Vous êtes sur la page 1sur 31

ASKEP PIELONEFRITIS

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Fitria Permata Sari
2. Melani Putria Dewita
3. OktaViana
4. Rio Pandi
5. Sri Wahyuni Annica
6. Yusra Fandoni
Pengertian

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya


akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2
minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan
gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi
bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal
(Brunner &Suddarth,2002:1436).
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan
jaringan interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum
adalah Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal
akibat refluks vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau
infeksi, trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau
gangguan metabolik.
Karakteristik

1). Pielonefritis akut


Pielonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena
terapi tidak sempurna atau infeksi baru. Dimana 20% dari infeksi yang berulang terjadi
dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah
ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi
interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi
(Indra, 2011).
Pielonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui.
Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih. Infeksi ginjal lebih sering
terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek
dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus,
sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini
juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula,
penderita kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena
infeksi ginjal dan saluran kemih (Indra, 2011).
2). Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pielonefritis
kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang
berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure
(gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis
dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat.
Etiologi

Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus


besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan
penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Selain E.coli bakteri lain yang juga
turut serta dapat mengakibatkan pielonefritis seperti Klebsiella, golongan
Streptokokus. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung
kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh
aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air
kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari
kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah. Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
a. Kehamilan
b. kencing manis
c. keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi.
Patofisiologi

Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas


aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh
yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung
kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagianatas yang menghubungkan kandung
kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat
membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga
dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri
lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran
kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung
dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme penyebab.
Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, ureter, vesika urinaria atau dari uretra.
Beberapa faktor predisposisi pielonefritis adalah obstruksi urin, kelainan struktur,
urolitiasis, benda asing, refluks. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel
uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan
menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial,
dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut (Hanson, 1999 dalam Kusnawar,
2001).
BAB 3. PATHWAY

Diabetes
Penurunan Kehamilan
Imunitas
Peradangan Obstruksi
Bakteri : E.coli,
Klebsielle, kandung kemih,
ISK bawah VUR
Streptococus

Peyebaran bakteri memasuki sal. Kemih atas di bagian medulla-kortek

Infeksi tubulus dan penyebaran ke interstitial

Pengeluaran
PIELONEFRITIS
Stress tubuh hormone stress
“ katekolamin “
Terjadi reaksi inflamasi Adanya lesi di
pelvis ginjal
Antigen
Kerusakan Reaksi antigen-antibodi
mengeluargan Peningkatan asam
parenkim ginjal
endositosik Keluarnya lambung
Pelepasan mediator inflamasi
eritrosit terbawa
oleh urin
Ep “ endogen pirogen “ Kalekrein Histamin

Pengaktifan Merangsang
prostaglandin pusat sensori
nyeri

Peningkatan
tersmostat tubuh

Peningkatan suhu
tubuh
Perangsangan pusat Nyeri akibat
Histamin
thermostat di peradangan Anemia Mual-muntah
hipotalamus parenkim ginjal
Vasodilatasi
pembuluh darah
Nyeri menyebar ke Oksihemoglobin
pinggang
Peningkatan aliran
darah pembuluh renal Nausea
Otot
Nyeri pinggang
Peningkatan vol. kekurangan
energi
Nyeri Akut darah aa. afferent
Hipertermi
Kelemahan
Peningkatan suplai
Gangguan pola tidur darah filtrasi

Peningkatan GFR Intoleransi


aktivitas

Laju filtrasi > Defisiensi


Gangguan dalam kecepatan reabsorsi
pemekatan kemih reabsorsi

Gangguan dalam Laju filtrasi > Defisiensi


pemekatan kemih kecepatan reabsorsi reabsorsi
Terbentuknya urin Elektrolit dan Penurunan Penurunan
encer air hanya transport cairan eabsorsi K+ dan
sedikit dapat ke sel ion lainnya
diserap
Peningkatan vol. urin Penurunan
Dehidrasi sel2 kontraktilitas otot
Cairan dlm tubuh polos dan penurunan
lumen banyak peristaltik
Peningkatan
frekuensi berkemih Kekurangan Volume Penurunan nafsu makan
Cairan dan mual-muntah

Poliuri Pengeluaran cairan


berlebih
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan
Eliminasi Urin
Manifestasi Klinis

1). Pielonefritis akut


- Demam
- Menggigil
- nyeri panggul
- nyeri tekan pada sudut kostovetebral (CVA)
- lekositosis
- adanya bakteri dan sel darah putih pada urin
- disuria
- biasanya terjadi pembesaran ginjal disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.

2). Pielonefritis kronis


- tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi.
- keletihan
- sakit kepala
- nafsu makan rendah
- poliuria
- haus yang berlebihan
- kehilangan berat badan
- infeksi yg menetap menyebabkan jaringan parut di ginjal, disertai gagal ginjal pada akhirnya.
Komplikasi

Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut:


1). Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada penderita
diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
2). Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yangdekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dansistem kaliks mengalami supurasi,
sehingga ginjal mengalami pereganganakibat adanya pus.
3). Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluaske dalam
jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai
dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi,
dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea,
yang mangakibatkan terbentuknya batu).
a. Pielonefritis akut Prognosis pielonefritis baik bila memperlihatkan penyembuhan klinis
maupun bakteriologis terhadap antibiotic.
b. Pielonefritis kronis Bila diagnosis pielonefritis kronis terlambat dan kedua ginjal telah
menyusut pengobatan konserfatif semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan
ginjal yang masih utuh.
Penatalaksanaan

1). Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Terapi kausal dimulai dengan kotrimoksazol 2 tablet 2x sehari atau ampisilin 500
mg 4x sehari selama 5 hari. Setelah diberikan terapi antibiotik 4– 6 minggu,
dilakukan pemeriksaan urin ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil
diatasi.
2). Pada penyumbatan,kelainan struktural atau batu,mungkin perlu
dilakukan pembedahan dengan merujuk ke rumah sakit.
3). Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
4). Di anjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.
Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith
tahun 2007:
1). Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau
tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
2). Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin
(Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
3). Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal
secara progresif.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama
Berisi nama lengkap klien yang mengalami pielonefritis.
b. Jenis Kelamin
Pielonefritis kronis 2 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
Penyakit infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki,
karena anatomi dari sistem perkemihan wanita (terutama uretra) yang lebih
pendek dari pria sehingga mudah terserang infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
c. Usia
Anak-anak dan orang dewasa memiliki resiko tinggi terhadap penyakit pielonefritis
ini. Dan pielonefritis kronis terjadi lebih sering pada bayi dan anak-anak muda
dibandingkan dengan anak yang lebih tua dan orang dewasa.
d. Alamat
Lingkungan tempat tinggal yang kotor dan tidak sehat dapat meningkatkan resiko
terkena penyakit pielonefritis terutama temapt sanitasi yang buruk, karena dapat
menjadi tempat berkembang biaknya bakteri yang menyebabkan infeksi.
e. Agama
Agama tidak mempengaruhi sesorang untuk terkena penyakit pielonefritis.
F. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di tempat dan gaya hidup yang tidak bersih maka akan
berisiko lebih tinggi terkena infeksi pielonefritis.

2. Status Kesehatan
a.Keluhan Utama
Klien dengan penyakit pielonefritis biasanya mengeluhkan nyeri di punggung bagian
bawah, dan juga gejala yang timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, mual
dan muntah.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji seberapa lamanya gejala berlangsung (saat proses masuknya bakteri ke
kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi), nyeri abdomen atau punggung
belakang, demam atau gejala peradangan lainnya, perubahan selera makan,
penurunan berat badan, dan kebiasaan buang air kecil/BAK (frekuensi, warna, dll).
Perhatikan juga adanya riwayat transfusi darah, dan penggunaan obat-obat
intravena.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji penyakit kesehatan terdahulu Klien yang dapat berhubungan dengan
timbulnya penyakit pielonefritis yang diderita. Misalnya infeksi saluran kemih/ISK,
kencing manis, batu ginjal, riwayat kehamilan pada wanita yang memungkinkan
terjadinya infeksi oleh bakteri yang naik dari saluran kemih bawah, dipermudah
oleh stasis urine akibat adaptasi kehamilan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji riwayat penyakit keluarga apakah ada keluarga yang memiliki penyakit infeksi
atau gangguan sistem perkemihan. Namun penyakit pielonefritis bukan penyakit
genetik.
e. Riwayat Imunisasi
Imunisasi berfungsi sebagai penunjang sistem pertahanaan tubuh, sehingga apabila
seorang anak tidak diberikan imunisasi tepat pada usianya maka anak tersebut
dapat beresiko terserang oleh bakteri yang dapat memicu terjadinya penyakit
pielonefritis.
3, Pola fungsi kesehatan

