Vous êtes sur la page 1sur 22

RESPONSI UMUM

SEORANG PASIEN DENGAN ASMA BRONKIAL


PENDAHULUAN

 Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia.
 Asma dapat bersifat ringan-berat. Asma dapat berisiko menurunkan kualitas hidup
penderitanya.
PENDAHULUAN

 WHO tahun 2000 menyebutkan bahwa lima penyakit paru utama merupakan 17,4%
dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2% Penyakit
Paru Obstruksi Kronis (PPOK), 4,8% tuberkulosis, 3% kanker paru, dan 0,3% asma.
 WHO tahun 2002 dan data dari Global database on the Implementation of Nutrition
Action (GINA) tahun 2011, diseluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang
menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma mencapat 400 juta.
LAPORAN KASUS

 Laki-laki, 66 tahun, pensiunan, alamat Kleak


 Keluhan utama: sesak napas
 Keluhan penyerta:
- Batuk berlendir warna putih
- Alergi makanan
LAPORAN KASUS

 Riwayat penyakit dahulu:


Hipertensi
 Riwayat pengobatan
Valsartan 80 mg
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Fisik
Saat masuk rumah sakit didapatkan:
KU: sedang Kes: compos mentis
TD: 130/70 N: 109/m R: 24x/m Sb: 36.5°C BB: 72kg TB: 169cm
Kepala:
CA (-/-), SI (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya normal. Faring tidak hiperemis. Pada leher tekanan vena
jugularis 5+0cmH2O, trakea letak tengah, pembesaran KGB (-)
Thorax:
Cor: Iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri pada ICS V linea para anterior aksilaris
sinistra, batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal dextra. BJ I-II reguler.
LAPORAN KASUS

Pulmo: simetris, stem fremitus kiri dan kanan sama. Perkusi sonor kiri dan kanan. Suara pernapasan
bronkial. Rh -/-, Wh +/+

Abdomen: cembung, lemas, BU(+)N, NTE (-), NTS (-), H/L tidak teraba
Ekstremitas: akral hangat, edema tungkai (-)
LAPORAN KASUS

PEMERIKSAAN LABORATORIUM: MCH 29.1pg,


MCHC 30.8g/dL
Leukosit: 8.2/Ul
MCV 94.4 fL
Eritrosit 5.09x10˄6/uL
Ur 41mg/dL
Hb 14.8g/dL
Cr 1.1 mg/dL
Ht 48%
GDS 101 mg/Dl.
Trombosit 307x10˄3/uL
IgE total 154.3 IU/mL
Foto Thorax tidak didapatkan kelainan
LAPORAN KASUS

 Diagnosis:
Asma bronkial
 Terapi Awal:
- O2 3lpm
- Nebulizer salbutamol (ventolin) + pulmicort tiap 8 jam
- Inj dexamethasone 2x1 amp
- N Asetil Sistein tab 3x1
PEMBAHASAN

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Hal tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan sering kali bersifat reversible dengan atau
tanpa pengobatan.
PEMBAHASAN

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host) dan faktor
lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi
untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hiperaktivitas bronkus.
Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan asma untuk
berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan
gejala-gejala asma menetap.
PEMBAHASAN
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat kontrol
Karakteristik Terkontrol penuh Terkontrol Belum
(semua yang dibawah ini) sebagian terkontrol
(ada yang dibawah
ini)
Gejala harian Tidak ada (≤2x/minggu) >2x/minggu Tiga atau lebih dari
Pembatasan Tidak ada Ada keadaan-keadaan
aktivitas pada asma
Gejala Tidak ada Ada terkontrol sebagian
malam/terbagun
saat malam hari
Penggunaan obat Tidak ada (≤2x/minggu) >2x/minggu
penghilang sesak
Fungsi paru (APE Normal <80% prediksi atau
atau VEP1) nilai terbaik pribadi
(jika diketahui)
Teori Kasus

Pasien mengeluhkan sesak napas yang


Anamnesis pada penderita asma dirasakan sejak kurang lebih 6 bulan dan
ditemukan episode berulang sesak memberat sejak 2 hari. Sesak napas timbul
napas, mengi, batuk, dan rasa berat di terutama saat cuaca dingin dan saat pasien
dada terutama saat malam dan dini terkena debu. Sesak napas juga lebih
dominan timbul saat malam hari. Gejala
hari. Riwayat munculnya gejala sesak napas yang dikeluhkan oleh pasien
setelah terpapar alergen atau terkena sangat khas dengan gejala sesak napas pada
udara dingin atau setelah olahraga. asma yaitu timbul apabila terpapar alergen
Gejala membaik dengan obat asma. yang dalam hal ini adalah debu dan
perubahan cuaca, sesak juga timbul terutama
pada malam hari. Sesak napas yang dialami
pasien tidak dipengaruhi oleh aktivitas.
Teori Kasus

