Vous êtes sur la page 1sur 21

Tugas Farmakologi II

Anti Jamur (Nistatin)

Evi Zulfira
1302101010131
Kelas 04
Anti Jamur
• Infeksi yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis.
• Infeksi jamur secara umum dibedakan menjadi
infeksi jamur sistemik dan topikal (dermatofit dan
mukokutan)
• Antijamur untuk infeksi sistemik : amfoterisin B,
flusitosin, grup azol (ketokonazol,flukonazol,
itrakonazol), kalium iodida
• Antijamur untuk infeksi topikal : griseofulvin,
imidazol, tolnaftat, nistatin, kandisidin, asam salisilat,
asam undesilinat, haloprogin, natamisin.
Nistatin

• Nistatin merupakan suatu antibiotic polien


yang dihasilkan oleh Streptomyces noursei.
Obat yang berupa bubuk warna kuning
kemerahan ini bersifat higroskopis, berbau
khas, sukar larut dalam kloroform dan eter.
• Larutannya mudah terurai dalam air atau
plasma. Sekalipun nistatin mempunyai struktur
kimia dan mekanisme kerja mirip dengan
amfoterisin B,nistatin lebih toksik sehingga
tidak digunakan sebagai obat sistemil. Nistatin
tidak diserap melalui saluran cerna, kulit
maupun vagina.
Aktivitas antijamur

• Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai


jamur dan ragi tetapih tidak aktif terhadap
bakteri, protozoa dan virus.
Mekanisme kerja
• Nistatin hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang
sensitif. Aaktivitas antijamur tergantung dari adanya
ikatan dengan sterol pada membrane sel jamur atau
ragi terutama sekali ergosterol. Akibat terbentuknya
ikatan antara sterol dengan antibiotic ini akan terjadi
perubahan permeabilitas membrane sel sehingga sel
akan kehilangan berbagai molekul kecil.
• Candida albicans hampir tidak
memperlihatkan resistensi terhadap nistitan,
tetapi C. tropicalis, C. guillermondi dan C.
stellatiodes mulai resisten bahkan sekaligus
menjadi tidak sensitif terhadap amfoterisin B.
Namun resistensi ini biasanya tidak terjadi in
vivo.
Indikasi

• Nistatin terutama digunakan untuk infeksi candida


dikulit, selaput lendir dan saluran cerna. Paronikia,
vaginitis dan kandidiasis oral dan saluran cerna cukup
diobati secara topical. Kandidiasis dimulut,
esophagus dan lambung biasanya merupakan
komplikasi dari penyakit darah yang ganas terutama
pada pasien yang mendapat pengobatan
imunosupresif.
• Sebagian besar infeksi ini memberikan respon
yang baik terhadap nistatin. Namun demikian
bila disfagia tidak menunjukkan perbaikan
setelah beberapa hari pengobatan atau bila
pasien dalam keadaan sakit berat sebaiknya
diberikan ketokonazol.
• Kondidiasis saluran cerna jarang ditemukan,
tetapi keadaan ini dapat merupakan penyebab
timbulnya nyeri perut dan diare.
Efek samping

• Jarang ditemukan efek samping pada pemakaian


nistatin. Mual, muntah, dan diare ringan mungkin
didapatkan setelah pemakaian peroral. Iritasi kulit
maupun selaput lendir pada pemakaian topical belum
pernah dilaporkan.
• Nistatin tidak mempengaruhi bakteri, protozoa dan
virus maka pemberian nistatin dengan dosis tinggi
tidak akan menimbulkan superinfeksi.
Posologi
• Dosis nistatin dinyatakan dalam unit, tiap 1 mg obat ini
mengandung tidak kurang dari 200 unit nistatin. Untuk
pemakaian klinik tersedia dalam bentuk krim, bunuk, salep,
suspense dan obat tetes yang mengandung 100.000 unit
nistatin per gram atau per ml.
• untuk pemakaian per oral tersedia tablet 250.000 dan 500.000
unit, tablek vagina mengandung 100.000 unit nistatin. Untuk
kandidiasis mulut dan esophagus pada pasien dewasa
diberikan dosis 500.000-1.000.000 unit, 3 atau 4 kali sehari.
Obat tidak langsung ditelan tetapi ditahan dulu dalam rongga
mulut. Pemakaian pada kulit disarankan 2-3 kali sehari,
sedangkan pemakaian tablek vagina 1-2 kali sehari selama 14
hari.
Contoh Obat Nistatin
Amfoterisin B

• Merupakan hasil fermentasi dari Streptomyces


nodosus
• Menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang
• Bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dosis.
• Efektif menghambat Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans, Candida, Blastomyces
dermatiditis, Aspergillus.
Mekanism kerja

• berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat


pada membran sel jamur, sehingga
menyebabkan kebocoran dari membran sel,
dan akhirnya lisis.
Farmakokinetik

• sangat sedikit diserap melalui saluran cerna


diberikan secara IV, distribusi ke cairan pleura,
peritoneal, sinovial dan akuosa, CSS, cairan
amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat lambat.
Indikasi

• Mikosis sistemik seperti koksidioidomikosis,


parakoksidiomikosis, aspergilosis, kandidiosis,
blastomikosis, histoplasmosis.
Efek samping

• Demam dan menggigil,


• Gangguan ginjal,
• Hipotensi,
• Anemia,
• Efek neurologik,
• Tromboflebitis.
• Penderita yang diobati amfoterisin B harus
dirawat di rumah sakit, karena diperlukan
pengamatan yang ketat selama pemberian obat.
Sediaan
• injeksi dalam vial yang mengandung 50 mg,
dilarutkan dalam 10 ml aquadest diencerkan
dengan dextrose 5 % = 0,1 mg/ml larutan.

Dosis
• 0,3 – 0,5 mg / kg BB
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi