Vous êtes sur la page 1sur 50

AKUNTANSI JASA

MUAMALAT INSTITUTE
Pembahasan Akuntansi jasa

Akuntansi Wadiah
Akuntansi Qard
Akuntansi Sharf
Akuntansi Imbalan
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 2
Karakteristik wadiah
Wadiah adalah titipan nasabah yang
harus dijaga dan dikembalikan setiap
saat nasabah ybs menghendaki. Bank
bertanggung jawab atas pengembalian
dana titipkan. (pr 134)
Wadiah dibagi : (pr 135)
 Wadiah yad-dhamanah => penerima titipan
dapat memanfaatkan, keuntungannya milik
penerima titipan
 Wadiah yad-amanah => tidak boleh
memanfaatkan
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 3
Karakteristik ….(lanjutan)

Penerima titipan dapat : (pr 136)

Meminta ujrah (imbalan) atas


penitipan barang /uang.
Pemberian bonus => tidak boleh
diperjanjikan sebelumnya dan
besarnya tergantung kebijakan
penerima titipan

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 4


Ketentuan GIRO Wadiah
(Fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000)

1. Bersifat simpanan
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on
call) atau berdasarkan kesepakatan
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan,
kecuali dalam bentuk pemberian
(athaya) yang bersifat sukarela dari
pihak bank

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 5


Tabungan Wadiah
(Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000)

1. Bersifat simpanan
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call)
atau berdasarkan kesepakatan
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali
dalam bentuk pemberian (athaya) yang
bersifat sukarela dari pihak bank

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 6


Pengakuan dan pengukuran
dana wadiah (pr 137)

Dana wadiah diakui sebesar jumlah


dana yang dititipkan pada saat
terjadinya transaksi dalam periode yang
bersangkutan
Penerimaan yang diperoleh atas
pengelolaan dana titipan diakui sebagai
pendapatan bank dan bukan
merupakan unsur keuntungan yang
dibagikan

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 7


Bonus transaksi wadiah (pr 138)

Pembayaran bonus kepada nasabah


diakui sebagai beban saat terjadinya
Penerimaan bonus :
 dari bank syariah lain => diakui sebagai
pendapatan pada saat kas diterima
 dari bank sentral => diakui sebagai
pendapatan pada saat kas diterima
 dari bank non-syariah => diakui sebagai
dana qardhul hasan

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 8


Penyajian dan pengungkapan wadiah

Dana wadiah yad-dhamanah disajikan


sebagai kewajiban (pr 160)
Pengungkapan transaksi wadiah,
mencakup dan tidak terbatas pada : (pr 193)
 Jumlah dana / barang yang mengikuti prinsip
wadiah yad-dhamanah.
 Jumlah dana wadiah yang diblokir sebagai
jaminan pembiayaan dan transaksi perbankan
lainnya.

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 9


Akuntansi Qardh

Mari kita lanjutakan


pembahasan tentang
akuntansi Qardh

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 10


Karakteristik Qardh
Pinjaman qardh adalah penyediaan dana
atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu atau kesepakatan antara peminjam
dan pihak yang meminjamkan yang
mewajibkan peminjam melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu
Pihak yang meminjamkan dapat
menerima imbalan namun tidak
diperkenankan untuk dipersyaratkan
dalam perjanjian (pr 139)

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 11


Karakteristik Qardh……lanjutan
Qardhul hasan: (pr 140)

 Pinjaman tanpa imbalan => peminjam


mempergunakan dana selama jangka waktu
tertentu dan mengembalikan dalam jumlah
yang sama pada akhir periode
 Jika mengalami kerugian, bukan kelalaiannya
=> mengurangi jumlah pinjamannya.
 Pelaporan => laporan sumber dan
penggunaan dana qardhul hasan

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 12


Karakteristik Qard ….(lanjutan)

Sumber dana Qardh hasan dapat berasal dari


intern bank atau dari ekstern bank. (pr 141)
Ekstern => diterima dari pihak lain
sumbangan, infak, shadaqah dsb
dana disediakan oleh pemilik bank syariah dan
pendapatan non halal
Internal => hasil tagihan pinjaman qardhul hasan

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 13


Qardh

 Rukun
(1) Peminjam / Muqtaridh
(2) Pemberi pinjaman / Muqridh
(3) Dana / Qardh
(4) Ijab Qabul / Sighat

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 14


Ketentuan Qardh
(Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001)

Ketentuan umum al Qardh


1. Al Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh)
yang memerlukan
2. Nasabah alQardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati bersama
3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu
5. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan
sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad
6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan
ketidakmampuannya LKS dapat :
a. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 15
Ketentuan Qardh
(Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001)

 Sanksi
1. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi
kepada nasabah.
2. Sanksi yang dijatuhkan => dapat berupa – dan tidak terbatas pada –
penjualan barang jaminan
3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus
memenuhi kewajibannya secara penuh
 Dana al-qardh dapat bersumber dari :
1. Bagian modal LKS
2. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan
3. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran
infaqnya kepada LKS
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 16
KETENTUAN PEMBIAYAAN PENGURUSAN
HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
(Fatwa DSN No. : 29/ DSN-MUI/VI/2002)

1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh


imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai
Fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000
2. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran
BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai Fatwa
DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001
3. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan
dengan pemberian talangan haji
4. Besarnya imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah
talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 17


Pengakuan dan pengkuran Pinjaman Qardh

Pinjaman Qardh (bank sbg pihak yang


meminjamkan) – pr 142
 diakui sebesar jumlah yang dipinjamkan pada
saat terjadinya
 Kelebihan penerimaan dari peminjam atas
qardh yang dilunasi diakui sebagai
pendapatan pada saat terjadinya
Qardh yang diterima (bank sbg
peminjam) – pr 143
 Kelebihan pelunasan => diakui sebagai
beban
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 18
Penyajian Qardh (pr 161)

Sumber dana Qradh


intern bank (modal bank) =>
disajikan pada aktiva lainnya sebagai
pinjaman Qardh
ekstern (dana kebajikan yang diterima
oleh bank) => disajikan pada laporan
sumber dan penggunaan dana
Qardhul hasan

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 19


Akuntansi Sharf

Bagaiman
a
pencatatan
Sharf itu

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 20


Karakteristik Sharf (pr 144)

Sharf adalah akad jual beli suatu


valuta dengan valuta asing lainnya
Transaksi valuta asing pada Bank
Syariah (diluar jual beli banknotes)
hanya dapat dilakukan untuk
tujuan lindung nilai (hedging) dan
tidak dibenarkan untuk tujuan
spekulaitif.
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 21
Sharf

 Rukun
(1) Penjual / Ba’i
(2) Pembeli / Musytari
(3) Mata uang yang diperjual-
belikan / Sharf
(4) Nilai tukar / Si’rus Sharf
(5) Ijab Qabul / Sighat

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 22


KETENTUAN JUAL BELI MATA UANG
ASING (AL-SHARF)
(Fatwa DSN No. : 28/DSN-MUI/III/2002)

Ketentuan Umum
1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga
(simpanan)
3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang
sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai
(at-taqabudh)
4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan
nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi
dilakukan dan secara tunai.
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 23
KETENTUAN JUAL BELI MATA UANG
ASING (AL-SHARF)
(Fatwa DSN No. : 28/DSN-MUI/III/2002)

 Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas)
untuk penyerahan pada saat itu ( over the counter) atau penyelesaiannya
paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh,
karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses
penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi
internasional.
 Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang
dinalainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu
yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya
adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang
diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya dilakukan dikemudian hari,
padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan
nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement
untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah)

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 24


KETENTUAN JUAL BELI MATA UANG
ASING (AL-SHARF)
(Fatwa DSN No. : 28/DSN-MUI/III/2002)

Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan


valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan
pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga
forward. Hukumnya haram, karena pengandung unsur maisir
(spekulasi)
Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam
rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus
dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan
jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram,
karena mengandung unsur maisir (spekulasi)

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 25


Pengkuan dan pengukuran sharf (pr 145-146)

Selisih antara kurs yang diperjanjikan dalam


kontrak dan kurs tunai (mark to market) pada
tanggal penyerahan valuta diakui sebagai
keuntungan / kerugian pada saat penyerahan /
penerimaan dana
Selisih penjabaran aktiva dan kewajiban valuta
asing dalam rupiah (revaluasi) diakui sebagai
pendapatan atau beban

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 26


Mari kita
bahas
akuntansi
kegiatan
bank
berbasis
imbalan

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 27


Karakteristik (pr 147)

Kegiatan yang
menghasilkan ujrah
(imbalan) antara lain :
Wakalah
Hiwalah
Kafalah
dsb

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 28


Karakteristik Wakalah (pr 148)

Wakalah adalah akad pemberian kuasa


dari muwakil (pemberi kuasa /
nasabah) kepada wakil (penerima
kuasa / bank) untuk melaksanakan
suatu taukil (tugas) atas nama pemberi
kuasa.
Digunakan a.l : dalam pengiriman
transfer, penagihan hutang baik kliring
maupun inkaso, realisasi L/C
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 29
Wakalah

Rukun
Pemberi kuasa (muwakil)
Penerima kuasa (wakil)
Obyek yang dikuasakan (taukil)
Ijab Qabul (Sighat)