Pemeriksaan fisik pada penderita Pemeriksaan fisik pada pasien


asma biasanya normal. ditemukan tekanan darah 130/70
Abnormalitas yang paling sering mmHg, nadi 109x/menit reguler, isi
ditemukan adalah mengi ekspirasi cukup, kuat angkat, frekuensi
saat pemeriksaan auskultasi, tetapi pernapasan 24x/menit, suhu badan
biasanya hanya terdengar saat aksiler 36,5oC, saturasi oksigen
ekspirasi paksa. (SpO2) 97% dengan nasal kanul
3Lpm. Pada auskultasi ditemukan
mengi saat ekspirasi.
Teori Kasus

Pemeriksaan penunjang yang dapat Pada pasien belum sempat dilakukan


dilakukan uji bronkodilator. Spirometri pemeriksaan uji bronkodilator.
dilakukan dengan mengukur VEP1 (volume
ekspirasi paksa dalam 1 detik) dan KVP
(kapasitas vital paksa) serta pengukuran APE
(arus puncak ekspirasi) adalah pemeriksaan
yang penting. Spirometri, peningkatan VEP 1
≥ 12% dan 200cc setelah pemerian
bronkodilator menandakan reversibilitas
penyempitan jalan napas yang sesuai dengan
asma. Sebagian besar pasien asma tidak
menunjukkan reversibilitas pada tiap
pemeriksaan sehingga dianjurkan untuk
dilakukan pemeriksaan ulang.
Teori Kasus

Pemeriksaan IgE serum: IgE serum Pemeriksaan IgE total telah dilakukan
total dan IgE spesifik terhadap alergen pada pasien ini dan menunjukkan hasil
hirup (radioallergosorbent test yang meningkat dari nilai normal yaitu
(RAST)) dapat dilakukan pada 154.3 IU/mL menyatakan bahwa
beberapa pasien. Pemeriksaan IgE pasien cenderung memiliki penyakit
total menyokong adanya penyakit alergi. Pada pemeriksaan foto thoraks
alergi tetapi sayangnya hanya tidak didapatkan kelainan.
didapatkan pada 60-80% pasien. Foto
thoraks dan uji tusuk kulit dapat
membantu walaupun tidak
menegakkan diagnosis asma
Teori

Pilihan farmakologis untuk pengobatan asma jangka panjang dibagi dalam dua kategori besar, yaitu:
Obat Pereda (reliever): diberikan kepada semua pasien dengan serangan yang berat termasuk
gejala perburukan.
Contoh: Golongan Agonis Beta-2 kerja pendek (Salbutamol, Terbutalin, Orsiprenalin, Heksorenalin,
Prokaterol, Fenoterol), golongan Antikolinergik (Ipratropium Bromide), golongan Metilsantin
(Teofilin,Aminofilin), golongan Agonis Beta-2 kerja panjang (Formoterol) dan Kortikosteroid.

Obat Pengendali (controller): digunakan untuk perawatan rutin sehari-hari. Berfungsi untuk
mengurangi peradangan saluran napas, mengontrol gejala, dan mengurangi risiko terjadinya
perburukan dan penurunan fungsi paru-paru.
Contoh: Golongan Anti Inflamasi Non-Steroid (Kromoglikat, Nedokromil), golongan Anti Inflamasi
Steroid (Budesonid, Flutikason, Beklometason), golongan Beta Agonis kerja panjang (Prokaterol,
Bambuterol, Salmeterol, Klenbuterol), golongan obat lepas lambat/lepas terkendali (Terbutalin,
Salbutamol, Teofilin), golongan Antileukotrin (Zafirlukas montelukas), golongan kombinasi steroid +
LABA (Budesonid + Form oterol, Flukason + salmeterol).
Teori Kasus
Agonis beta2 merupakan obat-obat terpilih Pada kasus pasien di tatalaksana
untuk mengatasi serangan asma akut. Dapat menggunakan kombinasi Beta2 Agonis kerja
diberikan secara inhalasi melalui MDI singkat (Salbutamol) + Anti Inflamasi Steroid
(Metered Dosed Inhaler) atau nebulizer. (Pulmicort) secara nebulisasi dan injeksi
Agonis beta2 bekerja merelaksasi otot dexamethasone.
polos saluran napas, meningkatkan bersihan
mukosilier, menurunkan permeabilitas
pembuluh darah dan modulasi pelepasan
mediator dari sel mast. Kombinasi dengan
golongan anti inflamasi steroid memberikan
efek anti-inflamasi sehingga melebarkan
saluran napas.

Vous aimerez peut-être aussi