Vous êtes sur la page 1sur 54

DIFTERI, TONSILITIS,

PNEUMONIA PADA
ANAK
KEPERAWATAN ANAK
Dipersembahkan oleh
KELOMPOK 4
Anni Pangestuti
Bahri Subandi
Elsya Aprilia Indah
Laura Intan Mercy F S
1. DIFTERI
◦ A. Definisi
◦ Difteri adalah penyakit akut yang mengancam nyawa yang disebabkan
Corynebacterium diphtheriae.

◦ B. Etiologi
◦ Corynebacterium diphtheria merupakan bakteri batang gram positif tidak membentuk spora.
Penyebab Corynebacterium diphtheriae, dikenal dua macam Corynebacterium diphtheriae,
yaitu: Toxigenic Corynebacterium diphtheria dan Non-tixigenic Corynebacterium diphtheria.
Selain itu penyebab difteri ialah Toxigenic Corynebacterium diphtheria
c. Patofisiologi
Corynebacterium diphtheriae melakukan invasiveberkembang lokal pada membrana
mukosa atau pada jaringan yang rusak dan menghasilkan eksotoksin yang paten, yang
tersebar keseluruh tubuh melalui aliran darah dan sistem limpatik

Lalu, bakteri berkembang biak, toksin merusak jaringan lokal timbulnya kematian dan
kerusakan jaringan, lekosit masuk ke daerah tersebut bersamaan dengan penumpukan
fibrin dan elemen darah yang lain, disertai dengan jaringan yang rusak membentuk
membrane akibatnya oedem dan pembengkakan pada daerah sekitar membran
sehingga terjadi penyumbatan jalan nafas pada tracheo-bronchial atau laryngeal difteri.

Warna dari membran difteri dapat bervariasi, mulai dari putih, kuning, atau abu-abu, dan ini
sering meragukan dengan "simple tonsillar exudate".
P
a
t
d h
w
a
y
e. Tanda dan
Gejala

Setalah kuman terinfeksi kedalam tubuh, akan


menimbulkan gejala-gejala biasanya setalah 2-4
hari baru akan timbul gejala seperti:

•Demam suhu lebih kurang 38 derajat


•Leher membengkak seperti leher sapi
•Ada selaput putih keabu-abuan pada tenggorokan
•Nyeri / sakit waktu menelan
•Sesak nafas disertai bunyi stridor
f. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan umum

Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali
berturut-turut, pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu.
Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu,

Pemberian cairan serta diet yang adekuat,

Memberikan makanan lunak dan mudah dicerna, cukup mengandung protein dan kalori.

Penderita diawasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi antaralain dengan


pemeriksaan EKG pada hari 0, 3, 7 dan setiap minggu selama 5 minggu.
Khusus pada difteri laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban udara
dengan menggunakan nebulizer. (Sing A, 2005)
◦ Pengobatan Khusus
1. Antitoksin : Anti Difteri Serum (ADS): Antitoksin harus diberikan segera setelah diagnosis
difteri.

