Vous êtes sur la page 1sur 75

JEJAS, KEMATIAN SEL, ADAPTASI

DAN AKUMULASI INTRASEL

Tri Nugraheni, dr, SpPA


Learning Objectives
• Cellular adaptation to stress
• Hypertrophy
• Hyperplasia
• Atrophy
• Metaplasia
• Cell Injury and cell death
• Causes of cell injury
• Morphology of cell and tissue injury &
death
• Mechanisms of cell injury and death
• Necrosis and Apoptosis
• Intracellular accumulation
Introduction to Pathology

 Patologi: Pathos (penyakit) dan Logos (ilmu).


 Arti lebih spesifik, patologi merupakan disiplin ilmu
yang menjembatani ilmu kedokteran dasar dan
klinis, mempelajari perubahan struktur dan
fungsional sel, jaringan, dan organ, yang mendasari
suatu penyakit.
 Patologi:
 General Pathology: mempelajari reaksi dasar yang terjadi
pada sel dan jaringan terhadap stimulus abnormal yang
mendasari penyakit.
 Special / systemic Pathology: mempelajari respons spesifik
jaringan atau organ tertentu terhadap stimulus.
 Empat aspek penyakit yang dipelajari dalam patologi:
 etiologi
 pathogenesis
 perubahan morfologi
 manifestasi klinis
 Etiologi: penyebab, dibagi 2:
 Intrinsik atau genetik
 didapat (acquired)
 Pathogenesis: urutan terjadinya respons sel atau jaringan
terhadap suatu agent penyebab, mulai dari stimulus awal
sampai timbulnya suatu penyakit.
 Perubahan Morfologi: perubahan struktural pada sel atau
jaringan, yang merupakan karakteristik suatu penyakit.
 Manifestasi Klinis: perubahan morfologi yang terjadi pada
berbagai jaringan / organ mempengaruhi fungsi dan
menentukan gambaran klinis, perjalanan penyakit, dan
prognosis suatu penyakit.
Rudolf Virchow
(the father of modern pathology)

all forms of organ injury start with


molecular or structural alterations in cells.
Overview: Cellular Responses to
Stress & Noxious Stimuli

 Sel normal selalu dalam keadaan homeostasis.


 Stress fisiologis dan stimulus patologik tertentu akan
menyebabkan adaptasi sel secara fisiologik dan
morfologik, sehingga akan tercapai suatu keadaan
baru yang dapat mempertahankan viabilitas dan
fungsi sel.
 Bila batas repons adaptif terhadap stimulus terlampaui,
atau jika sel terpapar stimulus/agent berbahaya 
cell injury.
 Cell injury bersifat reversibel sampai pada titik ttt,
tetapi bila stimulus penyebab tetap ada, sel akan
mencapai suatu titik (“point of no return”), 
mengalami irreversible cell injury dan akhirnya
mengalami kematian (cell death).
Cellular Adaptations of Growth
and Differentiation

 Hyperplasia
 Hypertrophy

 Atrophy

 Metaplasia
Cellular Adaptations to Stress
 Sel memberikan respons terhadap peningkatan
kebutuhan dan stimulus external melalui hiperplasi
atau hipertrofi.
 Respons sel terhadap penurunan supply nutrisi
maupun growth factor menyebabkan atrofi pada sel.
 Sel juga dapat mengalami perubahan dari satu tipe
sel ke tipe sel lain, disebut metaplasi
1.Hiperplasi
 Hiperplasi adalah peningkatan jumlah sel dalam suatu
jaringan / organ, dan biasanya mengakibatkan
peningkatan volume jaringan / organ tersebut.
 Hiperplasia ≠ hipertrofi, tetapi keduanya dapat terjadi
bersamaan & dapat dirangsang oleh stimulus yang sama.
 Hiperplasia terjadi pada sel yang mampu mensintesis
DNA dan melakukan pembelahan (mitosis).
 Hiperplasia:
 Fisiologis
 Patologis
Hiperplasia fisiologis

 Hiperplasia fisiologis dapat dibagi menjadi:


 Hormonal Hyperplasia : Proliferasi epitel
kelenjar mamma pada wanita saat pubertas
dan hamil.
 Compensatory Hyperplasia : Proliferasi sel
hepar setelah partial hepatectomy.
Hiperplasia Patologis

 Kebanyakan disebabkan karena stimulasi hormon atau growth


factor yang berlebihan.
 Contoh:
 Hiperplasia endometrium (↑ estrogen  hiperplasia)
 bila stimulasi terhenti proses berhenti.
 Hiperplasia patologis merupakan “tanah yang subur” bagi
pertumbuhan kanker.
 Pasien dengan hiperplasia endometrium mempunyai resiko
lebih tinggi untuk menderita kanker endometrium.
 Hiperplasia juga penting pada proses penyembuhan
luka
(growth factorproliferasi fibroblast & pembuluh
darah)
 Hiperplasia juga dapat terjadi sebagai akibat infeksi
virus tertentu seperti HPV.
(infeksi HPV  stimulasi growth factor 
hiperplastik epitelium  skin warts)
2 Hipertrofi.
 Definisi: peningkatan ukuran sel karena
meningkatnya sintesis komponen struktural (organel)
sel  mengakibatkan peningkatan ukuran suatu
organ.
 Hipertrofi  no new cells, but larger cells.
 Terjadi pada sel yang tidak dapat membelah (sel
permanen), seperti sel otot lurik dan otot jantung.
 Hipertrofi:
◦ Fisiologis
◦ Patologis
FIGURE 1-3 Physiologic hypertrophy of the uterus during pregnancy. A, Gross
appearance of a normal uterus (right) and a gravid uterus (removed for postpartum
bleeding) (left). B, Small spindle-shaped uterine smooth muscle cells from a normal
uterus, compared with C, large plump cells from the gravid uterus, at the same
magnification.
 Hipertrofi Fisiologis:
 Beban kerja otot meningkat  hipertrofi otot, seperti
pada bodybuilders.
 Hipertrofi & hiperplasia dapat terjadi bersamaan, contoh:
pembesaran uterus selama kehamilan
 Hipertrofi Patologis:
 Hipertrofi otot jantung karena chronic hemodynamic
overload (akibat hipertensi maupun kelainan katup).
 Hipertrofi >>  cardiac failure  degenerative changes:
lisis kontraktil element myofibril & sel myosit mati.
3 Atrofi

 Definisi: mengecilnya (shrinkage) ukuran sel karena


kehilangan substansi (organel) sel.
 Apabila sel yang mengalami atrofi cukup banyak,
maka seluruh jaringan / organ akan mengecil
ukurannya.
 Atrofi:
 Fisiologik:contohnya atrofi ductus thyroglossus
 Patologik: tergantung penyebabnya, dapat bersifat
lokal / general.
FIGURE 1-5 Atrophy. A, Normal brain of a young adult. B, Atrophy of the brain in an 82-
year-old male with atherosclerotic cerebrovascular disease, resulting in reduced blood
supply. Note that loss of brain substance narrows the gyri and widens the sulci. The
meninges have been stripped from the right half of each specimen to reveal the surface of
the brain.
 Penyebab atrofi (  penamaan):
 Penurunan beban kerja (atrophy of disuse)
 Hilangnya persarafan (denervation atrophy)

 Berkurangnya blood supply

 Nutrisi tidak adekuat

 Kurang / tidak ada stimulasi hormon

 Aging (senile atrophy)

