Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KEGAWATDARURATAN
INTEGUMEN: LUKA
BAKAR
Sri Suparti
Tujuan Pembelajaran
• Tujuan umum:
– setelah menyelesaikan materi ini, mahasiswa dapat
memahami ASKEP kegawatdaruratan sistem integumen:
Luka Bakar
• Tujuan Khusus :
– Menyebutkan definisi luka bakar
– Menguraikan patofisiologi luka bakar
– Menguraikan mekanisme luka bakar
– Mendiskusikan masalah prioritas utama pada luka Bakar
– Menjelaskan resusitasi dan penanganan luka bakar
– Membuat ASKEP pada pasien yang mengalami luka bakar
– Mengevaluasi upaya kolaboratif penanganan luka bakar
DEFINISI
• Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh
pengalihan energi dari suatu sumber panas pada tubuh,
panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
electromagnet (Smeltzer and Bare , 2010).
• Cedera luka bakar biasanya terjadi akibat transfer
energi dari sumber panas ketubuh, sumber panas dapat
berupa panas, zat kimia atau listrik (Morton, et al, 2013)
• Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai
fase lanjut.
ETIOLOGI
• Paparan api Aliran listrik
– Flame (kobaran api) Ditentukankontak, re oleh
– Benda panas (kontak) jenis arus, jumlah arus, alur
– Flash : jilatan api arus , durasi kontak, area
kontak dan voltasenya
• Scalds (air panas)
Zat kimia:
• Uap panas
• asam dan basa termasuk
• Gas panas asam hidroflorat, formiat,
• Sunburn amonia , fenol
• Radiasi • Fosfor, unsur logam,
Nitrat, hidrokarbon
Kedalaman luka bakar
1. Suhu agent yang menebabkan cedera
2. Durasi pajanan terhadap agent yang
menyebabkan cedera
3. Area tubuh yang terpajan agen yang
menyebabkan cidera
PATOFISIOLOGI
• Pembuluh darah yg terpajan suhu tinggi rusak &
permeabilitas↑ sel darah rusak anemia
• Permeabilitas↑ edema bula yang mengandung
banyak elektrolit volume cairan intravaskuler ↓
• Kerusakan kulit akibat luka bakar cairan ↓ akibat
penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula
yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Patwahy
Agen luka Bakar
CEDERA INHALASI
• Kerusakan paru terutama sebagai akibat cedera inhalasi
menyebabkan 20-84% kematian akibatl luka bakar.
Berikut 3 tahap cedera inhalasi
1. Insufisiensi paru akut dapat terjadi selama 36 jam
pertama
2. Edema paru dapat terjadi pada 5-30% pasien luka
bakar antara 7-72 jam setelah cidera
3. Bronkopenumonia tampak pada 15% samapi 60%
pasien luka bakar 3-10 hari setelah cedera
CEDERA INHALASI
• Cedera terjadi karena udara yang sangat panas sehingga dapat
menyebabkan lepuhan dan edema diarea supraglotis disekitar pita
suara
• Kondisi ini menyebabkan obstruksi jalan nafas, dan edema. Serak
stridor, dispnea, sputu,m karbonaseosa dan takipnea
mengindikasikan adanya gangguan jlan nafas
• Intubasi awal dapat membantu
• Cedera paru trakeobronkhial dan parenkim biasanya terjadi
pembakaran zat kimia yang tidak sempurna menyebabkan
pneumonitis kimia. Perubahan inflamasi ditrakea dan alveoli dapat
terjadi dlam 24 jam setelah cedera. Cabang paru menjadi teriritasi
dan mengalami cedera.
• Alveoli kolaps, atelektasis , ARDS
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
• Derajat I
– Kerusakan terbatas
pada bagian epitel
minimal
– Kulit kering, eritema,
merah muda
– Pucat saat ditekan
– Sangat Nyeri
– Tidak ada bula
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
• Derajat II
– Meliputi epidermis dan
sebagian dermis
– Terdapat proses
eksudasi
– Ada bula
– Dasar luka berwarna
merah/pucat
– Nyeri hiperestetik
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
• Derajat III
– Kerusakan meliputi
seluruh dermis dan
lapisan yg lebih dalam
– Tidak ada bula
– Kulit berwarna abu-abu
dan pucat
– Kering
– Terdapat eskar
– Tidak nyeri
KLASIFIKASI LAIN
DERAJAT KLINIS RASA NYERI
KEDALAMAN
• Fase lanjut
– Berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar
seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain
Pembagian zona kerusakan jaringan
• Zona koagulasi, zona nekrosis (Daerah yang langsung
mengalami kerusakan)
• Zona statis
– Daerah yang berada disekitar zona koagulasi
– Kerusakan endotel Pembuluh. darah, trombosit,
leukosit gangguan perfusi (no flow phenomena) --
> perubahan permeabilitas kapiler dan respon
inflamasi lokal
– 12-24 jam pasca cedera
• Zona hiperemi
– Daerah diluar zona statis
– Vasodilatasi, reaksi sellular (-)
zona kerusakan jaringan
Epidermis
Zona Koagulasi
Dermis
Zona Statis
Zona Hiperemi
Jaringan Sub-Kutis
FASE RESUSITASI
1. Survey Primer : A, B, C, D, E
2. Survey Sekunder
3. Fase Rehabilitasi
A: Pemeliharaan jalan B: Pernafasan dan
nafas dan melindungi ventilasi
tulang servical:
Kaji kedalaman ,
kaji jalan nafas, kulitas dan frekuensi
angkat dagu, pernafasan
mendorong rahang,
memasang alat Berikan oksigen
bantu nafas OPA , NRM 15 ml/m
ETT Adakah luka bakar
Jangan diarea dada yang
hiperekstensikan dapat menganggu
leher curiga Fr. ventilasi
cervical
Airway Resuscitation
Intubasi, endotracheal tube cricothyroidotomy
Respiratory Distress
Emergency chest
escharatomy
C:Sirkulasi dengan pengontrolan
perdarahan :
1. pengukuran TD dan Frek jantung,
2. kanulisasi intravena,
3. Faktor Risiko gangguan sirkulasi :
Penurunana sensasi
Perburukan nyeri secara progresif
Parastesia
Penurunan pengisian kapiler
Pucat pada ektremitas
D:Disabilitas: Kaji defisit E: Exposure
Neurologis • Lepaskan seluruh
pakaian pasien, tetapi
pertahankan suhu tubuh
• Biasanya pasien sadar,
jika tidak biasnaya •
diikuti cedera
penyerta: inhalasi,
trauma, cedera kepala
, dll
• Pengajian tingkat
kesadaran : GCS
&AVPU
TATALAKSANA RESUSITASI (MEDIS)
• Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
– Intubasi
– Krikotiroidotomi (terlalu agresif dan menimbulkan
morbiditas lebih besar dibanding intubasi)
– Pemberian oksigen 100%
– Perawatan jalan nafas
– Penghisapan sekret (secara berkala)
– Pemberian terapi inhalasi
– Bilasan bronkoalveolar
– Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
– Eskarotomi pada dinding toraks memperbaiki komplian
paru
SURVEY SEKUNDER
• Pemeriksaan darah darah lengkap
• Pemeriksaan kimia komprehensif, BUN
• Urinalisis
• Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
• Analisis gas darah
• Radiologi – jika ada indikasi ARDS
• EKG
• Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis SIRS dan MODS
DUKUNGAN HEMODINAMIK
Terapi untuk syok luka bakar bertujuan untuk mendukung
pasien selama periode syok hipovolemia samapai kapiler
pulih. Resusitasi cairan merupakan intervensi primer yang
bertujuan:
1. Memperbaiki defisit cairan elektrolit dan protein
2. Menggantikan kehilangan yang terus menerus dan
mempertahankan keseimbnagan cairan
3. Mencegah pembentukan edema berlebihan
4. Mempertahankan haluaran urine pada orang dewasa
sebesar 30-70 ml/jam
Tatalaksana resusitasi cairan
• Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan
pengganti.
• Cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
Cara Evans
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Anak : MAINTENANCE :
2ml (RL) x % burn x < 1 year : Weight (kg) x 100ml
Weight (kg) PLUS 1 – 3 year : Weight (kg) x 75ml
MAINTENANCE > 3 year : Weight (kg) x 50ml
Formula Brooke
• Tujuan
– Mencegah kontraktur
– Mempercepat penyembuhan
– Mengurangi masa perawatan
• Indikasi
– LB derajat II tidak sembuh dalam 3 minggu
– LB derajat III setelah dilakukan eksisi
– Terdapat granulasi yang luas (diameter > 3cm)
…..Wound Care
• Post skin graft care
– 5-7 days graft takes on pink
appearance if it has taken
– If find exudate,roll graft with
cotton-tipped aplicator to
remove excess exudate, using
absorb dressing or heat lamps
to dry donor sites
– Elastic bandages may be
applied 6 – 12 month to
prevent hypertrophic scarring
PROGNOSIS
• Prognosis dan penanganan luka bakar
tergantung:
– Dalam dan luasnya permukaan luka bakar
– Penanganan sejak awal hingga penyembuhan
– Letak daerah yang terbakar
– Usia dan keadaan kesehatan penderita
– Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.