a. Pola Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit


Pada anak yang mengalami penyakit pielonefritis pola hidup sehat harus
ditingkatkan dalam menjaga kebersihan diri, perawatan, gaya hidup
sehat. Ibu juga berkewajiban rutin memeriksakan anaknya dan
melakukan imunisasi secara rutin. Ibu hamil harus sering melakukan
pemeriksaan urin untuk mengetahui penyakit secara dini.
b. Pola Nutrisi – Metabolisme
Pada umumnya setelah menderita penyakit ini pola makannya tidak
teratur karena mengalami penurunan nafsu makan, dan juga nausea
dan vomitus. Sehingga berat badan Klien akan menurun dan terlihat
lemah karena intake nutrisi yang tidak adekuat dan gangguan
metabolisme.
c. Pola Eliminasi
Klien yang mengalami pielonefritis akan mengalami gangguan pada
pola eliminasi, seperti disuria saat berkemih pada pielonefritis akut dan
poliuria pada pielonefritis kronis. Selain itu juga terdapat nyeri saat
berkemih, hal ini bisa diakibatkan karena kejang ureter dari hasil infeksi.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur klien pielonefritis biasanya tidak bisa nyenyak, sering terbangun
karena terganggu akibat nyeri yang dirasakan pada punggung belakang. Biasanya
nyeri disebabkan oleh kejang ureter karena adanya infeksi.
e. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien dengan penyakit pielonefritis jarang mengalami gangguan konsep diri, hanya
saja menimbulkan kecemasan atau kekhawatiran karena kurangnya pengetahuan
terhadap penyakit yang dialami.
f. Pola Latihan dan Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan oleh klien dengan penyakit pielonefritis terbatas dan
terganggu, tidak dapat melakukannya secara bebas. Hal ini dikarenakan nyeri pada
punggung bagian belakang. Selain itu klien juga merasakan lemas.
g. Pola Hubungan dan Peran
Mampu berorientasi terhadap orang, waktu, dan tempat dengan baik. Hubungan
dengan keluarga yang baik akan memberikan dukungan pada Klien untuk cepat
sembuh, dapat terlihat dengan adanya keluarga yang menemaninya di rumah
sakit. Hubungan Klien dengan tim medis maupun perawat yang baik dan
kooperatif akan memudahkan proses perawatan.
h.Pola Reproduksi/ Seksual
Kaji apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan dengan
reproduksi sosial. Pada anak yang menderita pielonefritis bisa saja mengalami
gangguan dalam reproduksi, apabila infeksi yang terjadi pada saluran perkemihan
menimbulkan komplikasi pada sistem reproduksi yang secara letak anatomi
dekat dengan sistem perkemihan.
i.Pola Koping dan Toleransi Stres
Dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam memotivasi klien untuk
mengurangi tingkat stres atau kecemasan yang dirasakan.
j.Pola Keyakinan dan Nilai
Meyakini bahwa penyakit yang diderita merupakan takdir dan kehendak Tuhan.
Klien tetap bisa menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang diyakininya. Kaji
apakah ada keyakinan yang dapat memperparah infeksi.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Seorang anak dengan penyakit pielonefritis didapatkan keadaan umum yang lemah dan
lemas.
b.Kesadaran
Klien dengan pielonefritis umumnya tidak mengalami penurunan kesadran dan kompos
mentis.
c.Tanda-tanda vital
Tekanan darah klien mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi, denyut nadi
juga meningkat, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40°C, dan frekuensi pernapasan
pada klien juga meningkat di atas 24x/menit.
d.Berat badan
Berat badan biasanya ditemukan mengalami penurunan karena klien yang mengalami mual
dan muntah sehingga intake nutrisi tidak adekuat.
e.Kepala
Bentuk kepala biasanya simetris, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada kelainan pada bagian
kepala.
F.Wajah
Wajah simetris, ekspresi wajah meringis bila terjadi kejang ureter yang mengakibatkan
nyeri, dan tidak adanya nyeri tekan.
g.Mata
Pada mata klien dengan pielonefritis tampak simetris, sklera terlihat putih, konjungtiva tidak
anemis (kecuali pada klien yang mengalami hemolisis akibat endotoksin sehingga klien
mengalami anemia akut), gerakan bola mata normal, refleks pupil terhadap cahaya normal
(jika diberi cahaya pupil akan mengecil), keadaan bulu mata normal, dan tidak adanya nyeri
tekan.
h.Hidung dan Sinus
Tidak ada kelainan pad bagian ini. Hidung tampak simetris dan tidak adanya nyeri tekan.
i.Leher
Pada kelenjar tiroid tidak mengalami pembengkakan. Perlu juga dikaji apakah ada
peningkatan tekanan vena jugularis atau tidak.
j.Thorax
Bentuk dada klien yang menderita pielonefritis biasanya simetris. Sekitar 1 sampai 2 persen
wanita dengan pielonefritis anterpartum mengalami insufisiensi pernapasan dengan
keparahan beragam akibat edema paru dan cedera alveolus yang disebabkan oleh
endotoksin. Pada beberapa wanita, paru-paru mengalami gangguan berat disertai timbulnya
sindrom distres pernapasan akut yang memerlukan ventilasi mekanis.
k.Genetalia dan anus
Pada penderita pielonefritis tidak ditemukannya kelainan pada organ genetalia dan anus.