 Tekanan (pressure)
 Atrofi --- organel <<
 Atrofi --- autophagic
vacuoles >>
(: gabungan lisosom
dgn organel sel &
cytosol --- vacuole yg
mengandung organel
yg akan dicerna)
 Beberapa cell debris
tidak dapat dicerna --
- recidual body (e.g.
lipofuscin).
4 Metaplasia
 Definisi: perubahan reversible satu jenis sel dewasa
(epitelial maupun mesenkimal) menjadi sel dewasa jenis
lain.
 contoh metaplasia pada epitel:
 Epitel columnar bersilia  bertatah / skuamous pada tractus
respiratorius perokok berat
 Batu pada saluran kelenjar liur, pancreas, atau kandung empedu:
metaplasia epitel columnar  bertatah.
 Barret esophagus: metaplasia sel skuamous  columnar karena
pengaruh reflux asam lambung.
 Metaplastik sel  lebih tahan terhadap lingkungan,
namun merubah fungsi sel sebelumnya.
 Persisten metaplasia  dapat memicu terjadinya
perubahan keganasan pada epitel metaplastik.
 Metaplasia pada connective tissue: pembentukan
tulang rawan, tulang, ataupun jaringan lemak
(mesenchymal tissue) pada jaringan yang normalnya
tidak mengandung elemen ini.
contoh:
 Myositisossificans: pembentukan jaringan tulang dalam
jaringan otot, biasanya terjadi setelah fraktur.
Displasia
 Bukan termasuk adaptasi !
 Dis: salah / sakit, plasia: pertumbuhan
 Merupakan pertumbuhan yang tidak mengikuti aturan
normal, dimana terjadi hilangnya keseragaman sel
secara individual dan juga hilangnya orientasi susunan
sel dalam jaringan.
 Derajat displasia: ringan – sedang – berat.
 Pada fase awal, masih mungkin kembali normal.
 Displasia: sering merupakan pendahulu kanker, contoh:
displasia cervix.
Overview of Cell Injury & Cell Death
 Reversible cell injury
 Apabila stimulus dihentikan  kembali normal
 Ditandai oleh:
Fosforilasi oksidatif ↓
ATP ↓
Cellular swelling
 Irreversible cell injury & cell death
 Continuing damage  irreversible injury
 tanda:
 Perubahan Fungsi (e.g. kehilangan permeabilitas
membran)
 Perubahan struktural
 Irreversible injured cells  morphologic changes  cell
death.
 Bentuk cell death:
 Nekrosis
 Apoptosis
Causes of Cell Injury (etiology)

 Oxygen deprivation
 Hypoxia : oxygen deficiency
 Ischemia : hilangnya blood supply pd jaringan karena
gangguan aliran arteri / berkurangnya drainage vena.
Injury pada ischemic tissue >> hypoxic tissue.
 Inadequate oxygenation (e.c. cardiorespiratory failure)

 Oxygen carryng capacity (e.c. anemia, CO poisoning)


 Chemical agents
 Semua bahan kimia  dapat menjadi penyebab cell
injury.
 Poisons merusak permeabilitas membran sel,
menggangu homeostatic osmotik atau integritas enzim 
cell death.
 Infectious agents
 Physical agents
 Trauma, extreme temperatures, radiasi, tegangan listrik,
tekanan atmosfer.
 Immunologic reactions
 Anaphylactic shock
 Autoimmune diseases

 Genetic defects
 Nutritional imbalance
 Undernutrition: protein-calorie deficiencies, deficiency vit. A
 Overnutrition: lipid intake >>

 Aging
Inflammation Hypoxia
Reperfusion
Radiation

Ischemia
Aging
Chemical
THE MORPHOLOGY OF CELL AND TISSUE INJURY

 Cellular swelling, manifestasi yg pertama terlihat, sulit


dilihat dg mikroskop cahaya.
 Organ : peningkatan turgor, berat
 Microscopic : vacuola kecil, jernih pada sitoplasm
 hydropic change or vacuolar degeneration.
 reversible.
 Fatty change : adanya gambaran vacuola lemak pada
sitoplasma.
Mechanisms of Cell Injury

 Reversible injury – 2 bentuk:


 Cellular swelling (degenerasi keruh)
 Fatty change (degenerasi lemak)

 Cellular swelling
 Manifestasi pertama pada hampir semua injury sel
 Terjadi karena sel tidak mampu mempertahankan homeostasis
cairan & ion
 Organ: lebih pucat, turgor >, weight >.
 Microscopic: vacuole kecil & jernih pada sitoplasma sel 
hydropic change
 Fatty change (degenerasi lemak)
 Terjadi pada hypoxic & toxic / metabolic injury
 Terjadi pembentukan lipid vacuole dalam
sitoplasma
 Terutama terjadi pada sel yang terlibat dalam
metabolisme lemak ( sel hepar, sel myocard)
 Irreversible cell injury (cell death)
◦ Bila reversibel injury berjalan terus, akan melampaui daya sel
untuk bertahan  the point of no return  final stage
◦ Terjadi:
 Kerusakan membran sel
 Kebocoran membran organel  isi keluar, termasuk lisosom,
autolisis
 Inti sel: mengkerut (piknosis), mencair (karyolisis), pecah
berkeping-keping (karyorhexis)

SEL MATI
 Terdapat 2 bentuk cell death:
 Nekrosis

 bentuk kematian sel yang terjadi setelah


abnormal stres (seperti iskemia, trauma kimia, dll)
 Selalu patologik
 Apoptosis

 Kematian sel yang terjadi melalui program bunuh


diri yang terkontrol secara internal, untuk
menghilangkan sel yang tidak diinginkan.
 Bersifat fisiologik dan patologik
 Sel yg mati dalam jaringan/organ akan mengalami
perubahan morfologi  disebut NEKROSIS
 Perubahan pada nekrosis bersifat sementara  akan
direspon tubuh dengan reaksi radang  diikuti
proses penyerapan & penyembuhan.
Nekrosis
 Definisi: rangkaian perubahan morfologi yang terjadi
setelah kematian sel pada jaringan hidup, sebagai
akibat proses degradatif enzimatik, pada sel yang
terjejas lethal.
 Terdapat 2 proses enzimatik yang penting:
 Pencernaan oleh enzim katalitik dari lisosom (sel sendiri:
autolisis, sel radang: heterolisis)
 Denaturasi protein
 Jenis nekrosis:
 Nekrosis koagulatif
 Nekrosis Liquefaktif
 Nekrosis Kaseosa (pengejuan)
 Enzymatic Fat Necrosis
 Necrosis Koagulatif
 Terjadi bila proses denaturasi protein > dominan
 Terjadi akibat ischemia hebat pada semua organ padat
kecuali otak
 Nekrosis Liquefactif
 Terjadi bila proses digesti enzimatik >
 Terjadi pada:
 Infeksibakteri / jamur
 Iskemia Otak
 Hasil akhir: jaringan menjadi cair  pus (nanah).
 Nekrosis Gangrenosa
 Bukan termasuk jenis nekrosis
 Terminologi yang sering digunakan dalam clinical
practise, biasanya pada anggota gerak khususnya
lower leg.
 Akibat gangguan aliran darah  coagulative necrosis
(gangren kering). Jika terjadi infeksi bakteri  juga
terjadi necrosis liquefactive  terjadi nanah  disebut
wet gangrene
 Nekrosis Kaseosa
 Bentuk khusus dari coagulative necrosis, yang
ditemukan terutama pada infeksi tuberculosa.
 Gross: bagian tengah (area nekrotik) lunak
rapuh kekuningan seperti keju
 Microscopik: fokus nekrotik tersusun dari
debris granular yang amorph & tidak
berstruktur, dikelilingi oleh jaringan granulasi
yang spesifik (tuberkel).
 Enzymatic Fat Necrosis
 Bukan suatu bentuk spesific
dari necrosis
 Menunjukkan suatu fokal area
dari destruksi lemak
 Terjadi pada penyakit acute
pancreatitis.
 Terjadi sebagai akibat
kebocoran enzim pancreas
(lipase) ke cavum abdomen 
fat saponification.
Apoptosis
 adalah bentuk khusus kematian sel yang berbeda dengan
nekrosis (= kematian sel terprogram / programmed cell
death).
 Terjadi pada keadaan fisiologis maupun patologis:
 Embryogenesis, al: organogenesis
 involusi organ-organ yang “hormone dependent” pada dewasa,
al: lepasnya endometrium saat mens, atresi folikel ovarium pd
menopause, regresi payudara setelah laktasi
 penghilangan / pembuangan sel pada sel-sel yang proliferasi.
 kematian sel tumor yg sedang tumbuh
 kematian sel imun
 atrofi organ akibat obstruksi ductusnya
 kematian sel akibat cytotoxic T cells
 kematian sel akibat virus tertentu.
 Morfologi:
 Pengerutan sel, volume sel mengecil, sitoplasma
memadat, organel seolah terikat di tempat
 Kondensasi kromatin kromatin menggumpal di bagian
perifer (membrane inti), terjadi fragmentasi nucleus (2
atau lebih)
 Pembentukan “cytoplasmic blebs” & “apoptotic bodies”,
semua bagian ini diliputi oleh membrane sel dan sel
seolah- olah pecah berkeping-keping.
 Fagositosis apoptotic bodies oleh sel-sel di sekitarnya
(yg sehat) baik sel parenkim maupun makrofag.
 Apoptotic bodies tsb langsung dicerna oleh lisosom,
dan sel disekitarnya langsung mengisi tempat
lowong yang tadinya ditempati sel yg mengalami
apoptosis.
 Pada apoptosis tidak terjadi reaksi radang di
tempat tersebut.
Nekrosis Apoptosis
Ukuran sel Membesar Mengkerut
Piknosis, Fragmentasi
Karyorrhexis 
karyolysis

