam :

1. Undang-undang no. 6 thn 1962 tentang


wabah.
2. Undang-undang no. 1 thn 1962 tentang
karantina laut.
3. Undang-undang no. 2 thn 1962 tentang
karantina udara.
Formulir kematian International
(Formulir I)
• Formulir ini dipakai oleh dunia International setelah
disyahkan oleh WHO pada tahun 1948.
• Hanya dibuat atau diisi pada peristiwa kematian yang
ada dalam rumah sakit saja.
• Dalam formulir ini harus dinyatakan dengan jelas
tentang rangkaian peristiwa-peristiwa sakit serta
penyakit yang menjadi pokok pangkal rangkaian
peristiwa-peristiwa tersebut tadi.
• Di isi dan ditanda tangani oleh dokter, kemudian dikirim
ke Kan-Wil Dep-Kes, kemudian selanjutnya diteruskan
ke Departemen Kesehatan.
Kutipan Akta Kematian
Setelah keluarga melaporkan kematian dari
salah satu anggota keluarganya, berdasar
keterangan pejabat yang berwenang / Instansi
Pelaksana (Kepala RS, dokter/paramedis, Kepala
Desa/Lurah atau Kepolisian), maka Pejabat
Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta
Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta
Kematian. Hal ini sesuai dengan Undang-undang
RI nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, pasal 44 ayat (2)dan ayat (3).
PELAKSANAAN PELAPORAN KEMATIAN

• Bahwasanya setiap kematian harus


dilaporkan oleh keluarganya atau yang
mewakili kepada instansi pelaksana atau
UPTD instansi pelaksana.
• Sebelumnya untuk mengisi/membuat
surat kematian kita harus mengetahui
jenazah termasuk dalam golongan mana
dan meninggal dimana.
Dahulu penduduk Indonesia dibagi 2 golongan yaitu :
1. Golongan yang terkena Reglemen Catatan Sipil :
• .Golongan Eropah
• .Golongan Cina
• .Golongan Indonesia Kristen
• Golongan Indonesia Asli (misalnya Raden Mas,
perwira angkatan perang, dll)
2. Golongan yg tidak kena Reglemen Catatan Sipil.
Undang-undang RI nomor 23 tahun
2006, tentang Administrasi
Kependudukan pasal 44, ayat (1)

• Setiap kematian wajib dilaporkan oleh


keluarganya atau yang mewakili kepada
instansi pelaksana paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal kematian.
Peraturan Bersama Menteri dalam Negeri
dan Menteri Kesehatan nomor 15 tahun
2010, Nomor 162/Menkes/PB/I/2010, Pasal
2 ayat (1).

• Setiap kematian wajib dilaporkan oleh


keluarganya atau yang mewakili kepada
instansi pelaksana atau UPTD instansi
pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal kematian.
• Keluarga melapor pada instansi pelaksana
• Pejabat Pencatatan Sipil akan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian,sehingga setiap
yang meninggal dunia harus tercatat
dalam Kantor Catatan Sipil.
PENGANGKUTAN JENAZAH KELUAR KOTA
• Apabila jenazah hendak diangkut keluar kota,
maka harus memdapat persetujuan dari ;
– Kantor DKK setempat.
– Izin dari pembantu gubernur atau kepala
daerah setempat
• Syarat-2 pengangkutan jenazah keluar kota
ialah :
– Bukan meninggal karena penyakit menular
– Jenazah dimasukkan dalam peti kayu yang
kuat dan rapat serta didempul.
– Sampai ditempat harus langsung dibawa ke
makam
PENGIRIMAN JENAZAH KELUAR NEGERI

• Jenazah harus diawetkan dengan formalin


10% sebanyak kira-kira 12 liter
• Dimasukkan dalam peti logam, misalnya
seng, timah dll.
• Alas peti logam dilapisi bahan absorbent,
misalnya serbuk gergaji.
• Peti logam ditutup rapat dan disolder.
• Peti logam ini kemudian dimasukkan kedalam
peti kayu yang tebalnya kira-kira minimal 3
cm dan diusahakan jangan sampai peti logam
bergerak
PENGIRIMAN JENAZAH KELUAR NEGERI

• Peti kayu ini dipaku dengan sekrup, dengan


jarak masing-masing 20 cm
• Peti kayu ini kemudian diperkuat dengan
melingkarinya memakai plat dari logam.
• Kemudian peti dimasukkan kedalam peti
barang yang terbuat dari kayu.
• Peti yang berisi jenazah ini harus diletakkan
dibagian dari kapal atau pesawat terbang
yang jauh dari makanan atau minuman dan
tidak menghalangi lalu lalang dari
penumpang atau awak kapal
PENGIRIMAN JENAZAH KELUAR NEGERI

• Harus ada proses verbal yang syah dari polisi


tentang pemasukan jenazah tersebut
• Harus ada keterangan dari dokter yang
menyatakan bahwa jenazah tersebut tidak
meninggal karena penyakit menular.
• Semua surat-surat keterangan yang
bersangkutan harus disertakan dengan
jenazah untuk ditanda tangani oleh dokter
pelabuhan

Vous aimerez peut-être aussi