l.Abdomen
Pada klien dengan penyakit pielonefritis ditemukan adanya nyeri pegal di satu atau kedua
daerah pinggang lumbal dan nyeri tekan pada sudut kostovertebra. Dapat juga terjadi
pembesaran di salah satu atau kedua ginjal saat dilakukan palpasi dan terkadang otot perut
mengalami kontraksi yang kuat.
m.Ekstermitas
Pada ekstermitas tidak terdapat kelainan/normal.
5 Pemeriksaan Urologi
a. Pemeriksaan ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran atau
pembengkakan pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas dan mengkaji ada
atau tidaknya nyeri tekan. Ginjal teraba membesar.
b. Pemeriksaan Buli-Buli
Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut
bekas irisan/operasi di suprasimfisis.
c. Pemeriksaan Neurologi
Ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik yang
mengakibatkan kelainan pada sistem urogenetalia, seperti pada lesi motor neuron
atau lesi saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli-buli neurogen.
Inspeksi
Dapat dilihat ada atau tidaknya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas
Ekspresi atau mimik wajah meringis
Klien tampak menggigil
Klien tampak memegang area pinggang atau abdomen
Klien tampak tidak bisa menahan BAK
Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan. tangan
kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan
tangan kanan meraba ginjal dari depan.
Terdapat nyeri pada pinggang dan perut
Adanya pembengkakan ginjal (ginjal membesar)
Dahi dan kulit tubuh teraba panas
Perkusi
Dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kosto-vertebra (yaitu sudut
yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra). Pada klien pielonefritis
akan terdengar suara tenderness
Auskultasi
Suara usus melemah seperti ileus paralitik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a.Urinalisis
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-kasus urologi.
Pemeriksaan ini meliputi uji:
1.Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
2.Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/PH, protein, dan gula dalam
urine
3.Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau bentukan
lain di dalam urine.
Pada Klien yang menderita pielonefritis saat pemeriksaan urinalisis
ditemukan adanya piuria, bakteriuria (terdapat bakteri di dalam urine), dan
hematuria (terkandung sel-sel darah merah di dalam urine).
1.Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya infeksi
saluran kemih atau ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
2.Hematuria positif bila terdapat 5-10 eritosit/LPB sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju endap
darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. Pada Klien dengan pielonefritis, hasil
pemeriksaan darah rutinnya menunjukkan adanya leukositosis (menurunnya jumlah atau
kadar leukosit di dalam darah) disertai peningkatan laju endap darah.

