Vous êtes sur la page 1sur 68

ASMA PADA ANAK

dr. Dhian Endarwati, Sp.A


2017
Definisi Asma

• Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan


dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan
obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori
dengan derajat bervariasi
• Gejala asma adalah batuk, mengi, sesak napas,
dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau
berulang, reversibel, cenderung memberat pada
malam atau dinihari, dan biasanya timbul jika ada
pencetus.
• Chronic recurrent cough (batuk kronik berulang,
BKB) dapat menjadi petunjuk awal untuk
membantu diagnosis asma
SALURAN NAFAS ANAK NORMAL (BUKAN ASMA)
Pencetus
(debu, bulu binatang, kapuk, dll)

Tetap lebar
(tidak rentan, tidak sensitif,
tidak mudah goncang, stabil)
SALURAN NAFAS ANAK ASMA
Pencetus
(debu, bulu binatang, kapuk, dll) Hiperreaktif :
• Sangat rentan
• Sangat sensitif
• Mudah mengkerut

Tidak timbul serangan Timbul serangan

•Otot saluran nafas mengkerut


•Saluran nafas menebal/membengkak
•Lendir lebih banyak dan kental/lengket
PATOFISIOLOGI SERANGAN ASMA
Pencetus

Bronkokonstriksi, edem, sekresi 

obstruksi jalan nafas

ventilasi hiperinflasi
tidak seragam paru

atelektasis ventilasi-perfusi gangguan


tidak padu-padan compliance

 surfaktan hipoventilasi alveoler  kerja nafas


asidosis

vasokonstriksi  PaCO2
pulmonal
 PaO2
Triggers of asthma
• Respiratory infection (viral, mycoplasma)
• Exercise
• Allergens : - inhaled
- ingested (rare)
• Irritants (cigarette smoke, air pollution)
• Weather changes
• Medications (ASA)
• Chemical (tartrazine, sulfites,menosodium glutamate)
• Emotional stress
• Gastroesophageal reflux
Klasifikasi (1)

Berdasarkan umur 1
• Asma bayi – baduta (bawah dua tahun)
• Asma balita
• Asma usia sekolah (5-11 tahun)
• Asma remaja (12-17 tahun)
Dalam pedoman ini hanya dibedakan
asma anak dan asma balita.

1.Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Klasifikasi (2)

Berdasarkan fenotip 1,2,3


• Asma tercetus infeksi virus
• Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)
• Asma tercetus alergen
• Asma terkait obesitas
• Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered
asthma)
Dalam pedoman ini klasifikasi berdasarkan fenotip tidak
digunakan untuk kepentingan tatalaksana asma
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
3. Chung KF, Wenzel SE, Brozek JL, Bush A, Castro M, et al. International European Respiratory Society (ERS)/ATS (American Thoracic Society) on Definiton,
Evaluation, and Treatment of Severe Asthma. Eur Respir J. 2014 Feb;43(2):343-73.
Klasifikasi (3)

Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala 1,4


• Asma intermiten
• Asma persisten ringan
• Asma persisten sedang
• Asma persisten berat
Dalam pedoman ini, klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala
dipakai sebagai dasar penilaian awal pasien. Ini berubah dari
PNAA sebelumnya yang membagi asma menjadi asma episodik
jarang, asma episodik sering, dan asma persisten.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (4)

Klasifikasi kekerapan dibuat pada kunjungan-kunjungan


awal dan dibuat berdasarkan anamnesis :
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan
Persisten
>1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (5)

Keterangan untuk membuat klasifikasi kekerapan:


1. Klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dibuat setelah
dibuat diagnosis kerja asma dan dilakukan tatalaksana
umum (penghindaran pencetus) selama 6 minggu
2. Jika sudah yakin diagnosis asma dan klasifikasi sejak
kunjungan awal, tatalaksana dapat dilakukan sesuai
klasifikasi
3. Klasifikasi kekerapan ditujukan sebagai acuan awal
penetapan jenjang tatalaksana jangka panjang
4. Jika ada keraguan dalam menentukan klasifikasi
kekerapan, masukkan ke dalam klasifikasi lebih berat.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (6)

Kesetaraan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015


adalah:
PNAA 2004 PNAA 2015
Episodik Jarang Intermiten
Episodik Sering Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten
Persisten Berat
Klasifikasi (7)

Berdasarkan derajat beratnya serangan2,4


• Asma serangan ringan-sedang
• Asma serangan berat
• Serangan asma dengan ancaman henti napas
Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan
digunakan sebagai dasar penentuan tatalaksana.

2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Berdasarkan derajat beratnya serangan2,4

Asma Serangan Ringan- Asma Serangan Berat Ancaman Henti Napas


Sedang
• Bicara dalam • Bicara dalam kata • Mengantuk
kalimat • Duduk bertopang • Letargi
• Lebih senang lengan • Suara napas tidak
duduk drpd • Gelisah terdengar
berbaring • Frekuensi napas ↑
• Tidak gelisah • Frekuensi nadi ↑
• Frekuensi napas ↑ • retraksi jelas
• Frekuensi nadi ↑ • SpO2 <90%
• Retraksi minimal • PEF ≤ 50%
• SpO2 90-95%
• PEF lebih dari
50%
Klasifikasi (8)
Berdasarkan derajat kendali 1,2,4
• Asma terkendali penuh (well controlled)
– Tanpa obat pengendali : pada asma intermiten
– Dengan obat pengendali : pada asma persisten
(ringan/sedang/berat)
• Asma terkendali sebagian (partly controlled)
• Asma tidak terkendali (uncontrolled)
Dalam pedoman ini, klasifikasi derajat kendali dipakai untuk menilai
keberhasilan tatalaksana yang tengah dijalankan dan untuk penentuan
naik jenjang (step-up), pemeliharaan (maintenance) atau
turun jenjang (step-down) tatalaksana yang akan diberikan.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (9)
Berdasarkan keadaan saat ini:
• Tanpa gejala
• Ada gejala
• Serangan ringan-sedang
• Serangan berat
• Ancaman gagal napas
Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif
akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada
tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala
tersebut.
Tahapan Penegakan Diagnosis Asma

1. Diagnosis kerja : Asma


– Dibuat sesuai alur diagnosis asma anak
– Tatalaksana umum : penghindaran pencetus, pereda,
dan tatalaksana penyakit penyulit
2. Diagnosis klasifikasi kekerapan
– Dibuat dalam waktu 6 minggu, dapat kurang dari 6
minggu bila informasi klinis sudah kuat
3. Diagnosis derajat kendali
– Dibuat setelah 6 minggu menjalani tatalaksana
jangka panjang awal sesuai klasifikasi kekerapan
Diagnosis

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisis
• Pemeriksaan Penunjang

Dasar utama diagnosis adalah anamnesis untuk


menggali manifestasi klinis dengan karakteristik
yang khas mengarah ke asma
Anamnesis (1)

Karakteristik yang mengarah ke asma adalah1:


• Episodisitas : gejala timbul episodik/berulang
• Faktor pencetus
– Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat
nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan minuman
dingin, penyedap rasa, pengawet makanan, pewarna
makanan
– Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan,
serbuk sari
– Infeksi respiratori akut karena virus
– Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa
berlebihan

1.Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Anamnesis (2)

• Riwayat alergi pada pasien atau riwayat asma


dalam keluarga
• Variabilitas: intensitas gejala bervariasi dari
waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam.
Biasanya malam hari lebih berat (nokturnal)
• Reversibilitas: gejala dapat membaik secara
spontan atau pemberian obat pereda asma
Pemeriksaan Fisik

• Gejala asma:
– Tanpa gejala
– Ada gejala: batuk, sesak,
wheezing, ekspirasi Allergic shiner
memanjang
• Tanda alergi:
– Dermatitis atopik, rinitis alergi
– Allergic shiners, geographic
tongue
Geographic tongue
Pemeriksaan Penunjang (1)

• Uji fungsi paru


– Spirometri
– Peak flow meter
• Uji cukit kulit (skin prick test),
eosinofil total darah,
pemeriksaan IgE spesifik Spirometri

• Uji inflamasi respiratori: FeNO


(fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum
• Uji provokasi bronkus dengan
exercise, metakolin, hipertonik
salin Peak flow meter
Pemeriksaan Penunjang (2)

Mencari diagnosis banding:


• Uji tuberkulin • Uji defisiensi imun
• Foto sinus paranasalis • CT-scan toraks
• Foto toraks • Endoskopi
• Uji refluks gastroesofagus respiratori
(rinoskopi,
• Uji keringat
laringoskopi,
• Uji gerakan silia bronkoskopi)
Kriteria Diagnosis Asma2
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk ,  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
sesak napas, dada  Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring
tertekan, produksi waktu
sputum  Gejala memberat pada malam atau
dinihari
 Gejala timbul bila ada pencetus
Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi
Gambaran obstruksi FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
saluran respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas
(pasca-bronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%
2.The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Alur Diagnosis Asma (1)
Alur Diagnosis Asma (2)
Alur Diagnosis Asma (3)
Pedoman Nasional Asma Anak INDONESIA
Diagnosis Asma usia < 5 tahun
ASTHMA PREDICTIVE INDEX (API)
Diagnosis Banding (1)
Gejala klinis tidak sesuai dengan karakteristik asma sehingga
perlu dipertimbangkan kemungkinan diagnosis banding1,2 :

Inflamasi: infeksi, alergi Obstruksi mekanis


• Rinitis, rinosinusitis • Laringomalasia,
• Chronic upper airway trakeomalasia
cough syndrom • Hipertrofi timus
• Infeksi respiratori • Pembesaran KGB
berulang • Aspirasi benda asing
• Bronkiolitis • Vascular ring, laryngeal web
• Aspirasi berulang • Disfungsi pita suara
• Defisiensi imun • Malforasi kongenital saluran
• Tuberkulosis respiratori
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Diagnosis Banding (2)

Patologi bronkus Kelainan sistem organ


• Bronkopulmonari lain
displasia • Penyakit refluks gastro-
• Bronkiektasis esofagus (GERD)
• Diskinesia silia primer • Penyakit jantung
• Fibrosis kistik bawaan
• Gangguan
neuromuskular
• Batuk psikogen

1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
TUJUAN TATALAKSANA ASMA
(UMUM)
• Menghilangkan dan mengendalikan asma
• Mencegah serangan akut
• Meningkatkan fungsi paru dan mencegah gangguan
menetap
• Melakukan aktifitas secara normal, termasuk
bermain dan olahraga
• Meminimalisasi penggunaan obat
• Menghindari efek samping obat
• Mencegah kematian
TUJUAN TATALAKSANA :
(SERANGAN ASMA)

• Meredakan penyempitan saluran respiratorik


secepat mungkin
• Mengurangi hipoksemia
• Mengembalikan fungsi paru ke keadaan
normal secepatnya
• Rencana re-evaluasi tatalaksana jangka
panjang untuk mencegah kekambuhan
Asthma Management Principles

1. Avoidance
2. Avoidance
3. Avoidance
4. Drugs  inhalation therapy
35
Pasien risiko tinggi
Pasien dengan riwayat:
• Serangan asma yang • Kunjungan ke UGD atau
mengancam nyawa perawatan rumah sakit (RS)
• Intubasi karena serangan karena asma dalam setahun
asma terakhir
• Pneumotoraks dan/atau • Tidak teratur berobat sesuai
pneumomediastinum rencana terapi
• Serangan asma berlangsung • Berkurangnya persepsi tentang
dalam waktu yang lama sesak napas
• Penggunaan steroid sistemik • Penyakit psikiatrik atau
(saat ini atau baru berhenti) masalah psikososial.
• Alergi makanan
Steroid sistemik (oral atau parenteral) perlu diberikan pada
awal tatalaksana meskipun pada penilaian awal
serangannya ringan sedang
Tahapan tata laksana serangan asma

Di rumah Di rumah sakit


Tata laksana serangan asma di rumah (1)

• Oleh pasien atau keluarga dengan pendidikan


cukup dan riwayat terapi teratur
• Inhalasi β2-agonis kerja pendek 2 kali  respon
tidak baik  dokter
• Tidak boleh tata laksana di rumah, harus segera
dibawa fasyankes, bila:
– Risiko tinggi
– Sesak berat
Tata laksana serangan asma di rumah (2)

Berikan inhalasi β2-agonis kerja pendek


Via nebulizer Via MDI + spacer
• Berikan 2-agonis kerja • Berikan serial β2 agonis kerja
pendek, lihat responsnya  pendek via spacer dengan
dosis: 2 – 4 semprot
gejala menghilang  cukup • Berikan satu semprot diikuti 6
diberikan satu kali – 8 tarikan napas, lalu
• Jika gejala belum membaik diberikan semprotan
dalam 30 menit  ulangi berikutnya dengan siklus yang
sama
pemberian sekali lagi • Jika membaik dengan dosis 2-4
• Jika dengan 2 kali pemberian semprot, inhalasi dihentikan.
2-agonis kerja pendek via • Jika gejala tidak membaik
nebuliser belum membaik  dengan dosis 4 semprot,
segera bawa ke fasyankes segera bawa ke fasyankes
Tata laksana serangan asma di fasyankes (1)
Tata laksana serangan asma di fasyankes (2)

Bila tidak tersedia obat-obatan lain, ADRENALIN untuk asma yang berhubungan dengan anafilaksis
dan angioedema, dosis 10 ug/kg (0,01 ml/kg adrenalin 1:1.000), maksimal 500 ug (0,5 ml)
Tata laksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (1)
Medikamentosa
Obat Pereda / Reliever Obat Pengendali / Controller
• Digunakan untuk • Untuk mencegah serangan
asma
meredakan serangan atau
• Pemakaian secara terus-
gejala asma bila sedang menerus dalam jangka waktu
timbul relatif lama bergantung pd
kekerapan gejala dan respon
• Bila serangan sudah pengobatan
teratasi, obat dihentikan • Terdiri dari : steroid anti
inflamasi inhalasi/sistemik,
• Terdiri dari : β2 agonis, antileukotrien, kombinasi
antikolinergik, steroid steroid-β2 kerja panjang,
inhalasi, aminofilin, teofilin lepas lambat, anti-
imunoglobulin E
adrenalin, MgSO4
Obat pereda (reliever)

• Obat untuk meredakan serangan atau gejala


asma bila sedang timbul
• Digunakan seperlunya, bila gejala reda obat
dihentikan
• β2-agonis kerja pendek, ipratropium bromida,
steroid sistemik
Reliever
β2-agonis kerja pendek Ipratropium bromida (2)
• Gejala asma ringan sedang • Kombinasi β2-agonis kerja
memberikan respon yang pendek dan ipratropium bromida
(antikolinergik) pada serangan
cepat terhadap inhalasi β2- asma ringan sedang hingga berat
agonis kerja pendek menurunkan risiko rawat inap
• Salbutamol, terbutalin, dan memperbaiki PEF dan FEV1
prokaterol dibandingkan dengan β2-agonis
saja
• Inhalasi diberikan lewat • Ipratropium bromida terbukti
MDI dengan/tanpa spacer memberikan efek dilatasi bronkus
atau nebuliser lewat peningkatan tonus
parasimpatis dalam inervasi
• Dosis sesuai beratnya otonom di saluran napas
serangan dan respon pasien
Steroid sistemik (1)
• Pemberian steroid sistemik • Pemberian per oral sama
dapat mempercepat efektifnya dengan
perbaikan serangan dan pemberian secara
mencegah kekambuhan, intravena.
dan direkomendasikan • Pemberian maksimal 1 kali
untuk diberikan pada dalam 1 bulan untuk
semua jenis serangan menghindari efek samping
(Evidence A) steroid
• Dosis: • Pada saat penulisan resep
Prednison/prednisolon 1–2 tambahkan keterangan ‘do
mg/kg/hari dengan dosis not iter’
maksimum sampai 40
mg/hari, tanpa tappering
off selama 3-5 hari
Aminofilin intravena

• Pertimbangkan pada anak dengan serangan asma berat


atau dengan ancaman henti napas yang tidak berespon
terhadap dosis maksimal inhalasi β2-agonis dan steroid
sistemik.
 Dosis : Loading 6-8 mg/kg diberikan dalam 20 menit,
dilanjutkan drip 1 mg/kg/jam.
 Rentang keamaan aminofilin sempit dan efek samping
yang sering adalah mual, muntah, takikarsi dan agitasi.
 Toksisitas yang berat dapat menyebabkan aritmia,
hipotensi, dan kejang.
Reliever
Adrenalin MgSO4
• Apabila tidak tersedia obat- • Alternatif, apabila pengobatan
obatan lain, dapat digunakan standar tidak ada perbaikan.
adrenalin. • MgSO4 20% dan 40%
• Epinefrin (adrenalin) IM • cara pemberian : bolus, bolus
diulang, drip kontinu, dan
diberikan sebagai terapi inhalasi.
tambahan pada asma yang • Dosis yang dianjurkan: 20-100
berhubungan dengan mg/kg BB (maksimum 2 gram)
anafilaksis dan angioedema diberikan selama 20 menit
• Dosis 10µ/kg (0.01 ml/kg • Drip kontinu : dilarutkan dalam
adrenalin 1:1000), dengan larutan Dekstrosa 5% atau larutan
salin dengan pengenceran 60
dosis maksimal 500µ (0.5 ml) mg/ml, diberikan dengan
secara intramuskular (IM) kecepatan 10-20 mg/kg/jam
Steroid inhalasi

• Steroid nebulisasi dengan dosis tinggi (1600-


2400µg budesonide) dapat digunakan untuk
serangan asma
• Perlu diperhatikan untuk memberi dalam dosis
tinggi karena sterod nebulisasi dosis rendah tidak
bermanfaat untuk mengatasi serangan asma.
• Harap diperhatikan pula bahwa penggunaan
steroid inhalasi dosis tinggi ini terbatas pada
pasien-pasien yang memiliki kontraindikasi
terhadap steroid sistemik.
Mukolitik

• Tidak boleh diberikan pada serangan asma


berat
• Dapat diberikan pada serangan asma ringan
dan sedang
• Berhati-hati untuk pemberian mukolitik pada
anak dengan refleks batuk yang tidak optimal.
• Berhati-hati untuk pemberian mukolitik pada
usia kurang dari 2 tahun
Tidak disarankan untuk
tatalaksana serangan asma

• Antihistamin

• Obat sedasi

• Antibiotik : Kecuali pada infeksi respiratori


yang dicurigai karena bakteri, dugaan adanya
rinosinusitis bakterial yang menyertai asma,
atau dugaan pneumonia atipik
KRITERIA RAWAT ICU:

• Tatalaksana IGD  tidak ada respons


sama sekali
• Perburukan cepat
• Tanda klinis ancaman henti napas
• Tatalaksana R. Rawat Inap  tidak ada
perbaikan
• Dengan O2 tetap hipoksemia (PaO2 <60 &
/ PaCO2 >45 mmHg)
A
S
Serangan Asma
Tentukan
M Pencetus derajat dan 3
A 2 Atasi segera
1 Serangan teratasi
(Tenang)

Tentukan
4
Klasifikasi

Intermitten Persisten Persisten Persisten


5
Ringan Sedang Berat

6 PENGHINDARAN (AVOIDANCE)

Reliever (+) Reliever (+) Reliever (+)


7 8
Controller (-) Controller (+) Controller (+)
Inhalation therapy

Nebulizer DPI MDI

Mesh • Turbuhaler
Jet Neb Spacer (+) Spacer (-)
Neb • Discus
• Swinghaler
UltraSonic
Neb extension dv holding ch

Reiser J, Warner J. Inhalation treatment for asthma. Arcs of Dis in Child. 1986;61:88-94.
uchão FP, Filho LVRFdS. Advanced in inhalation therapy in pediatric. Jornal de Pediatria. 2010;86(5):367-76.
Qi A. Miniature inhalation therapy platform using surface acoustic wave microfluidic atomization. 2009:2184-93.
Jet nebulizer

55
Examples of Wrong Nebuliser Use

56
Examples of Wrong Nebuliser Use

57
Metered Dose Inhaler (MDI)
Canister, an aluminium can with metering valve and valve stem, it contains micronized
drugs suspension, with multiple doses + propellant (HFA or else)

Advantages
• Convenient
• Less expensive
• Portable
• No drug preparation
• No contamination
Disadvantages
• Coordination essential
• Patient activation required
• Large pharyngeal deposition
• Difficult to deliver high doses
• Not all medication available
Hess D. Metered-dose inhalers and dry powder inhalers in aerosol therapy. Respir Care. 2005;50(10):1376-83.
Vicken W. How to choose inhaler devices for the treatment of COPD. Prim Care Resp J 2010; 19(1):10-20. 2010.
Khilani G, Banga A. Aerosol therapy. Indian J Chest Dis Allied Sci 2009;50:209-19.
INHALER
BABYHALER
Dry powder inhaler (DPI)
• the power source is the flow of inspiration /
inhalation of the patient
• breath-actuated inhaler, no propelan
• effort dependent
• less oropharynx deposition
• not suitable for under 5 children
• for older children easier to use than MDI
• no need of spacer, easy to carry

61
TURBUHALER
63
PENGGUNAAN
DPI use - Diskhaler
Preparation step
• open the cap
•Push the small lever maximally, until ‘click’
Inhalation step
• hold it up-right, exhale slowly
• put the mouthpiece between lips tightly,
inhale as fast & as strong as possible
•continue the inspiration forcefully until max insp
• at maximal inspiration, hold the breath for 10 sec
• do not forget to rinse the mouth and spill out to
wash out the residual drugs in oropharynx
DPI Use – Swinghaler

1. Open the transparent cover


2. Shake the inhaler up and down for 3-4 time
3. Push the button once until ‘click’
4. Breath out and hold without inhaling
5. Put the mouthpiece between lips tightly, inhale
as fast & as strong as possible. At maximal
inspiration, hold the breath for 5-10 seconds
6. Push the nutton again to return the inhaler to the
unloaded condition
7. Close the cover, if more than 1 dose has been
prescribed, repeat steps 2-6
8. Do not forget to rinse the mouth and spill out to
wash out the residual drugs in oropharynx
Referensi

1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske


R et al. International Consensus on (ICON) Pediatric Asthma. Allergy
2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma
management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
3. Chung KF, Wenzel SE, Brozek JL, Bush A, Castro M, et al. International
European Respiratory Society (ERS)/ATS (American Thoracic Society) on
Definiton, Evaluation, and Treatment of Severe Asthma. Eur Respir J.
2014 Feb;43(2):343-73.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al.
Japanese Guideline for Childhood Asthma (JGCA) 2014. Allergol Inter
2014; 63:335-56.

Vous aimerez peut-être aussi