Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Fitria Permata Sari
2. Melani Putria Dewita
3. OktaViana
4. Rio Pandi
5. Sri Wahyuni Annica
6. Yusra Fandoni
Pengertian
Diabetes
Penurunan Kehamilan
Imunitas
Peradangan Obstruksi
Bakteri : E.coli,
Klebsielle, kandung kemih,
ISK bawah VUR
Streptococus
Pengeluaran
PIELONEFRITIS
Stress tubuh hormone stress
“ katekolamin “
Terjadi reaksi inflamasi Adanya lesi di
pelvis ginjal
Antigen
Kerusakan Reaksi antigen-antibodi
mengeluargan Peningkatan asam
parenkim ginjal
endositosik Keluarnya lambung
Pelepasan mediator inflamasi
eritrosit terbawa
oleh urin
Ep “ endogen pirogen “ Kalekrein Histamin
Pengaktifan Merangsang
prostaglandin pusat sensori
nyeri
Peningkatan
tersmostat tubuh
Peningkatan suhu
tubuh
Perangsangan pusat Nyeri akibat
Histamin
thermostat di peradangan Anemia Mual-muntah
hipotalamus parenkim ginjal
Vasodilatasi
pembuluh darah
Nyeri menyebar ke Oksihemoglobin
pinggang
Peningkatan aliran
darah pembuluh renal Nausea
Otot
Nyeri pinggang
Peningkatan vol. kekurangan
energi
Nyeri Akut darah aa. afferent
Hipertermi
Kelemahan
Peningkatan suplai
Gangguan pola tidur darah filtrasi
1). Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Terapi kausal dimulai dengan kotrimoksazol 2 tablet 2x sehari atau ampisilin 500
mg 4x sehari selama 5 hari. Setelah diberikan terapi antibiotik 4– 6 minggu,
dilakukan pemeriksaan urin ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil
diatasi.
2). Pada penyumbatan,kelainan struktural atau batu,mungkin perlu
dilakukan pembedahan dengan merujuk ke rumah sakit.
3). Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
4). Di anjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.
Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith
tahun 2007:
1). Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau
tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
2). Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin
(Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
3). Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal
secara progresif.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama
Berisi nama lengkap klien yang mengalami pielonefritis.
b. Jenis Kelamin
Pielonefritis kronis 2 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
Penyakit infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki,
karena anatomi dari sistem perkemihan wanita (terutama uretra) yang lebih
pendek dari pria sehingga mudah terserang infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
c. Usia
Anak-anak dan orang dewasa memiliki resiko tinggi terhadap penyakit pielonefritis
ini. Dan pielonefritis kronis terjadi lebih sering pada bayi dan anak-anak muda
dibandingkan dengan anak yang lebih tua dan orang dewasa.
d. Alamat
Lingkungan tempat tinggal yang kotor dan tidak sehat dapat meningkatkan resiko
terkena penyakit pielonefritis terutama temapt sanitasi yang buruk, karena dapat
menjadi tempat berkembang biaknya bakteri yang menyebabkan infeksi.
e. Agama
Agama tidak mempengaruhi sesorang untuk terkena penyakit pielonefritis.
F. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di tempat dan gaya hidup yang tidak bersih maka akan
berisiko lebih tinggi terkena infeksi pielonefritis.
2. Status Kesehatan
a.Keluhan Utama
Klien dengan penyakit pielonefritis biasanya mengeluhkan nyeri di punggung bagian
bawah, dan juga gejala yang timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, mual
dan muntah.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji seberapa lamanya gejala berlangsung (saat proses masuknya bakteri ke
kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi), nyeri abdomen atau punggung
belakang, demam atau gejala peradangan lainnya, perubahan selera makan,
penurunan berat badan, dan kebiasaan buang air kecil/BAK (frekuensi, warna, dll).