Test Faal Ginjal


Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin, kadar
ureum, atau BUN (blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin. Pemeriksaan BUN, ureum
atau kreatinin di dalam serum merupakan uji faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik.
Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3
dari fungsinya.
Maka daripada itu, Klien pielonefritis baru akan menunjukkan adanya penurunan faal ginjal
bila sudah mengenai kedua sisi ginjal.

Kultur Urine
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih. Pada pria, urine yang
diambil adalah sample urine porsi tengah (mid stream urine), pada wanita sebaiknya diambil
melalui kateterisasi, sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari aspirasi suprapubik atau
melalui alat penampung urine.
Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan infeksi pada sistem urinaria yang
ditandai dengan Klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan sulit tidur, suhu tubuh
meningkat, dan leokosit meningkat.
2.Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi pada saluran kemih yang di tandai
dengan Klien sering berkemih, jumlah volume urin meningkat.
3.Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan atau infeksi yang ditandai dengan
suhu tubuh meningkat (380 C), kulit hangat dan menggigil.
4.etidakseimbangan Volume Cairan Tubuh kurang dari Kebutuhan Tubuh dengan peningkatan
laju metabolik (demam) dan pengeluaran cairan yang berlebih (poliuri) yang di tandai dengan
Klien terlihat lemas, frekuensi berkemih meningkat.
5.Gangguan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan akibat dari penurunan kontraktilitas otot polos dan penurunan peristaltic ditandai
dengan Klien terlihat lemah dan makanan Klien utuh.
6.Nausea berhubungan dengan peningkatan asam lambung ditandai dengan Klien mengeluh
sering mual dan muntah.
7.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keluarnya otot kekurangan energi ditandai
dengan Klien merasa lemah dan diam di tempat tidur, klien mudah lelah, terlihat pucat dan
lemas.
8.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan demam yang dirasakan Klien ditandai
dengan Klien sering terbangun di malam hari akibat nyeri yang dirasakannya.
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tinfakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
dengan proses inflamasi keperawatan selama 3x24 jam karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
dan infeksi pada sistem Klien tidak mengalami nyeri, b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
urinaria yang ditandai dengan kriteria hasil: c. Bantu Klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dengan klien mengeluh a. mampu mengontrol nyeri (tahu tindakang kenyamanan yang efektif yang pernah dilakukan,
nyeri pada bagian penyebab nyeri, mampu seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin.
pinggang dan sulit menggunakan tehnik d. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
tidur, suhu tubuh nonfarmakologi untuk seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
meningkat, dan leokosit mengurangi nyeri, mencari e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
meningkat. bantuan); f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk memberikan intervensi yang
b. melaporkan bahwa nyeri tepat
berkurang dengan g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
menggunakan manajemen distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri; h. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk
c. mampu mengenali nyeri (skala, mengurangi nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda i. Tingkatkan istirahat
nyeri); j. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
d. menyatakan rasa nyaman lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
setelah nyeri berkurang; prosedur
e. tanda vital dalam rentang k. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
normal; pertama kali
f. tidak mengalami gangguan
tidur;

2 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin
urinarius berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam b. Tentukan pola berkemih normal Klien dan perhatikan variasi
dengan infeksi pada pola eliminasi urine Klien c. Dorong peningkatan pemasukan
saluran kemih yang di kembali optimal, dengan kriteria d. Kaji keluhan kandung kemih penuh.
3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan a. Monitor suhu sesering mungkin
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam b. Monitor warna dan suhu kulit
proses peradangan atau Klien menunjukkan : suhu tubuh c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
infeksi yang ditandai dalam batas normal dengan d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
dengan suhu tubuh kreiteria hasil: e. Monitor intake dan output
meningkat (380 C), kulit a. Suhu 36 – 37C f. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian anti piretik dan
hangat dan menggigil. b. Tanda-tanda vital dalam batas analgesik
normal g. Selimuti Klien
c. Tidak ada perubahan warna h. Berikan kompres dingin kepada Klien pada lipat paha dan
kulit dan tidak ada pusing, aksila
merasa nyaman i. Tingkatkan sirkulasi udara
j. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
k. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
l. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
m. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran
mukosa)
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
volume cairan tubuh: keperawatan selama 3x24 jam b. Pasang kateter urin jika diperlukan
kurang dari kebutuhan defisit volume cairan teratasi c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: Hmt , osmolalitas urin)
peningkatan laju a. mempertahankan urine output d. Monitor tanda-tanda vital
metabolik (demam) dan sesuai dengan usia dan bb, bj e. Monitor masukan makanan / cairan
pengeluaran cairan urine normal; f. Monitor status nutrisi
yang berlebih (poliuri) b. tekanan darah, nadi, suhu g. Berikan diuretik sesuai interuksi
yang di tandai dengan tubuh dalam batas normal; h. Monitor berat badan
klien terlihat lemas, c. tidak ada tanda tanda i. Monitor elektrolit
frenkuensi berkemih dehidrasi, elastisitas turgor j. Monitor tanda dan gejala dari odema
meningkat kulit baik, membran mukosa k. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
lembab, tidak ada rasa haus edema, distensi vena leher, asites)
yang berlebihan; l. Kaji lokasi dan luas edema
d. orientasi; terhadap waktu dan
tempat baik
e. jumlah dan irama pernapasan
dalam batas normal;
f. elektrolit, hb, hmt dalam batas
normal;
g. ph urin dalam batas normal;
h. intake oral dan intravena
adekuat.
Pe laksanaan