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 30


Jenis wakalah

Wakalah Mutlaqah
 yaitu wakalah yang tidak terikat dengan
syarat tertentu (selain syarat yang
ditetapkan Islam) tidak terbatas waktu, dan
tidak terikat dengan keadaan tertentu
Wakalah Muqayyadah
 yaitu wakalah yang terikat dengan syarat
tertentu, atau terbatas waktu, atau terikat
dengan syarat tertentu

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 31


Ketentuan Wakalah
(Fatwa DSN No. 10/DSN-MUI/IV/2000)

 Ketentuan tentang wakalah


1. Pernyataan ijab Kabul harus dinyatakan oleh para
pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam
mengadakan kontrak (akad)
2. Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan
tidak boleh dibatalkan secara sepihak

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 32


Ketentuan Wakalah
(Fatwa DSN No. 10/DSN-MUI/IV/2000)

Rukun dan syarat wakalah


1. Syarat-syarat muwakil (yang mewakilkan), adalah :
a. Harus seorang pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang
ia wakilkan
b. Orang mukalaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni
dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk
menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya
2. Syarat-syarat wakil (yang mewakili)
a. Cakap hukum
b. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya,
c. Wakil adalah orang yang diberi amanat
3. Hal-hal yang diwakilkan
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili
b. Tidak bertentangan dengan syariah islam
c. Dapat diwakilkan menurut syariah islam
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 33
Pengakuan (pr 151)

Pendapatan dan beban yang :


berkaitan dengan jangka waktu
diakui selama jangka waktu
tersebut
Tidak berkaitan dengan jangka
waktu diakui pada saat terjadinya
transaksi dalam periode ybs

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 34


Karakteristik Kafalah (pr 149)

Kafalah adalah akad pemberian jaminan


yang diberikan oleh kaafil (peminjam / bank)
kepada makful (penerima jaminan) dan
penjamin bertanggung jawab atas
pemenuhan kembali suatu kewajiban yang
menjadi hak penerima jaminan
Digunakan a.l : garansi bank, standby L/C,
pembukaan L/C impor, akseptasi,
endosemen, dan aval

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 35


Kafalah

 Rukun
(1) Pihak penjamin / kaafil
(2) Pihak yang dijamin / makful
(3) Obyek penjaminan / makful alaih
(4) Ijab Qabul / sighat

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 36


JENIS KAFALAH
 Kafalah bi an nafs
 merupakan akad memberikan jaminan
atas diri (personal guarantee)
 Kafalah bi al mal
 merupakan jaminan pembayaran hutang
atau pelunasan hutang
 Kafalah bit Taslim
 jenis ini biasa dilakukan untuk menjamin
pengembalian atas barang yang disewa
pada waktu masa sewa berakhir

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 37


Jenis kafalah (lanjutan)

 Kafalah al munjazah
 jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh
jangka waktu tertentu dan untuk
kepentingan / tujuan tertentu
 Kafalah al mualaqah
 jaminan ini merupakan menyederhanaan
dari kafalah al munjazah, dimana
jaminan dibatasi hanya untuk jangka
waktu tertentu
 Ferformance Bonds (jaminan prestasi)
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 38
Ketentuan Kafalah
(Fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan umum :
1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan
oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak
nereka dalam mengadakan kontrak (akad).
2. Dalam akad kafalah, penjamin dapat menerima
imbalan (fee) sepanjang tidak memberatkan
3. Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan
tidak boleh dibatalkan secara sepihak.

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 39


Ketentuan Kafalah
(Fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000)

1. Pihak penjamin (Kafill)


a. Baligh (dewasa) dan berakal sehat
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dalam urusan
hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan kafalah tersebut
2. Pihak orang yang berhutang (Ashil, Makfuul’anhu)
a. Sanggup menyerahkan tanggungannya (piutang) kepada penjamin
b. Dikenal oleh penjamin
3. Pihak orang yang berpiutang (Makfuul lahu)
a. Diketahui identitasnya
b. Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.
c. Berakal sehat

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 40


Ketentuan Kafalah (Fatwa
DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000)

4. Obyek penjaminan (makfuul bihi)


a. Merupakan tanggungan pihak/orang yang berhutang,
baik berupa uang, benda, maupun pekerjaan
b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin
c. Harus merupakan piutang mengikat (lazim), yang tidak
mungkin dihapus kecuali setelah dibayar atau
dibebaskan.
d. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
e. Tidak bertentangan dengan syariah (diharamkan)