Perhatikan juga adanya riwayat transfusi darah, dan penggunaan obat-obat
intravena.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji penyakit kesehatan terdahulu Klien yang dapat berhubungan dengan
timbulnya penyakit pielonefritis yang diderita. Misalnya infeksi saluran kemih/ISK,
kencing manis, batu ginjal, riwayat kehamilan pada wanita yang memungkinkan
terjadinya infeksi oleh bakteri yang naik dari saluran kemih bawah, dipermudah
oleh stasis urine akibat adaptasi kehamilan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji riwayat penyakit keluarga apakah ada keluarga yang memiliki penyakit infeksi
atau gangguan sistem perkemihan. Namun penyakit pielonefritis bukan penyakit
genetik.
e. Riwayat Imunisasi
Imunisasi berfungsi sebagai penunjang sistem pertahanaan tubuh, sehingga apabila
seorang anak tidak diberikan imunisasi tepat pada usianya maka anak tersebut
dapat beresiko terserang oleh bakteri yang dapat memicu terjadinya penyakit
pielonefritis.
3, Pola fungsi kesehatan
l.Abdomen
Pada klien dengan penyakit pielonefritis ditemukan adanya nyeri pegal di satu atau kedua
daerah pinggang lumbal dan nyeri tekan pada sudut kostovertebra. Dapat juga terjadi
pembesaran di salah satu atau kedua ginjal saat dilakukan palpasi dan terkadang otot perut
mengalami kontraksi yang kuat.
m.Ekstermitas
Pada ekstermitas tidak terdapat kelainan/normal.
5 Pemeriksaan Urologi
a. Pemeriksaan ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran atau
pembengkakan pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas dan mengkaji ada
atau tidaknya nyeri tekan. Ginjal teraba membesar.
b. Pemeriksaan Buli-Buli
Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut
bekas irisan/operasi di suprasimfisis.
c. Pemeriksaan Neurologi
Ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik yang
mengakibatkan kelainan pada sistem urogenetalia, seperti pada lesi motor neuron
atau lesi saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli-buli neurogen.
Inspeksi
Dapat dilihat ada atau tidaknya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas
Ekspresi atau mimik wajah meringis
Klien tampak menggigil
Klien tampak memegang area pinggang atau abdomen
Klien tampak tidak bisa menahan BAK
Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan. tangan
kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan
tangan kanan meraba ginjal dari depan.
Terdapat nyeri pada pinggang dan perut
Adanya pembengkakan ginjal (ginjal membesar)
Dahi dan kulit tubuh teraba panas
Perkusi
Dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kosto-vertebra (yaitu sudut
yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra). Pada klien pielonefritis
akan terdengar suara tenderness
Auskultasi
Suara usus melemah seperti ileus paralitik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a.Urinalisis
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-kasus urologi.
Pemeriksaan ini meliputi uji:
1.Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
2.Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/PH, protein, dan gula dalam
urine
3.Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau bentukan
lain di dalam urine.
Pada Klien yang menderita pielonefritis saat pemeriksaan urinalisis
ditemukan adanya piuria, bakteriuria (terdapat bakteri di dalam urine), dan
hematuria (terkandung sel-sel darah merah di dalam urine).
1.Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya infeksi
saluran kemih atau ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
2.Hematuria positif bila terdapat 5-10 eritosit/LPB sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju endap
darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. Pada Klien dengan pielonefritis, hasil
pemeriksaan darah rutinnya menunjukkan adanya leukositosis (menurunnya jumlah atau
kadar leukosit di dalam darah) disertai peningkatan laju endap darah.
Kultur Urine
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih. Pada pria, urine yang
diambil adalah sample urine porsi tengah (mid stream urine), pada wanita sebaiknya diambil
melalui kateterisasi, sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari aspirasi suprapubik atau
melalui alat penampung urine.
Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan infeksi pada sistem urinaria yang
ditandai dengan Klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan sulit tidur, suhu tubuh
meningkat, dan leokosit meningkat.
2.Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi pada saluran kemih yang di tandai
dengan Klien sering berkemih, jumlah volume urin meningkat.
3.Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan atau infeksi yang ditandai dengan
suhu tubuh meningkat (380 C), kulit hangat dan menggigil.
4.etidakseimbangan Volume Cairan Tubuh kurang dari Kebutuhan Tubuh dengan peningkatan
laju metabolik (demam) dan pengeluaran cairan yang berlebih (poliuri) yang di tandai dengan
Klien terlihat lemas, frekuensi berkemih meningkat.
5.Gangguan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan akibat dari penurunan kontraktilitas otot polos dan penurunan peristaltic ditandai
dengan Klien terlihat lemah dan makanan Klien utuh.
6.Nausea berhubungan dengan peningkatan asam lambung ditandai dengan Klien mengeluh
sering mual dan muntah.
7.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keluarnya otot kekurangan energi ditandai
dengan Klien merasa lemah dan diam di tempat tidur, klien mudah lelah, terlihat pucat dan
lemas.
8.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan demam yang dirasakan Klien ditandai
dengan Klien sering terbangun di malam hari akibat nyeri yang dirasakannya.
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tinfakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
dengan proses inflamasi keperawatan selama 3x24 jam karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
dan infeksi pada sistem Klien tidak mengalami nyeri, b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
urinaria yang ditandai dengan kriteria hasil: c. Bantu Klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dengan klien mengeluh a. mampu mengontrol nyeri (tahu tindakang kenyamanan yang efektif yang pernah dilakukan,
nyeri pada bagian penyebab nyeri, mampu seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin.
pinggang dan sulit menggunakan tehnik d. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
tidur, suhu tubuh nonfarmakologi untuk seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
meningkat, dan leokosit mengurangi nyeri, mencari e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
meningkat. bantuan); f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk memberikan intervensi yang
b. melaporkan bahwa nyeri tepat
berkurang dengan g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
menggunakan manajemen distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri; h. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk
c. mampu mengenali nyeri (skala, mengurangi nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda i. Tingkatkan istirahat
nyeri); j. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
d. menyatakan rasa nyaman lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
setelah nyeri berkurang; prosedur
e. tanda vital dalam rentang k. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
normal; pertama kali
f. tidak mengalami gangguan
tidur;
2 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin
urinarius berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam b. Tentukan pola berkemih normal Klien dan perhatikan variasi
dengan infeksi pada pola eliminasi urine Klien c. Dorong peningkatan pemasukan
saluran kemih yang di kembali optimal, dengan kriteria d. Kaji keluhan kandung kemih penuh.
3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan a. Monitor suhu sesering mungkin
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam b. Monitor warna dan suhu kulit
proses peradangan atau Klien menunjukkan : suhu tubuh c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
infeksi yang ditandai dalam batas normal dengan d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
dengan suhu tubuh kreiteria hasil: e. Monitor intake dan output
meningkat (380 C), kulit a. Suhu 36 – 37C f. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian anti piretik dan
hangat dan menggigil. b. Tanda-tanda vital dalam batas analgesik
normal g. Selimuti Klien
c. Tidak ada perubahan warna h. Berikan kompres dingin kepada Klien pada lipat paha dan
kulit dan tidak ada pusing, aksila
merasa nyaman i. Tingkatkan sirkulasi udara
j. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
k. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
l. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
m. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran
mukosa)
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
volume cairan tubuh: keperawatan selama 3x24 jam b. Pasang kateter urin jika diperlukan
kurang dari kebutuhan defisit volume cairan teratasi c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: Hmt , osmolalitas urin)
peningkatan laju a. mempertahankan urine output d. Monitor tanda-tanda vital
metabolik (demam) dan sesuai dengan usia dan bb, bj e. Monitor masukan makanan / cairan
pengeluaran cairan urine normal; f. Monitor status nutrisi
yang berlebih (poliuri) b. tekanan darah, nadi, suhu g. Berikan diuretik sesuai interuksi
yang di tandai dengan tubuh dalam batas normal; h. Monitor berat badan
klien terlihat lemas, c. tidak ada tanda tanda i. Monitor elektrolit
frenkuensi berkemih dehidrasi, elastisitas turgor j. Monitor tanda dan gejala dari odema
meningkat kulit baik, membran mukosa k. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
lembab, tidak ada rasa haus edema, distensi vena leher, asites)
yang berlebihan; l. Kaji lokasi dan luas edema
d. orientasi; terhadap waktu dan
tempat baik
e. jumlah dan irama pernapasan
dalam batas normal;
f. elektrolit, hb, hmt dalam batas
normal;
g. ph urin dalam batas normal;
h. intake oral dan intravena
adekuat.
Pe laksanaan