Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI
ERTI IKHTIARINI DEWI
PENGERTIAN
Keadaan dimana seseorang mengalami
perubahan dalam pola dan jumlah
stimulasi (yang diprakarsai secara
internal atau eksternal) disekitar dengan
pengurangan, berlebihan, distorsi, atau
kelainan berespon terhadap setiap
stimulus (Townsend, 2009)
PENGERTIAN
Gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundeen,
1998)
Persepsi yang salah oleh panca indera tanpa
adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook &
Fontain, Essentials of Mental Health Nursing,
1987)
TANDA dan GEJALA
(Budi Anna Keliat)
Bicara, senyum dan tertawa sendiri
Menarik diri dan menghindar dari orang lain
Spiritual Emosional
Halusinasi
Sosial Intelektual
RENTANG RESPON HALUSINASI
Halusinasi kenestetik
Halusinasi pendengaran : karakteristik
ditandai dengan mendengar suara, terutama
suara – suara orang, biasanya klien
mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu
Halusinasi penglihatan : karakteristik
dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
Halusinasi penghidu : karakteristik
ditandai dengan adanya bau busuk,
amis dan bau yang menjijikkan seperti :
darah, urine atau feses. Kadang –
kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang dan dementia
Halusinasi peraba : karakteristik
ditandai dengan adanya rasa sakit atau
tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh : merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau
orang lain
Halusinasi pengecap : karakteristik
ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis dan menjijikkan
Halusinasi kinestetik : karakteristik
ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine
Halusinasi kenestetik: Merasakan fungsi
tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan, atau pembentukan urin.
FASE HALUSINASI
•Tersenyum/tertawa sendiri •Ansietas sedang
•Menggerak-gerakkan bibir •Halusinasi menyenangkan
•Respon verbal lambat Comforting
•Diam/asyik sendiri
•Ansietas berat
•Lebih mengikuti halusinasi •Pengalaman sensori berkuasa
•Sukar berinteraksi Controlling
•Perhatian menyempit
•Tanda fisik ansietas
•Panik
•Perilaku teror •Melebur dalam pengaruh halusinasi
•Risiko suicide dan homicide
Conquering
•Aktivitas fisik mengikuti halusinasi
•Tdk berespon thd perintah
•Tdk mampu berespon lebih dr 1 org
MANIFESTASI
KLINIK
Tahap I
Memberi rasa nyaman tingkat ansietas
sedang secara umum, halusinasi
merupakan suatu kesenangan
Karakteristik
Mengalami ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan ketakutan.
Mencoba berfokus pada pikiran yang
dapat menghilangkan ansietas
Fikiran dan pengalaman sensori masih
ada dalam kontol kesadaran,
nonpsikotik
Perilaku klien:
Tersenyum, tertawa sendiri
Menggerakkan bibir tanpa suara
Pengkajian
Implementasi/ Dx Keperawatan
evaluasi
Perencanaan
Faktor predisposisi:
• Faktor genetis
• F. neurobiologi
• Neurotransmiter
• Teori virus
•Psikologis
Faktor presipitasi:
• Proses informasi berlebihan
Pengkajian • Mekanisme gating abnormal
• Pemicu : kesehatan, lingk, sikap
Mekanisme Koping:
• Regresi
• Proyeksi
•Waktu ? • Menarik diri
• Keluarga mengingkari
•Isi ?
•Frekuensi ? Perilaku:
• Tertawa/bicara sendiri
•Respon ? • Marah-marah tanpa sebab
• Asyik sendiri
Faktor Predisposisi
BIOLOGIS
a). Penelitian pencitraan otak Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin
neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah
pada system reseptor dopamin
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi
korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).
- PSIKOLOGIS
Ibu/pengasuh yang cemas/overprotektif,
dingin, tidak sensitif; Hubungan dengan
ayah yang tidak dekat/perhatian yang
berlebihan; Konflik pernikahan;
Komunikasi “double bind”; Koping dalam
menghadapi stres tidak konstruktif atau
tidak adaptif; Gangguan identitas;
Ketidakmampuan menggapai cinta
SOSIOBUDAYA
Kondisi sosial budaya mempengaruhi
gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress
Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk koping.