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 41


Hiwalah
Pengertian
 Akad perpindahan piutang nasabah (muhil) kepada bank (muhal ‘alaih) dari
nasabah lain (muhal)
 Muhil minta muhal ‘alaih untuk membayar terlebih dahulu piutang yang
timbul dari jual beli
 Pada saat piutang jatuh tempo => muhal akan membayar ke muhal ‘alaih
 Muhal ‘alaih memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan
Rukun
 Pihak yang memindahkan piutang (Muhil)
 Pihak yang berhutang (Muhal)
 Pihak yang menerima pindahan piutang (Muhal ‘Alaih)
 Piutang (Muhal Bih)
 Ijab Qobul (Sighat)
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 42
Ketentuan Hawalah
(Fatwa DSN No. 12/DSN-MUI/IV/2000)

1. Rukun hawalah adalah muhil yakni orang yang berhutang dan sekaligus
berpiutang, muhal atau muthai yakni orang yang berpiutang kepada muhil,
muhal alaih yakni orang yang berhutang kepada muhil dan wajib membayar
hutang kepada muhtal, muhal bih yakni hutang muhil kepada muhtal, dan
sighat (ijab qabul).
2. Pernyataan ijab qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad)
3. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern
4. Hawalah dilakukan harus dengan persetujuan muhil, muhal/muhtal, dan
muhal alaih.
5. Kedudukan dan kewajiban para pihak harus dinyatakan dalam akad secara
tegas.
6. Jika transaksi hawalah telah dilakukan, pihak-pihak yang terlibat hanyalah
muhtal dan muhal alaih; dan hak penagihan mulai berpindah kepada muhal
alaih.
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 43
Jenis Hawalah
 Hawalah Muqayyadah (pemindahan
bersyarat), yaitu pemindahan sebagai
ganti dari pembayaran utang pihak
pertama kepada pihak kedua.

 Hawalah Mutlaqah (pemindahan


mutlak), yaitu pemindahan utang yang
tidak ditegaskan sebagai ganti dari
pembayaran utang pihak pertama
kepada pihak kedua. (Menurut Mazhab Maliki, Syafi`i,
dan Hanbali Hawalah Al Mutlaqah bisa terjadi garar (penipuan)
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 44
Rahn
Pengertian
 Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah
(rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian
atau seluruh hutang
Rukun
 Yang menggadaikan (Raahin)
 Penerima gadai (Murtahin)
 Harta yang digadaikan (Marhun)
 Hutang (Marhun bih)
 Ijab Qabul (Sighat)

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 45


Ketentuan RAHN
(Fatwa DSN No. : 25/DSN-MUI/III/2002

(1) Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun


(barang) sampai semua hutang Rahin (yg menyerahkan barang)
dilunasi
(2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya,
Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin,
dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu
sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya
(3) Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin,
sedangkan biaya pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban Rahin
(4) Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 46


Ketentuan RAHN
(Fatwa DSN No. : 25/DSN-MUI/III/2002

(5) Penjualan Marhun :


(a) Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan
Rahin untuk segera melunasi hutangnya
(b) Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya,
maka Marhun dijual / dieksekusi melalui lelang sesuai
syariah
(c) Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasii
hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpaan yang
belum dibayar serta biaya penjualan.
(d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban Rahin.
4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 47
Ketentuan RAHN EMAS
(Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002)

1. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn (lihat


Fatwa DSN nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn)
2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang gadai (marhun)
ditanggung oleh penggadai (rahin)
3. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan
pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan
4. Biaya penyimpanan barang gadai dilakukan berdasarkan
akad Ijarah.

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 48


Hadist tentang Rahn
 Hadist Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra : Sesungguhnya
Rasulullah pernah membeli makanan dari seorang Yahudi, lalu beliau
menggadaikan (sebagai jaminan) baju besi beliau”
 Dari Anas ra, Rasulullah pernah menggadaikan baju besinya pada seorang
Yahudi di Madinah dan beliau mengambil tepung gandum darinya untuk
keluarga beliau (HR Ahmad, Bukhari dan Ibnu Majah)
 Dari Abu Hurairah ra, Nabi Saw bersabda : boleh menunggangi binatang
gadaian yang ia beri makan, begitu juga boleh meminum susu binatang
gadaian jika ia memberi makan. Kewajiban yang menunggangi,
mengambil (minum) susu adalah memberi makan (HR. jamah kecuali Muslim
dan Nasai, Nailul Author 5/234)

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 49


Hadist tentang Rahn
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW, bersabda : janganlah
(pemegang gadaian) menutup hak gadaian dari pemiliknya
yang menggadaikan. Ia berhak memperoleh bagiannya dan
berkewajiban membayar gharamahnya” (HR Syafai, Daruquthni)

 Yang dimaksud menutup hak gadaian adalah penguasaan (hak) atas barang
gadai oleh murtahin (penyitaan barang gadai) => rahin tidak bisa
mengembalikan utangnya sampai batas waktu yang disyaratkan

4/1/2019 MUAMALAT INSTITUTE 50

Vous aimerez peut-être aussi