Linda Ratnasari Wiwit Wulandari AUTOIMUNITAS • Respon imun normal: toleran pengenalan “self” • Penyimpangan fungsi sistem imun • Ketidak mampuan respon imun spesifik terhadap antigan yang diinduksi oleh eksposur limfosit pada antigen (tolerogen vs immunogen) • Kegagalan host untuk mengenali “self” • Respon imun terhadap antigen “self” pada sel atau jaringan sendiri • Terbentuk auto antibodi, biasanya overlapping FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN A. Faktor genetic/keturunan Penyakit autoimun mempunyai persamaan predisposisi genetik meskipun sudah diketahui adanya kecenderungan terjadinya penyakit pada keluarga tapi bagaiman hal tersebut diturunkan pada umumnya, adalah kompleks dan diduga ,tetapi bagaimana hal tersebut diturunkan, pada umumnya adalah kompleks dan diduga terjadi atas pengaruh beberapa gen. Fenomena autoimun cenderung dijumpai pada satu keluarga tertentu.Misalnya, anggota keluarga generasi pertama (saudara kandung, orang tua dananak-anak) dari penderita penyakit Hashimoto mengandung autoantibodi B. Faktor hormon dan seks Hormon dari kelenjar tiroid, hipotalamus dan adrenal memang diketahuimempengaruhi homeostasis sistem imun dan rangsangan terhadap antigen. Hormon seks berbeda yang terdapat pada pria dan wanita mungkin juga berperan pada kekerapan untuk menderita penyakit autoimun. SLE dan artritisreumatoid lebih kerap berlaku pada wanita, danmyasthenia gravislebih kerap berlaku pada pria. c. Faktor mikroba (infeksi dan kemiripan molecular) Banyak infeksi yang menunjukkan hubungan dengan penyakit autoimuntertentu. Beberapa bakteri memiliki epitop yang sama dengan antigen selsendiri. Respons imun yang timbul terhadap bakteri tersebut dapat bermula pada rangsangan terhadap sel T yang selanjutnya merangsang pula sel B untuk membentuk autoantibodi PEMBAGIAN PENYAKIT AUTOIMUN A. Menurut mekanisme 1. melalui autoantibodi 2. melalui antibodi dan sel T 3. melalui kompleks Ag-Ab 4. melalui komplemen MENURUT SYSTEM ORGAN SISTEMIK LUPUS ERYTHEMATOUS (SLE) Bila autoantibody dibentuk terhadap komponen terlarut kemudian terus- menerus terpapar padanya, akan terbentuk kompleks yang dapat mengakibatkan kerusakanyang menyerupai kerusakan pada serum sickness Ada banyak variasiautoantigen pada lupus,banyak diantaranya terdapat dalam nucleus, dan yang paling patonemonik adalah DNA untaian ganda. Kompleks DNA dan antigennucleus lain, bersama-sama dengan imunoglobin dan komplemen dapat dideteksidengan pewarnaan imunofloresensi biopsy ginjal penderita disfungsi ginjal. Selama fase aktif penyakit, kadar komplemen serum menurun karena komponen itu terikatdalam agregat imun dalam ginjal dan sirkulasi ARTRITIS REUMATOID Kelainan sendi pada arthritis rheumatoid pada dasarnya disebabkan oleh pertumbuhan ganas sel-sel sinovial sebagai suatu selaput yang melapisi danmerusak tulang rawan dan tulang. Membran sinovial yang mengelilingi danmembentuk rongga sendi menjadi sangat seluler sebagai akibat hipereaktivitasimunologik seperti yang ditunjukkan oleh adanya sejumlah besar sel-T, terutama CD4, dalam berbagai stadium maturasi, biasannya disertai sel-sel dendrite danmakrofag; gumpalan sel-sel plasma sering terlihat dan bahkan kadang-kadang folikel sekunder dengan pusat- pusat germinal seolah-olah membrane synovial menjadi kelenjar limfe yang aktif. PENGOBATAN PENYAKIT AUTOIMUN 1. Pegontrolan Metabolik Obat antikolinergik biasanya digunakan untuk pengobatan jangka panjang miastenia gravis; timektomi bermanfaat untuk sebagian besar kasus dan dapat dimengerti bahwa kelenjar pada keadaanimunogenik tertentu mengandung reseptor terhadap Ach 2. Obat Anti Inflamasi penyakit autoimun berat yang lain, misalnya SLE dannefritis kompleks imun di mana obat-obat itu mengurangi lesi inflamasi.Pada Artritis rheumatoid, selain steroid, obat anti inflamasi seperti salisilat danobat sintetik penghambat prostaglandin yang gtak terhitung banyaknya digunakansecara luas 3. Obat Imunosupresif Obat ini telah terbukti bermanfat pada uveitis,, diabetes dini tipe I,sindroma nefrotik dan psoriasis, dan terbukti menunjukkan manfaat moderat pada purpura trombositopenia idiopatik, SLE, poliomiositis, penyakit Crohn, sirosis bilier primer dan miastenia gravis.