Membran Pecah/robek Utuh/ intact


Radang/inflamasi sering Tidak ada
Isi sel Hancur: digesti Intact apoptotic
enzimatik, dpt bodies
keluar dari sel

Patologik Sering Fisiologik


Intracellular Accumulations
 Salah satu bentuk manifestasi gangguan metabolik
dalam sel adalah akumulasi intrasel berbagai
bahan abnormal.  3 kategori:
 >> Konstituen sel normal.
 Abnormal substances (exogen / endogen)

 pigment
 Mekanisme:
 Abnormal metabolism
(e.g. fatty change in liver)
 Mutasi --- perubahan protein
folding & transport (def.
alpha-1 antitripsin)
 Deficiensi enzim
(lysosomal storage disease)
 Ingestion of indigestable
material (e.g. carbon)
1 Fatty Change (Steatosis)
 Fatty change: akumulasi abnormal trigliserida dalam sel
parenkim.
 Terjadi terutama pada liver, dapat juga terjadi pada
jantung, otot skelet, ginjal, dll.
 Penyebab:
 Toxins
 Defisiensi protein (pada malnutrisi)
 Diabetes melitus
 Obesitas
 Anoxia.
 Alcohol abuse: penyebab tersering fatty liver di negara maju.
2 Cholesterol & cholesterol esters
 Atherosclerosis
 Lipid vacuole (cholesterol/cholesterol esters) terdapat
pada sel otot polos & makrofag dalam lapisan intima
pembuluh darah.
 Fat-laden macrophages --- rupture --- extracellular
cholesterol esters --- kristalisasi, bentuk seperti jarium
panjang
3 Protein
 Penimbunan protein dapat dijumpai dalam sel
karena:
 kelebihan yang ada pada sel
 Sintesis protein >>