No Diagnosa Impleme nta si


1. Nyeri akut a. Telah dilakuka n pemantauan tanda-tanda vital
berhubungan b. Telah dilakukan pengkajian nyeri secara
dengan proses komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
inflamasi dan durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
infeksi pada sistem presipitasi.
urinaria yang c. Telah dilakukan observasi reaksi nonverbal
ditandai dengan dari ketidaknya ma na n Klien .
klien mengeluh d. Telah diberikan bantuan kepada Klien dan
nyeri pada bagian keluarga dalam mencari dan menemukan
pinggang dan sulit tindakan kenyamanan yang efektif yaitu
tidur, suhu tubuh relaksasi dan kompres
meningkat, dan e. Telah dilakukan pengendalian faktor
leokosit meningkat. lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
yaitu suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisinga n
f. Telah dikaji tipe dan sumber nyeri
g. Telah dijarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat.
h. Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri
2. Ganggua n a. Telah dikaji pemasukan dan pengeluara n dan
eliminasi urinarius karakteristik urin
berhubunga n b. Klien diminta untuk minum setidaknya dua
dengan infeks i liter
pada saluran kemih c. Mengkaji keluhan kandung kemih penuh.
yang di tandai d. Telah dilakuka n pemeriksaan laboratorium;
3. Hipertermia a. Telah dilakuka n monitor suhu setiap 2 jam
berhubungan b. Telah dilakukan monitor warna dan suhu kulit
dengan proses dengan hasil warna kuning langsat dan suhu
peradangan atau dingin
infeksi yang c. Telah dilakukan monitor tekanan darah, nadi
ditandai dengan dan RR, dengan hasil TD:145/90, nadi: 100,
suhu tubuh dan RR 24x/menit
0
meningkat (38 C), d. Telah dilakukan kolaborasikan dengan dokter
kulit hangat dan dalam pemberian anti piretik dan analgesik
menggigil. e. Telah menginstruksikan kepada keluarga klien
untuk menye limutu klien
f. Telah diberikan kompres dingin kepada Klien
pada lipat paha dan aksila
g. Telah dilakuka n monitor hidrasi yakni pada
turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
4 Ketidakseimbangan a. Telah dilakukan pencatatan intake dan output
volume cairan cairan tubuh secara akurat
tubuh: kurang dari b. Telah dilakukan monitor hasil lab yang sesuai
kebutuhan dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas
berhubungan urin)
dengan c. Telah dilakuka n pengkajian tanda-tanda vital
peningkatan laju d. Telah dilakuka n pengkajian status nutrisi
metabolik (demam) e. Telah dilakukan pemberian diuretik sesuai
dan pengeluaran instruksi dokter
cairan yang f. Telah dilakuka n pengukuran berat badan
berlebih (poliuri) g. Telah dilakuka n pengkajian elektrolit
yang di tandai h. Telah dilakukan pengkajian tanda dan gejala
dengan klien dari odema, dengan hasil tidak terjadi oedema
terlihat lemas,
frenkuensi
berkemih
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi