Vous êtes sur la page 1sur 10

Afina Nurfauziah Nurlatifah

Fany Sukma Pratiwi Septi Pujiana AUTOIMUNITAS


Linda Ratnasari Wiwit Wulandari
AUTOIMUNITAS
• Respon imun normal: toleran pengenalan “self”
• Penyimpangan fungsi sistem imun
• Ketidak mampuan respon imun spesifik terhadap antigan yang
diinduksi oleh eksposur limfosit pada antigen (tolerogen vs immunogen)
• Kegagalan host untuk mengenali “self”
• Respon imun terhadap antigen “self” pada sel atau jaringan sendiri
• Terbentuk auto antibodi, biasanya overlapping
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN
A. Faktor genetic/keturunan
Penyakit autoimun mempunyai persamaan predisposisi genetik meskipun sudah diketahui adanya kecenderungan
terjadinya penyakit pada keluarga tapi bagaiman hal tersebut diturunkan pada umumnya, adalah kompleks dan
diduga ,tetapi bagaimana hal tersebut diturunkan, pada umumnya adalah kompleks dan diduga terjadi atas
pengaruh beberapa gen. Fenomena autoimun cenderung dijumpai pada satu keluarga tertentu.Misalnya, anggota
keluarga generasi pertama (saudara kandung, orang tua dananak-anak) dari penderita penyakit Hashimoto
mengandung autoantibodi
B. Faktor hormon dan seks
Hormon dari kelenjar tiroid, hipotalamus dan adrenal memang diketahuimempengaruhi homeostasis sistem imun dan
rangsangan terhadap antigen.
Hormon seks berbeda yang terdapat pada pria dan wanita mungkin juga berperan pada kekerapan untuk
menderita penyakit autoimun. SLE dan artritisreumatoid lebih kerap berlaku pada wanita, danmyasthenia
gravislebih kerap berlaku pada pria.
c. Faktor mikroba (infeksi dan kemiripan molecular)
Banyak infeksi yang menunjukkan hubungan dengan penyakit autoimuntertentu. Beberapa bakteri memiliki epitop
yang sama dengan antigen selsendiri. Respons imun yang timbul terhadap bakteri tersebut dapat bermula pada
rangsangan terhadap sel T yang selanjutnya merangsang pula sel B untuk membentuk autoantibodi
PEMBAGIAN PENYAKIT AUTOIMUN
A. Menurut mekanisme
1. melalui autoantibodi
2. melalui antibodi dan sel T
3. melalui kompleks Ag-Ab
4. melalui komplemen
MENURUT SYSTEM ORGAN
SISTEMIK LUPUS ERYTHEMATOUS (SLE)
Bila autoantibody dibentuk terhadap komponen terlarut kemudian terus-
menerus terpapar padanya, akan terbentuk kompleks yang dapat
mengakibatkan kerusakanyang menyerupai kerusakan pada serum sickness
Ada banyak variasiautoantigen pada lupus,banyak diantaranya terdapat
dalam nucleus, dan yang paling patonemonik adalah DNA untaian ganda.
Kompleks DNA dan antigennucleus lain, bersama-sama dengan imunoglobin
dan komplemen dapat dideteksidengan pewarnaan imunofloresensi biopsy
ginjal penderita disfungsi ginjal.
Selama fase aktif penyakit, kadar komplemen serum menurun karena
komponen itu terikatdalam agregat imun dalam ginjal dan sirkulasi
ARTRITIS REUMATOID
Kelainan sendi pada arthritis rheumatoid pada dasarnya disebabkan oleh
pertumbuhan ganas sel-sel sinovial sebagai suatu selaput yang melapisi danmerusak
tulang rawan dan tulang. Membran sinovial yang mengelilingi danmembentuk rongga
sendi menjadi sangat seluler sebagai akibat hipereaktivitasimunologik seperti yang
ditunjukkan oleh adanya sejumlah besar sel-T, terutama CD4, dalam berbagai
stadium maturasi, biasannya disertai sel-sel dendrite danmakrofag; gumpalan sel-sel
plasma sering terlihat dan bahkan kadang-kadang folikel sekunder dengan pusat-
pusat germinal seolah-olah membrane synovial menjadi kelenjar limfe yang aktif.
PENGOBATAN PENYAKIT AUTOIMUN
1. Pegontrolan Metabolik
Obat antikolinergik biasanya digunakan untuk pengobatan jangka panjang miastenia gravis;
timektomi bermanfaat untuk sebagian besar kasus dan dapat dimengerti bahwa kelenjar
pada keadaanimunogenik tertentu mengandung reseptor terhadap Ach
2. Obat Anti Inflamasi
penyakit autoimun berat yang lain, misalnya SLE dannefritis kompleks imun di mana obat-obat
itu mengurangi lesi inflamasi.Pada Artritis rheumatoid, selain steroid, obat anti inflamasi
seperti salisilat danobat sintetik penghambat prostaglandin yang gtak terhitung banyaknya
digunakansecara luas
3. Obat Imunosupresif
Obat ini telah terbukti bermanfat pada uveitis,, diabetes dini tipe I,sindroma nefrotik dan
psoriasis, dan terbukti menunjukkan manfaat moderat pada purpura trombositopenia
idiopatik, SLE, poliomiositis, penyakit Crohn, sirosis bilier primer dan miastenia gravis.

Vous aimerez peut-être aussi