Penyulit yang timbul pada luka bakar: gagal
ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,
serta parut hipertrofik dan kontraktur.
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),
Cedera Panas Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),
dan Sepsis
Edema
Kehilangan Epitel Hipermetabolism
Syok
Imunosupresi Malnutrisi
Insuf.
ARF Ileus Transl. Bakteri Infeksi Luka
Paru
Sepsis
ARDS ATN (Acute tubular nekrosis)
MODS
Kematian
REHABILITATION PHASE
Prinsip:
Kebersihan Luka
Debridement Sesuai dengan Kebutuhan
Ganti Balut
Perhatikan nyeri saat mengganti balutan
Pencegahan kontraktur
Seringkali membuka balutan luka secara signifikan
mengurangi suhu luka dan menunda penyembuhan
-
MENGAPA HARUS LEMBAB ?
Fibrinolis : fibrin cepat hilang pada suasana lembab
oleh netrofil dan sel endotel
Angiogenesis : proses penyembuhan akan lebih
terangsang pada suasana lembab
Infeksi : lebih rendah dibandingkan suasana kering
(2.6 % vs 7.1 %)
Percepatan pembentukan sel aktif : invasi netrofil yang
diikuti oleh makrophag, monosit dan limfosit ke daerah
luka akan berfungsi Lebih dini.
Pembentukan growth factor : lebih cepat pada suasana
lembab
Blister Management
• Bila blister ukuran besar (> 3cm) diaspirasi dg spuit steril
tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya (dipertahankan
sebagai biological dressing)
• Occlusive dressing dengan Tulle grass/absorb dressing dan
kassa steril tebal
Prinsip perawatan post operasi skin graft:
– Menjaga kesterilan
– Luka operasi dan luka donor tidak tergeser
– Tidak terjadi infeksi
Aplikasi Prosedur Perawatan
1 Pengobatan/perawatan luka
– Luka bakar derajat I
• Cuci luka dg NACL, beri salf mata
• Sembuh 5 – 7 hari tanpa meninggalkan skar
– Luka bakar derajat II
• Cuci luka dg NACL
• Ditutup dg Tulle/absorb dressing dan kassa steril
tebal,biarkan 1 mgg jika balutan kering
• Sembuh 10 – 14 hari dg sedikit skar,pd luka bakar yg
mengenai seluruh ketebalan dermis sembuh 25 – 35
hari
• Bila ada bulla ukuran besar (> 3cm) diaspirasi dg spuit
steril tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya
(dipertahankan sebagai biological dressing)
1. LB derajat II > 15% pada dewasa, > 10% anak pada anak
2. LB derajat II pada muka,tangan dan kaki,perineum,sendi
3. LB derajat III > 2% pada dewasa,setiap derajat III anak
4. LB listrik,kimia
5. LB dengan trauma inhalasi
6. LB dengan komplikasi
Nursing Diagnosis
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d hambatan batuk, pembengkakan
orofaring dan trakea atau jalan nafas buatan
2. Gangguan pertukaran gas b.d cedera inhalasi, atelektasis, sinndrom distres
pernafasan, akut, keracunan
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d luka bakar sirkumferensial didada, obstruksi
jalan nafas atau sindrom distres pernafasan akut
4. Gangguan perfusi jaringan perifer b,d edema atau luka bakar
5. Kekurangan volume cairan b.d perubahan permeabilitas kapiler , kehilangan
cairan
6. Nyeri akut b. D terpajannya ujung saraf , prosedur invasif, prosedur bedah
dan penggantian balutan
7. Kerusakan integritas kulit b.d cedera luka bakar atau intervensibedah
8. Risiko kelebihan volume cairan b.d resusitasi cairan dna mobilisasi cairan 3-5
hari luka bakar
9. Hipotermia b. d kerusakan integumen
Evaluation/ Outcame Criteria
Pertanyaan
• Wanita tersebut mengalami luka bakar derajat berapa?
• Berdasarkan luas luka bakarnya jika dihitung menggunakan
perhitungan Rule of Nines, persentase luka bakar yang dialami
wanita tersebut adalah?
• Berapa jumlah cairan yang diperlukan wanita tersebut dalam
24 jam pertama (formula baxter)?
Terima kasih