2. Antibiotik diberikan untuk membunuh bakteri, menghentikan produksi toksin dan mencegah
penularan organisme pada kontak. Yang dianjurkan hanya penisilin atau eritromisin.
Eritromisin sedikit lebih unggul daripada penisilin untuk terapi difteri nasofaring. Terapi
diberikan selama 14 hari.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN
DIFTERI
1. PENGKAJIAN o Pola fungsi kesehatan
o Pola nutrisi dan metabolisme
o Pola aktivitas
A. Biodata o Pola istirahat dan tidur
•Umur o Pola eliminasi
o Riwayat prenatal dan neonatal
•Suku bangsa o Hamil
•Tempat tinggal o Persalinan
o Neonatal
•Keluhan utama
o Riwayat imunisasi anak dan kesehatan
•Sesak napas disertai dengan nyeri keluarga
menelan.
•Riwayat kesehatan sekarang
•Riwayat kesehatan dahulu
•Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
◦ B1 : Breating
◦ Adanya pembengkakan kelenjer limfe (Bull’s
neck), timbul peradangan pada laring/trakea,
suara serak, stridor, sesak napas. B4 : Bladder
◦ B2 : Blood Tidak ada kelainan.
◦ Adanya degenerasi fatty infiltrate dan nekrosis
pada jantung menimbulkan miokarditis dengan
B5 : Bowel
tanda irama derap, bunyi jantung melemah Nyeri tenggorokan, sakit saat
atau meredup, kadang-kadang ditemukan
tanda-tanda payah jantung. menelan, anoreksia, tampak
◦ B3 : Brain kurus, BB cenderung menurun,
◦ Gangguan system motorik menyebabkan
paralise. pucat.
B6 : Bone
Bedrest.
◦ 1. Inspeksi : o Leher : tampak pembesaran kelenjar tyorid,
◦ Kepala : simetris/tidak, tampak benjolan kelenjar lymfe maupun pembesaran vena
abnormal/tidak, ada lesi/tidak, kulit kepala jugolaris/tidak.
bersih o Dada : simetris/tidak, tampak benjolan yang
◦ Rambut : hitam/tidak, ada ketombe/tidak, abnormal/tidak, nafas teratur/tidak.
rontok/tidak o Perut : tampak buncit/tidak, adanya
benjolan/tidak.
◦ Wajah : pucat/tidak o Genetalia : untuk mengetahui kelengkapan dan
◦ Mata : ada lesi/tidak, conjungtiva keadaannya.
pucat/tidak, scelera kuning/tidak, tampak o Integumen: bersih/tidak, tampak pucat/tidak,
cowong kering/lembab.
◦ Hidung : simetris/tidak, tampak bersih/tidak, o Ekstremitas :
ada secret/tidak, ada pernafasan cuping o Atas : simetris/tidak, pergerakan
hidung/tidak. bebas/tidak.
◦ Mulut : mukosa bibir terlihat lembab/tidak, o Bawah : simetris/tidak, pergerakkan
bersih/tidakk, tampak ada stomatitis/tidak. bebas/tidak
o 2. Palpasi :
o Kepala : teraba benjolan abnormal/tidak
o Leher : teraba pembesaran kelenjar tyorid, kelenjar lymfe maupun
pembesaran vena jugolaris/tidak.
o Dada : simetris/tidak, tampak benjolan yang abnormal/tidak, nafas
teratur/tidak.
o Perut : teraba benjolan yang abnormal/tidak..
o Integumen : kering/lembab, turgor jelek/tidak
o 3. Auskultasi :
o Dada : terdengar ronchi dan wheezing/tidak
o Abdomen : terdengar bising usus/tidak
o 4. Perkusi :
o Reflek patella kanan/kiri positif/tidak
o Perut : ada kembung/tidak
3. Diagnosa Keperawatan

Dari beberapa data yang di dapatkan


pada pasien difteri, maka diagnosa yang
dapat muncul yaitu :
• Pola nafas napas tidak efektif b/d peningkatan pernafasan
• Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia.
• Nyeri akut b/d proses inflamasi.
4. INTERVENSI
◦ Diagnosa
Pola nafas napas tidak efektif b/d peningkatan pernafasan
Noc
◦ Tujuan : Pola nafas pasien kembali normal.
◦ Kriteria hasil :
◦ Frekuensi pernafasan dlm rentang normal
◦ Irama nafas sesuai dengan yang diharapkan.
◦ Pengeluaran sputum pada jalan nafas
◦ Tidak ada suara nafas tambahan
◦ Bernafas mudah
◦ Tidak ada dyspnea
◦ intervensi

◦ Observasi tanda-tanda vital.


◦ Posisikan pasien semi fowler.
◦ Anjurkan pasien agar tidak terlalu banyak bergerak.
◦ Ajarkan pasien untuk melakukan batuk efektif
◦ Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Oxygen
◦ Diagnosa
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia.

noc
◦ Tujuan : Nutrisi klien dapat terpenuhi.
◦ Kriteria hasil :
◦ Klien dapat mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
◦ Adanya minat dan selera makan.
◦ Porsi makan sesuai kebutuhan
◦ BB meningkat.
intervensi
◦ Monitor intake kalori dan kualitas konsumsi makanan.
◦ Berikan porsi kecil dan makanan lunak/lembek.
◦ Berikan makan sesuai dengan selera.
◦ Timbang BB tiap hari
◦ Diagnosa
Nyeri akut b/d proses inflamasi

Noc
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
◦ Pasien dapat mengatakan nyeri yang dirasakan
◦ Nyeri berkurang
◦ Wajah tidak meringis.
◦ Skala nyeri berkurang.( 0-2 )
◦ TTV normal
◦ Intervensi

◦ Ajarkan untuk menggunakan teknik non farmakologi misal relaksasi,


guided imageri, terapi musik dan distraksi
◦ Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
◦ Kolaborasi: pemberian analgetik sesuai indikasi
Evaluasi
◦ Setelah di lakukan implementasi, maka evaluasi kita
kepada pasien yaitu :
◦ Pola nafas pasien kembali normal, dan pasien
tidak mengalami dypnea lagi
◦ Nutrisi pasien dapat terpenuhi, dan berat badan
dapat bertambah
◦ Nyeri yang di alami pasien dapat berkurang, dan
juga bisa nyerinya akan hilang
TONSILITIS
DEFINISI
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan
pembengkakan dari jaringan tonsil dengan
pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri
patogen dalam kripta (Derricson, 2009).

Menurut Hembing (2004) Tonsilitis adalah radang yang


disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga
disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.
ETIOLOGI

◦ Penyebab utama tonsilitis adalah kuman golongan streptokokus


(streptokus α streptokokus ß hemolycitus, viridians dan pyogeneses),
penyebab yang lain yaitu infeksi virus influenza, serta herpes
(Nanda, 2008).
PATOFISIOLOGI
Bakteri atau virus menginfeksi pada lapisan epitel. Bila epitel
terkikis, maka jaringan limpofid superficial menandakan reaksi,
terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonukuler. Proses ini secara klinis tampak pada kriptus
tonsil yang berisi bercak kuning disebut detritus

Akibat dari proses ini akan terjadi pembengkakan atau


pembesaran tonsil ini, nyeri menelan, disfalgia.
PATHWAY
Tanda & Gejala

Gejala tonsilitis antara lain: sakit tenggorokan, demam, dan kesulitan


dalam menelan.

Gejala tonsilitis akut: gejala tonsilitis akut biasanya disertai rasa gatal /
kering ditenggorokan, lesu, anoreksia, suara serak, tonsil membangkak.

Di mulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga parah, sakit


menekan terkadang muntah. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan
kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
Penatalaksanaan Medis
Menjaga hygiene mulut

Pemberian antibiotik (penicilin)

Vit. C & B kompleks

Obat kumur
Penatalaksanaan tonsilitis akut:

Antibiotik golongan anti sulfanamid selama 5 hari.

Pemberian antipiretik.
Penatalaksanaan tonsilitis kronis

Terapi lokal
untuk hygine tonsilektomi
mulut.
Berikut adalah upaya pencegahan dari penyakit
tonsillitis:
1. Menjaga kebersihan mulut seperti sikat gigi teratur 2 kali sehari (pagi dan sebelum
tidur) atau waspada terhadap gigi berlubang atau sisa gigi yang hitam.
2. Mengurangi atau menghindari makanan atau minuman yang bersifat iritatif terhadap
saluran makan atau nafas atas. Secara empiris makanan yang berminyak, tinggi
kandungan bumbu rasa penyedap atau pengawet, terlalu manis, dingin berpotensi
iritasi.
3. Banyak minum air putih
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
5. Mengurangi konsumsi jajanan bagi anak dan dewasa dengan menyediakan makanan
bekal sehat atau kantin dengan menu sehat dan bersih.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN
TONSILITIS
Pengkajian
1) Makanan / Cairan
Gejala: Kesulitan menelan
Tanda: Kesulitan menelan, mudah
tersedak, inflamasi, kebersihan gigi
1) Kaji adanya riwayat penyakit
buruk/kurang.
sebelumnya (tonsillitis)
2) Hygiene
2) Apakah pengobatan adekuat
Tanda: kesulitan menelan
3) Kapan gejala itu muncul
3) Nyeri/ Keamanan
4) Apakah mempunyai kebiasaan
Gejala: Sakit tenggorokan kronis,
merokok
penyebaran nyeri ke telinga
5) Bagaimana pola makannya
Tanda: Gelisah, perilaku berhati-hati.
6) Apakah rutin / rajin membersihkan
4) Pernafasan
mulut
Gejala: Riwayat merokok / mengunyah
tembakau, bekerja dengan serbuk kayu,
debu
Diagnosa keperawatan

Dari beberapa data yang di dapatkan pada pasien tonsilitis,


maka diagnosa yang dapat muncul yaitu :

