Vous êtes sur la page 1sur 11

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN
Disusun Oleh:
Alma Risa Fitriana 11161003
Avendea Esa C 11161005
Ema Eriana 11161014
Shofi Alfiyyah 11161037
LANDASAN TEORI

 LANSIA
Menurut (WHO) kategori lanjut usia berkisar antara 60-74 tahun.
Di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
 PROSES MENUA
Penuaan merupakan suatu keadaan normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang terjadi pada waktu tertentu atau ketika setiap orang
mencapai usia tahap perkembangan tertentu (Miller, 2006).
Teori-teori yang menjelaskan tentang penuaan terbagi menjadi 2 yaitu dari teori
biologis dan teori psikososial. Teori biologis berfokus kepada proses penuaan,
sedangkan teori psikososial berfokus kepada kepribadian dan perilaku (Miller,
2006).
SISTEM INTEGUMEN

Sistem Integumen dibentuk oleh kulit


dan struktur derivatif. Kulit
mempunyai sebanyak tiga lapisan
utama yaitu: Epidermis, Dermis dan
Jaringan Subkutan (Kanitaksis, 2002).
BAGIAN-BAGIAN KULIT
 DERMIS

 EPIDERMIS Komponen utama dermis yaitu kolagen (James


et al., 2016). Menurut Sloane (2004) adanya
Epidermis terbentuk oleh epitel skuamosa bertingkat
membran dasar atau lamina menyebabkan
yang memiliki dua jenis komposisi utama sel yaitu lapisan dermis terpisah oleh epidermis.
keratinosit dan sel dendritik (Murphy, 2007). Komposisi Membran ini tersusun atas dua lapisan jaringan
lainnya yaitu melanosit, sel langerhans dan sel merkel. ikat, diantaranya adalah lapisan papilar dan
Umumnya epidermis dibagi menjadi empat lapisan reticular.

berdasarkan morfologi keratinosit dan letaknya, yaitu  JARINGAN SUBKUTAN

stratum basal (stratum germinativum), lapisan sel Lapisan ini mengikat longgar organ-organ yang
skuamosa (stratum spinosum), lapisan sel glanular terdapat dibawahnya. Lapisan ini memiliki
(stratum granulosum) dan lapisan sel paling luar jumlah sel lemak yang beragam jenis karena
(stratum corneum) (James, 2016). tergantung pada bagian tubuh, nutrisi
seseorang, saraf dan pembuluh darah yang
dimiliki (Sloane, 2004).
FUNGSI SISTEM INTEGUMEN
Menurut Sloane (2004)
Fungsi Perlindungan
Dalam hal ini kulit melindungi tubuh dari mikroorganisme, penarikan atau kehilangan cairan
dan zat iritan kimia maupun mekanik. Pada kulit terdapat pigmen melanin yang berperan
sebagai perlindungan terhadap sinar ultraviolet matahari.

Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh


Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolik dan pergerakan otot dalam hal ini yang berperan adalah
pembuluh darah dan kelenjar keringat. Lemak yang terdapat dalam jaringan subkutan berfungsi mencegah
pengantaran panas yang berarti lemak menjaga suhu tubuh dari kehilangan panas yang berlebihan.

Fungsi Ekskresi

Sebagai fungsi ekskresi kulit mengeluarkan zat berlemak, air dan ion- ion seperti natrium.
FUNGSI SISTEM INTEGUMEN

Fungsi Metabolisme

Dalam fungsi metabolisme kulit bertugas menghasilkan vitamin D


yang dibantu oleh sinar matahari.

Fungsi Komunikasi
Dalam hal ini bagian yang berperan reseptor khusus yang ada pada kulit
sehingga dapat mendeteksi adanya sensasi yang berkaitan dengan suhu,
sentuhan, tekanan dan nyeri.
PERUBAHAN SISTEM INTEGUMEN PADA LANSIA

 Menurut Reichel (2009), penuaan pada kulit dikategorikan menjadi dua, yaitu
penuaan intrinsik dan penuaan ekstrinsik. Penuaan intrinsik adalah perubahan
kulit yang terjadi akibat proses penuaan secara kronologis atau normal,
sedangkan penuaan ekstrinsik merupakan perubahan kulit yang disebabkan
oleh faktor-faktor lain, seperti gaya hidup, diet, radikal bebas, paparan sinar UV,
dan kebiasaan lainnya.
PERUBAHAN KULIT PADA LANSIA AKIBAT PENUAAN (STANLEY, 2006)

LAPISAN KULIT PERUBAHAN AKIBAT PENUAAN DAMPAK


Epidermis Waktu penggantian sel meningkat Waktu penyembuhan luka lambat
Penurunan melanosit Perlindungan dari sinar ultraviolet
berkurang
Penurunan sel langerhans Respons terhadap pemeriksaan kulit
berkurang
Pendataran rete ridges Kulit mudah terpisah dan mengalami
kerusakan
Kerusakan nukleus keratinosit Kecenderungan kearah pertumbuhan
abnormal seperti keratosis seboroik
dan lesi kulit papilomatosa
Dermis Penurunan elastisitas Kurang melentur di bawah tekanan
Kurangnya kolagen Menurunnya turgor kulit
Berkurangnya vaskularitas Pucat dan kehilangan termoregulasi
Penurunan unsur-unsur sel: Melemahnya respon imun
makrofag, fibroblas, sel batang
Jaringan subkutan Resorpsi lemak tubuh Peningkatan resiko hipertemia
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KULIT PADA LANSIA

 Faktor instrinsik

Faktor instrinsik pada lansia dapat disebabkan karena adanya perubahan pada
fungsi dan struktur sistem integumen. Hal ini terjadi karena adanya penurunan
melanin pada lapisan epidermis, sehingga terjadi penurunan respons perlindungan
kulit terhadap sinar matahari. Oleh karena itu, lansia berisiko tinggi untuk mengalami
kerusakan kulit akibat terpajan sinar matahari yang berlebihan.

 Faktor ekstrinsik

Faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi perubahan kulit pada lansia adalah
lingkungan seperti terpapar matahari dan polusi, gaya hidup dan kebersihan diri
(Farage et al, 2010 dalam Voegeli, 2012).
MASALAH KULIT PADA LANSIA
 Masalah kulit pada kaki yang umum terjadi 2. Xerosis pada lansia merupakan hasil penurunan lemak

pada lansia diantaranya xerosis, pruritus, permukaan kulit selama periode waktu. Seiring pertambahan

infeksi jamur (Voegeli, 2012). usia, lapisan luar kulit menjadi rapuh dan kering akibat
berkurangnya jumlah pelembab alami kulit. Sumber utama
hidrasi bagi kulit adalah pelembab yang dihasilkan dari difusi
1. Tinea pedis merupakan infeksi jamur yang vaskular di bawah jaringan. Xerosis pada lansia lebih sering

disebabkan oleh T.rubrum. Penyakit ini terjadi di bagian bawah kaki (Smith & Hsieh, 2000).

biasanya terjadi antara jari-jari kaki, dan 3. Pruritus adalah masalah umum yang sering terjadi pada lansia.
biasanya pasien akan mengeluh ruam Pruritus dapat diartikan sebagai sensasi rasa yang tidak
gatal dan kulit menjadi bersisik. (Thomas, nyaman pada area kulit yang menimbulkan keinginan untuk
2014). menggaruk (Norman, 2008). Pada lansia, pruritus sering
dihubungkan dengan kulit kering yang merupakan hasil
penurunan permukaan lemak pada kulit, keringat, sebum dan
perfusi kulit (Cohen, Frank, Salbu, & Israel, 2012).

Vous aimerez peut-être aussi