 Contoh: Renal disease  kebocoran protein pada


glomerulus  absorpsi pada proximal tubulus
4 Glikogen
 Glikogen merupakan sumber energi siap pakai
(readly available energy source) yang terdapat
dalam sitoplasma.
 Endapan glikogen berlebihan pada intrasel terjadi
pada penyakit kelainan metabolisme glukosa.
Contoh: Diabetes Melitus (DM).
 Pada DM : glikogen ditemukan pada sel epitel
tubulus proximal ginjal, liver, & otot jantung.
5 Pigmen
 Pigmen: zat yang berwarna, yang dapat
merupakan kandungan normal dalam sel, dan
dapat juga merupakan kandungan abnormal
dalam sel yang terkumpul dalam kondisi tertentu.
 Pigmen Exogen:
◦ Carbon --- anthracosis
◦ Coal miner --- pneumoconiosis
◦ Tatto
 Pigmen Endogen:
 Lipofuscin:
 disebut juga lipochrome / aging pigment.
 insoluble pigment, berasal dari peroksidasi lipid.
 Berwarna kuning kecoklatan, bergranular halus dalam
sitoplasma / perinuclear.
 Hemosiderin
 Berasal dari hemoglobin, mengandung besi.
 Berwarna kuning keemasan sampai kecoklatan, bergranular.
 Terjadi pada: lokal (hemorrhage), systemic overload of iron
(anemia hemolitik, transfusi,
diet Fe >>)
 Pigmen endogen:
 Melanin:
 pigmen berwarna coklat kehitaman
 terbentuk karena enzim tyrosinase mengkatalisa oksisdasi
tyrosine menjadi dihidroxyphenilalanine, dalam melanosit.
 Bilirubin:
 pigmen normal pada empedu
 Berasal dari hemoglobin, tidak mengandung besi.
 Bilirubin >> --- jaundice
6.Kalsifikasi Patologik

 Adalah timbunan abnormal garam calcium (bersama


sedikit Fe, Mg, dll)
 Ada 2 macam:
 Kalsifikasi distrofik
 Timbunan Ca pada jaringan yang mati / hampir mati.
 Terjadi walau Ca serum normal
 Contoh: atheroma pada atherosclerosis
 Kalsifikasi Metastatik
 Terjadi pada jaringan normal pada keadaan hipercalcemia
 Sering ditemukan pada jaringan interstitial pembuluh darah,
ginjal, jantung.
Radikal Bebas (Free Radical)

 definisi: bahan kimia yang electron di orbit


terluarnya tidak berpasangan (single unpaired) 
tidak stabil & amat reaktif  bereaksi dengan
molekul kimia organik / inorganik (membran sel /
asam nukleat)  memicu reaksi autokatalitik.
 Free radicals terutama spesies oksigen:
◦ Superoxide radical (O2-)
◦ Hydrogen peroxide (H2O2)
◦ Hydroxyl ions (OH-)
 Pembentukan free radicals, terjadi pada:
Jejas bahan kimia
Jajas radiasi
Keracunan oksigen / gas lain
Cara makrofag membunuh kuman
Kerusakan akibat radang
Penghancuran sel tumor oleh makrofag
dll
 Jalur radikal bebas merusak sel, melalui:
- Lipid peroksidase dari membrane sel
maupun membrane organel.
- Modifikasi oksidatif dari protein
menyebabkan degradasi beberapa enzim
penting, yang berakibat kerusakan sel.
- Kerusakan DNA
 Upaya mengatasi radikal bebas:
 Dapat menghilang spontan – berubah menjadi molekul
kimia lain (superoxide: oxygen & H2O2)
 Antioksidan  block free radical formation /
menangkap free radical (vit.E, A, C, glutathione pada
cytosol, ikatan sulfhidril, protein serum: albumin,
ceruloplasmin, transferrin)
 Enzim  free-radical scavenger: catalase, superoxide
dismutase, glutathione peroxidase.
TERIMAKASIH
SELAMAT BELAJAR
SEMOGA SUKSES

Vous aimerez peut-être aussi