Vous êtes sur la page 1sur 10

PENGERTIAN

ASPEK HUKUM
DALAM
PEMBANGUNAN
Hukum dalam proyek

Hukum kontrak konstruksi merupakan hukum perikatan yang diatur dalam Buku III KUH Perdata mulai dari
Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Pada Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan bahwa tiap-tiap
perikatan dilahirkan dari perjanjian persetujuan dan Undang-Undang.Serta dalam suatu perjanjian dianut asas
kebebasan dalam membuat perjanjian, hal ini disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan ;
segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dimana sahnya suatu perjanjian adalah suatu perjanjian yang memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata, mengatur
tentang empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan ;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang diperkenankan.
PERMASALAHAN HUKUM DALAM
JASA KONSTRUKSI
1. HUKUM PERDATA
Tidak dipenuhinya kewajiban itu ada 2 (dua) kemungkinan, yaitu :
– Karena kesalahan salah satu pihak baik karena kesengajaan maupun karena kelalaian
– Karena keadaan memaksa (force majeur), jadi diluar kemampuan para pihak, jadi tidak bersalah.
Perbuatan Melawan Hukum adalah ; perbuatan yang sifatnya langsung melawan hukum, serta perbuatan
yang juga secara langsung melanggar peraturan lain daripada hukum. Pengertian perbuatan melawan
hukum, yang diatur pada Pasal 1365 KUHPerdata (pasal 1401 BW Belanda) hanya ditafsirkan secara
sempit.
PERMASALAHAN HUKUM DALAM
JASA KONSTRUKSI
2. HUKUM PIDANA
Yang secara prinsip isinya sebagaimana berikut, barang siapa yang merencanakan, melaksanakan
maupun mengawasi pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan
mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi (saat berlangsungnya pekerjaan) atau kegagalan
bangunan (setelah bangunan diserahterimakan), maka akan dikenai sanksi pidana paling lama 5 (lima)
tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5 % (lima persen) untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak untuk perencanaan dan pengawasan, dari pasal ini
dapat dilihat penerapan Sanksi pidana tersebut merupakan pilihan dan merupakan jalan terakhir
bilamana terjadi kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan karena ada pilihan lain yaitu
denda
PERMASALAHAN HUKUM DALAM
JASA KONSTRUKSI
3. PIDANA KORUPSI
Dalam kasus pidana korupsi unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana pasal tersebut harus dapat
dibuktikan secara hukum formil apakah tindakan seseorang dapat dikategorikan perbuatan melawan
hukum sehingga dapat memperkaya diri sendiri atau orang lain yang dapat menyebabkan kerugian
keuangan Negara dan perekonomian Negara. Kemudian institusi yang berhak untuk menentukan
kerugian Negara dapat dilihat di UU No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
PERMASALAHAN HUKUM DALAM
JASA KONSTRUKSI
4. HUKUM ADMINISTRATIF
– Peringatan tertulis
– Penghentian sementara pekerjaan konstruksi
– Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi
– Larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi dikenakan bagi pengguna jasa.
– Pembekuan Izin Usaha dan atau Profesi
– Pencabutan Izin Usaha dan atau Profesi
Arti / Pengertian IMB

Arti atau pengertian IMB (Izin Mendirikan Bangunan) adalah produk hukum yang berisi persetujuan atau
perizinan yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah Setempat (Pemerintah kabupaten / kota) dan wajib
dimiliki / diurus pemilik bangunan yang ingin membangun, merobohkan, menambah / mengurangi luas,
ataupun merenovasi suatu bangunan. Kehadiran IMB (izin mendirikan bangunan) pada sebuah bangunan
sangatlah penting, karena bertujuan untuk menciptakan tata letak bangunan yang aman dan sesuai
dengan peruntukan lahan. Bahkan keberadaan IMB juga sangat dibutuhkan ketika terjadi transaksi jual
beli rumah. Pemilik rumah yang tidak memiliki IMB nantinya akan dikenakan denda 10 persen dari nilai
bangunan, rumah pun juga bisa dibongkar.
Beberapa peraturan mengenai teknis konstruksi atau bangunan,

8
Beberapa peraturan yang berkaitan dengan jasa konstruksi. antara lain :
 AV41 / SU41 tentang Syarat-Syarat Umum Untuk  UU No. 28/2002 tentang bangunan gedung
Pelaksanaan Bangunan Umum Yang Dilelangkan
 KepMenneg PU no.441/KPTS/1998 : Persyaratan Teknis Bangunan
 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi (UUJK)  KepMenneg PU no.10/KPTS/2000 : Pengamanan Terhadap Bahaya
 PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Masyarakat Konstruksi  KepMenneg PU no.11/KPTS/2000 : Ketentuan Teknis Manajemen
 PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
 PP No. 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan  Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1981
Pembinaan Jasa Konstruksi  Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977
 Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan  Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961
Barang/Jasa Pemerintah
 Peraturan Perencanaan Gedung Tahan Gempa Indonesia 1991
 Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2005 tentang
Penyesuaian Pedoman Pengadaan Barang/Jasa  Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983
Pemerintah

Aspek Hukum di Industri Konstruksi


Beberapa peraturan berkaitan dengan infrastruktur, antara lain:
Undang-undang

9
Untuk melakukan kegiatan proyek atau dan manufaktur
dibidang konstruksi di Indonesia dikenal badan hukum  No. 11/1974 : Pengairan
atau badan usaha dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT),  No. 13/1980 : Jalan
Firma, dan CV Peraturan Pemerintah
 No. 26/1980 : Jalan
Firma adalah badan usaha yang didirikan oleh beberapa  No. 22/1982 : Tata Pengaturan Air
orang dengan menggunakan nama bersama.
 No. 23/1982 : Irigasi
 No. 35/1991 : Sungai
Perseroan Komanditer (CV) adalah persekutuan yang
didirikan oleh beberapa orang yang menyerahkan dan  No. 33/PRT/1989 : Pembagian Wilayah Sungai
mempercayakan uangnya untuk dipakai dalam  No. 63/PRT/1993 : Garis Sempadan, Daerah Manfaat,
persekutuan.
Keputusan Presiden No. 7/1998 : Kerjasama Pemerintah & Badan
Usaha Swasta dalam pembangunan infrstruktur
Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu badan usaha yang Peraturan Menteri
mempunyai kekayaan hak, serta kewajiban sendiri, yang
terpisah dari kekayaan, hak serta kewajiban para pendiri  No. 33/PRT/1989 : Pembagian Wilayah Sungai
maupun para pemilik.  No. 63/PRT/1993 : Garis Sempadan, Daerah Manfaat,
Keputusan Menteri No. 339/KPTS/M/2003 : Petunjuk Pelaksanaan
Pekerjaan Jasa Konstruksi

Aspek Hukum di Industri Konstruksi


Kesimpulan

– Proses pelaksanaan pengadaan barang jasa konstruksi dapatlah berjalan dengan efektif bila didukung
dengan adanya suatu hubungan kerja sama (Coordinating) yang terkontrol diantara pihak-pihak yang
terlibat didalam suatu proyek.
– Proses Kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertolak pada salah satu prasarana penunjang dalam hal
komponen fisik bangunan untuk dapat mengerjakan serta mengembangkan berbagai usahanya.
– Jasa Konstruksi sebagai salah satu bidang dalam sarana pembangunan, sudah sepatutnya diatur dan
dilindungi secara hukum agar terjadi situasi yang objektif dan kondusif dalam pelaksanaannya. Hal ini
juga harus dipenuhi dengan kesadaran dan kecakapan hukum daripada para pelaku jasa konstruksi.

Vous aimerez peut-être aussi