Vous êtes sur la page 1sur 13

Emfisema

Pengertian

Emfisema adalah
jenis penyakit paru
obstruktif kronik yang
melibatkan kerusakan
pada kantung udara
(alveoli) di paru-paru.
Epidemiologi

• Di Indonesia penggunaan tembakau diperkirakan


menyebabkan 70 % kematian karena penyakit paru
kronik dan emfisema. Dua pertiga dari seperempat
laki-laki dan wanita memiliki emfisema paru pada
saat kematian.
• Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 1990,
PPOK, termasuk di dalamnya emfisema paru,
menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama
kematian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah
menempati urutan ke-3 setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker.
Sentrilobular
berdasarkan
lokasi kerusakan
Panlobular

Jenis-Jenis
Emfisema Centriacinar

Distal Acinar
Berdasarkan pola
sinus yang
diserang
Panacinar

Irregular
Patofisiologi
Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru
disertai perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih,
dapat bersifat menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai
sebagian tau seluruhparu. Pengisian udara berlebihan dengan
obstruksi terjadi akibat dari obstrusi sebagian yang mengenai
suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari
dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pemasukannya.
Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang
bertambah di sebelah distal dari alveolus. Pada emfisema
terjadi penyempitan saluran nafas, penyempitan ini dapat
mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan sesak, penyempitan
saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-
paru.
Penyebab Emfisema

1. Merokok dan menghirup asap rokok.


Rokok dapat menyebabkan emfisema karena pada pernapasan
normal, udara ditarik melalui bronki dan ke dalam alveoli, kantung-
kantung kecil yang dikelilingi oleh kapiler. Alveoli menyerap
oksigen dan kemudian mentransfernya ke dalam darah. Ketika
toxicants, seperti asap rokok, yang menghembuskan napas ke dalam
paru-paru, partikel berbahaya menjadi terperangkap dalam alveoli.
2. Hilangnya elastisitas alveolus.
3. Usia
Semakin tua elastisitas paru-paru semakin menurun dan massa
otot dada mereka menyebabkan otot-otot ini menjadi lemah.
4. Faktor genetik
Adanya eosinifilia atau peningkatan kadar imonoglobulin E
(IgE) serum, adanya hiper responsive bronkus, dan defisiensi
protein alfa – 1 anti tripsin.
5. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan
emfisema. Polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat
menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag
alveolar.
6. Infeksi
Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru
lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia,
bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada
obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya emfisema.
Diagnosis
1. Anamnesa :
• Riwayat penyakit emfisema pada keluarga.
• Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi misalnya
BBLR, infeksi saluran nafas berulang, lingkungan
asap rokok dan polusi udara.

2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi :
Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup).
Dada berbentuk barrel-chest.
Sela iga melebar. Sternum menonjol.
Retraksi intercostal saat inspirasi.
Diagnosis (2)

 Palpasi  fremitus melemah.


 Perkusi  hipersonor, hepar terdorong ke bawah,
batas jantung mengecil, letak diafragma rendah.
 Auskultasi :
• Suara nafas vesikuler normal atau melemah.
Terdapat ronki samar-samar.
• Wheezing terdengar pada waktu inspirasi maupun
ekspirasi. Ekspirasi memanjang.
• Bunyi jantung terdengar jauh
Diagnosis (3)

3. Pemeriksan Penunjang :
a. Faal Paru
• Spinometri (VEP, KVP) : Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP
1 < 80 % KV menurun, KRF dan VR meningkat. VEP,
merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya dan perjalanan penyakit.
• Uji bronkodilator : Setelah pemberian bronkodilator inhalasi
sebanyak 8 hisapan 15-20 menit kemudian dilihat perubahan
nilai VEP 1.
b. Pemeriksaan Analisis Gas Darah  Terdapat hipoksemia dan
hipokalemia akibat kerusakan kapiler alveoli
c. Pemeriksaan EKG  Untuk mengetahui komplikasi pada jantung
yang ditandai hipertensi pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita
Mereka harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mencetuskan
eksaserbasi serta faktor yang bisa memperburuk penyakit. Ini
perlu peranan aktif penderita untuk usaha pencegahan.
b. Menghindari rokok dan zat inhalasi
Rokok merupakan faktor utama yang dapat memperburuk
perjalanan penyakit. Penderita harus berhenti merokok. Di
samping itu zat-zat inhalasi yang bersifat iritasi harus dihindari.
Karena zat itu menimbulkan ekserbasi / memperburuk perjalanan
penyakit
c. Menghindari infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas sedapat mungkin dihindari oleh karena
dapat menimbulkan suatu eksaserbasi akut penyakit.
Penatalaksanaan (2)
2. Pemberian obat-obatan.
a. Bronkodilator
1. Derivat Xantin  Obat ini menghambat enzim fosfodiesterase
sehingga cAMP yang bekerja sebagai bronkodilator dapat
dipertahankan pada kadar yang tinggi ex : teofilin, aminofilin
2. Gol Agonis  dalam bentuk aerosol lebih efektif. Obat yang
tergolong beta-2 agonis adalah : terbutalin, metaproterenol dan
albuterol.
3. Antikolinergik  Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor
kolinergik sehingga menekan enzim guanilsiklase. Kemudian
pembentukan cAMP sehingga bronkospasme menjadi terhambat.
ex : Ipratropium bromida diberikan dalam bentuk inhalasi.
4. Kortikosteroid  Pengobatan dihentikan bila tidak ada respon.
Obat yang termasuk di dalamnya adalah : dexametason,
prednison dan prednisolon
Penatalaksanaan (3)

b. Ekspectoran dan Mucolitik


• Ekspectoran dan mucolitik yang biasa dipakai adalah
bromheksin dan karboksi metil sistein diberikan pada
keadaan eksaserbasi.
• Asetil sistein selain bersifat mukolitik juga mempunyai efek
anti oksidans yang melindungi saluran aspas dari kerusakan
yang disebabkan oleh oksidans
c. Antibiotik  Pemberian antibiotik dapat mengurangi lama
dan beratnya eksaserbasi. Antibiotik yang bermanfaat
adalah golongan Penisilin, eritromisin dan kotrimoksazol
biasanya diberikan selama 7-10 hari.

Vous aimerez peut-être aussi