Vous êtes sur la page 1sur 20

Oleh:

Ns. Bambang ardiwinata, S.Kep


herpes zooster adalah radang kulit akut dan
setempat yang merupakan reaktivasi virus
variselo-zaster yang menyerang kulit dan
mukosa ditandai dengan nyeri radikular
unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok
dengan dasar eritematoso.
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella
zoster. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh
bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph
yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
a. Faktor Resiko Herpes zoster.
1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada
usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia
penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang
nyeri.
2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan
(immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya
lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti
transplantasi sumsum tulang.
a. Herpes zoster oftalmikus
b. Herpes zoster fasialis
c. Herpes zoster brakialis
d. Herpes zoster torakalis
f. Herpes zoster sakralis
a. Gejala prodomal
1) Keluhan biasanya diawali dengan gejala
prodomal yang berlangsung selama 1 – 4 hari.
2) Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam,
sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash,
kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan
kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal
dan kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan
dapat berlangsung terus menerus atau hilang
timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi
kulit.
3) Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa
kemerahan, sensitive terhadap cahaya,
pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata,
pandangan kabur, penurunan sensasi
penglihatan dan lain – lain.
b. Timbul erupsi kulit
1) Kadang terjadi limfadenopati regional
2) Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya
terbatas pada daerah yang dipersarafioleh satu ganglion
sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,
yang tersering di daerah ganglion torakalis.
3) Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian
terbentuk papul–papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi
berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta
dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3
minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri
segmental juga menghilang
4) Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan
kadang–kadang sampai hari ke-7
5) Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula
hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar)
6) Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah
dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps Zooster :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada
kebanyakan orang. Bila timbul komplikasi, hal-hal
berikut dapat terjadi:
a. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi
yang paling umum. Nyeri saraf (neuralgia) akibat
herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan
kulit menghilang.
b. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi
oleh bakteri sehingga kulit sekitarnya menjadi
merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda
mungkin perlu antibiotik.
1. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat
menyebabkan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mata yang mengancam
penglihatan.
2. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf
yang terkena dampak adalah saraf motorik dan
saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat
menimbulkan kelemahan (palsy) pada otot-otot
yang dikontrol oleh saraf.
3. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh
virus varisela-zoster, atau penyebaran virus ke
seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang
sangat serius tapi jarang terjadi.
Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah
beberapa minggu. Biasanya pengobatan hanya
diperlukan untuk meredakan nyeri dan
mengeringkan inflamasi.
 Pengobatan Topical:
a. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2%
untuk mencegah vesikel pecah.
b. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x
sehari selama 20 menit.
c. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar
herpes zoster adalah rasa nyeri. Nyeri ini
kadang-kadang sangat keras. Parasetamol
dapat digunakan untuk meredakan sakit.
 Pengobatan Sistemik:
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat
mengintervensi sintesis virus dan replikasinya.
Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun
dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri.
Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua
pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki
efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Asuhan
keperawatan
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur;
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Jenis
kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.
b. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita
datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah
nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal
pada daerah yang terkena pada fase-fase awal.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat,
terutama pada area kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi yang hebat,
selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami
demam.
d. Riwayat Kesehatan Lalu
 Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman
dekat yang terinfeksi virus ini.
f. Riwayat Psikososial
 Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian
muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami
gangguan konsep diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri
tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
 1) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
 2) Menarik diri dari kontak social.
 3) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.

Fokus Pengkajian!!!
Integumen
a. Inspeksi
Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang
nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada
infeksi sekunder.
1. Hipertermia berhubugan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan pigmentasi kulit (timbul bula,
kemerahan)
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan
penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
6. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan
integritas kulit
7. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan
dengan takut infeksi menular seksual
Semoga bermanfaat...

Vous aimerez peut-être aussi