◦ Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi


secret berlebih
◦ Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nyeri saat menelan
Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
produksi secret berlebih

Batasan karakteristik :
◦ Perubahan frekuensi nafas
◦ Perubahan irama nafas
◦ Batuk yang tidak efektif
◦ Sputum dalam jumlah yang berlebih
Noc
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, bersihan jalan
nafas efektif.
◦ Kriteria hasil :
◦ Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dypsneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah)
◦ Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
◦ Intervensi

◦ Monitor irama dan frekuensi pernafasan


◦ Monitor status oksigen
◦ Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
◦ Keluarkan secret dengan batuk atau suction
◦ Lakukan fisioterapi dada
◦ Lakukan suction
Diagnosa 2
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nyeri saat menelan

Batasan karakteristik :
◦ Ketidakmampuan memakan makanan
◦ Kelemahan otot untuk menelan
NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, masalah dapat


teratasi
Kriteria hasil :
◦ Tidak ada tanda malnutrisi
◦ Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
◦ Adanya peningkatan berat badan
Intervensi

◦ monitor kalori dan intake nutrisi


◦ monitor adanya penurunan berat badan
◦ kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
◦ berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
PNEUMONIA
definisi
PNEUMONIA ADALAH:
•peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat, dan menimbulkan angka
kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan
sesak nafas (Qaulyiah, 2010).
ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam


mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa, yang
sebagian besar disebabkan oleh bakteri.

Penyebab tersering Pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,


Streptococcus pneumonia yang menyebabkan Pneumonia streptokokus. Bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya
disebabkan oleh virus, misalnya influenza (Qaulyiah, 2010).
PATOFISIOLOGI

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru


banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh
pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
Pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system
pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan
peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan
dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah.
PATHWAY
Gejala khas adalah demam, menggigil,
berkeringat, batuk (baik non produktif
atau produktif atau menghasilkan
sputum berlendir, purulen, atau bercak
darah), sakit dada karena pleuritis dan
sesak.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan penderita pneumonia meliputi terapi etiologi dan penunjang.

Terapi penunjang berupa pemberian asupan makanan atau cairan sesuai kebutuhan dan terapi oksigen yang diberikan
secara rutin melalui kateter hidung atau masker tergantung berat ringannya penyakit.

Penatalaksanaan pneumonia yang terpenting adalah penatalaksanaan etiologi yaitu antibiotik.

Pada dasarnya pemilihan antibiotik didasarkan pada organisme penyebabnya


Upaya Pencegahan
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN
PNEUMONIA
Diagnosa

Bersihan jalan napas tidak efektif


Batasan karakteristik :
 Bradipnea
 Dispnea
 Penggunaan otot bantu pernafasan
 Penurunan tekanan ekspirasi
 Penurunan tekanan inspirasi
 Pernafasan bibir
 Pola nafa abnormal
Noc

Pantau jalan napas dan pertahankan kepatenannya


 Letakkan anak dalam posisi semi-Fowler.
 Berikan terapi uap seperti yang diinstruksikan oleh dokter.
 Lakukan drainase postural, perkusi, dan vibrasi sesuai kebutuhan
toleransi anak.
 Lakukan pengisapan yang dalam sesuai kebutuhan.
 Berikan istirahat yang cukup.
WIKI
BAGAIMANA CARA MEMPOSISIKAN ANAK SEMI FOWLER (CLEAR)
BAGAIMANA JIKA ANAK SUDAH DI TONSILEKTOMI APAKAH SISTEM IMUNNYA
BERKURANG(CLEAR)

MISTIKA
KOMPLIKASI APA YANG DAPAT TIMBUL DARI DIFTERI DAN KOMPLIKASI APA YANG
MEMERLUKAN PEMERIKSAAM EKG (CLEAR)
APA YANG TERJADI PADA SAAT MUKUS DI BRONKUS MENINGKAT SEHINGGA
MENIMBULKAN BAU MULUT MENJADI TIDAK SEDAP (
ISTI
DIAGNOSA APA YANG KELOMPOK BISA ANGKAT DARI B2
BAGAIMANA FATOFISIOLOGIS PADA PASIEN YANG PAYAH JANTUNG PADA B2
APA SAJA MASALAH YANG MUNCUL PADA PEMERIKSAAN EKG

Vous aimerez peut-être aussi