Vous êtes sur la page 1sur 26

Asuhan Keperawatan

Intra natal

Ns. Sri Dewi, Sp.Kep.Mat


Asuhan Keperawatan Intranatal

Periode intranatal adalah periode dimulainya dengan


adanya kontraksi yang mengakibatkan dilatasi servik
sampai dengan 1 – 4 jam setelah kelahiran bayi plasenta
(Stright, 2001).
Tujuannya yaitu klien dapat melahirkan dengan sehat,
aman, nyaman, dan terbebas dari komplikasi, hal ini
sesuai hak klien dalam keperawatan intranatal (May &
Mahlmeister, 1994).
Salah satu tindakan dalam keperawatan intranatal adalah
manajemen nyeri agar klien dapat merasa nyaman dalam
proses persalinan tersebut.
Perawat mempunyai wewenang dalam memberikan
tindakan metoda penurunan nyeri secara non
farmakologis (Martin, 1996).
 Partus normal / partus biasa
Bayi lahir melalui vagina dengan letak
belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa
memakai alat / pertolongan istimewa, serta
tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali
episiotomi), berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam.
 Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan
bantuan tindakan atau alat seperti
versi / ekstraksi, cunam, vakum,
dekapitasi, embriotomi dan
sebagainya, atau lahir per abdominam
dengan sectio cesarea.
 Beberapa istilah
Gravida : wanita yang sedang hamil
Para : wanita pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (viable)
In partu : wanita yang sedang berada
dalam proses persalinan
SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN

 Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen


menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.
 Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser,
menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos
uterus.
 Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan
beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi.
 Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan
peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas
kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus
rangsangan untuk proses persalinan
 Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan
ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
Passage
Keadaan jalan lahir
Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak
kelainan anatomik mayor)
(++ faktor2 "P" lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-
faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat
berlangsung.
PEMBAGIAN FASE / KALA
PERSALINAN
 Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks
sampai lengkap (kala pembukaan)
Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
Kala 4
Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk
observasi
 HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang
dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’
yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal
mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis
(jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his, akibat :
1. kerja hormon oksitosin
2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan
massa konsepsi.
 His yang baik dan ideal meliputi :
1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang
mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi
otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar
(cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum
pun akan terbuka.
 Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :
1. iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut
saraf di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf
pusat menjadi sensasi nyeri.
2. peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul
dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri.
3. keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan,
cemas/ anxietas, atau eksitasi).
4. prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
 Pengukuran kontraksi uterus
1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos
: bagian pertama peningkatan agak cepat,
bagian kedua penurunan agak lambat.
2. frekuensi : jumlah his dalam waktu
tertentu (biasanya per 10 menit).
3. satuan his : unit Montevide (intensitas
tekanan / mmHg terhadap frekuensi).
 Sifat his pada berbagai fase persalinan
Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai
lengkap (+10cm).
Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi
juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan
normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga
meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma,
berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat
juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
PERSALINAN KALA 1 :
FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS

DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang
teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai
pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa
dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya
pecah spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10
cm).
 Peristiwa penting pada persalinan kala 1
1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya
sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan
menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular
kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban
dengan dinding dalam uterus.
2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga
serviks menipis dan mendatar.
3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan
menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran
cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
 Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)
pada primigravida berbeda dengan pada multipara :
1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan - pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan
2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) - pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam)
dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan
pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
 PERSALINAN KALA 2 :
FASE PENGELUARAN BAYI

DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah


lengkap.
BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama,
sangat kuat.
Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan
pada awal kala 2.
 Peristiwa penting pada persalinan kala 2
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun
sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
 Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat
tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau
miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan
langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong,
2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut
dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi
dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi
kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak
kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
 Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah
simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian
posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung,
mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar
kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu
atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan
dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan
(toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
PERSALINAN KALA 3 :
FASE PENGELUARAN PLASENTA

DIMULAI pada saat bayi telah lahir lengkap.


BERAKHIR dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding
uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal
(Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga
serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding
uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah
lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus
setinggi sekitar / di atas pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut
solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat obstetrik !!).
KALA 4 :
OBSERVASI PASCAPERSALINAN

Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.


7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.

Vous aimerez peut-être aussi