Adanya rangsang lingkungan yang sering
yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok,
terlalu lama diajak komunikasi, objek yang
ada di lingkungan juga suasana sepi/isolasi
adalah sering sebagai pencetus terjadinya
halusinasi karena hal tersebut dapat
meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik.
Perilaku
Bibir komat kamit, tertawa sendiri,
bicara sendiri, kepala mengangguk –
angguk, seperti mendengar sesuatu,
tiba – tiba menutup telinga, gelisah,
bergerak seperti mengambil atau
membuang sesuatu, tiba – tiba marah
dan menyerang, duduk terpaku,
memandang satu arah, menarik diri
a). Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang
didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika
halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang
tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang
dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi
perabaan.
b). Waktu dan frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien
kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali
sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman
halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting
untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan
menentukan bilamana klien perlu perhatian saat
mengalami halusinasi.
c). Situasi pencetus halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang
dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu
perawat juga bisa mengobservasi apa yang
dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pernyataan klien.
d). Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi
telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan
apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah klien masih
bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau
sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya
Fisik
1. ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi
memerintahkan untuk tidak makan, tidur
terganggu karena ketakutan, kurang
kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik
yang berlebihan, agitasi gerakan atau
kegiatan ganjil.
2. Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras, penggunaan
obat – obatan dan zat halusinogen dan
tingkah laku merusak diri
Lanj fisik …
3. Riwayat kesehatan
Schizofrenia, delirium berhubungan dengan
riwayat demam dan penyalahgunaan obat.
4. Riwayat schizofrenia dalam keluarga
5. Fungsi sistim tubuh
• Perubahan berat badan, hipertermia
(demam)
• Neurologikal perubahan mood, disorientasi
• Ketidak efektifan endokrin oleh peningkatan
temperatur
STATUS EMOSI
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau
malu, sikap negatif dan bermusuhan,
kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
STATUS INTELEKTUAL
Gangguan persepsi, penglihatan,
pendengaran, penciuman dan kecap, isi pikir
tidak realistis, tidak logis dan sukar diikuti atau
kaku, kurang motivasi, koping regresi dan
denial serta sedikit bicara.
STATUS SOSIAL
Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan,
ketidakmampuan mengatasi stress dan
kecemasan
Stressor Apraisal
Kognitif
Afektif
Fisiologi
Perilaku
Sosial
Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi
stress dan anxietas dengan menggunakan
sumber koping di lingkungan. Sumber koping
tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya, dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi
koping yang berhasil.
Mekanisme
Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada
pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri
Diagnosa
Keperawatan
Halusinasi …..
1. Resiko Perilaku
Kekerasan (RPK)
Isolasi sosial 2. Halusinasi
3. Isolasi Sosial
4. HDR
HDR
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis :
Psikofarmakologis, ECT
Penatalaksanaan Keperawatan : Terapi
Modalitas (individu, keluarga, kelompok)
Penatalaksanaan
Medis
Terapi Antipsikotik (tipikal dan atipikal)
Antipsikotik bersifat multi fungsi : 1)
menurunkan gejala positif (halusinasi
dan delusi), 2) meringankan gangguan
pikiran, 3) mengurangi ansietas dan
agitasi, dan 4) memaksimalkan
kemampuan yang masih dimiliki klien
(Brady, 2004)
Lanj…
Kelp Tipikal (antagonis dopamin)
mengatasi gejala positif, ex: haloperidol
(HP), fluphenazine, trifluoperazine dan
chlorpromazine (CPZ)
Kelp Atipikal (antagonis dopamin dan
serotonin) mengatasi gejala positif
dan negatif olanzapine (zyprexa),
quetiapine (seroquel), risperidon
(risperdal), ziprasidone (geodon)
TUJUAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Klien dpt membina hubungan saling
percaya
2. Klien mengenal halusinasi
3. Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Klien mendapat dukungan keluarga
utk mengontrol halusinasi
5. Klien memanfaatkan obat sesuai
program
TINDAKAN
KEPERAWATAN
Bina hubungan saling percaya
Bantu klien mengenal halusinasi
Diskusikan tentang isi halusinasi, waktu
terjadinya, frekuensi, respon klien jika
halusinasi muncul.
Latih klien mengontrol halusinasi.