Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELUARGA DENGAN
BALITA
TUTOR E KEP KELUARGA
Suci Tarmira - 1610711111
Maya Suryawanti - 1610711112
Nurfatma Silvia - 1610711117
GROUPS
Yustika Damayanti - 1610711119
Santi Sri Hartini - 1610711120
1. pendahuluan berdasarkan prevalensi
2. Teori keluarga dengan balita sakit
CONTENT 3. Asuhan Keperawatan berdasarkan
NANDA, NIC, NOC
4. pembahasan
TEORI KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN
BALITA SAKIT
PREVALENSI
Menurut WHO Di Asia jumlah balita kurang gizi diperkirakan lebih besar sekitar 71 juta pada tahun 2012.
Sekitar 178 juta anak secara global terlalu pendek untuk kelompok usia mereka dan kejadian ini menjadi
indikator kunci dari mal nutrisi kronis (WHO, 2013). Dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas 2013),
menyajikan prevalensi berat-kurang (underweight) menurut provinsi dan nasional. Secara nasional,
prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9
persen gizi kurang. Sedangkan pravalensi gizi kurang dijawa timur pada tahun 2013 sebesar 9,9%. Hasil data
Dinas kesehatan Ponorogo status gizi kurang yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan jetis
pada tahun 2016 terdapat 23,62% sebanyak 418 balita Gizi kurang dari 1772 balita.
Masalah yang sering muncul pada balita ini juga ada ISPA dan Karies gigi. Prevalensi penyakit
menular seperti ISPA pada balita mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas
2013. Prevalensi ISPA turun dari 13,8% menjadi 4,4%. Penyakit karies gigi hingga sekarang
masih menjadi prioritas permasalahan terhadap kesehatan anak. Bila ditinjau dari kelompok umur
penderita karies gigi terjadi peningkatan pula prevalensinya dari tahun 2007 ke tahun 2013,
dengan peningkatan terbesar pada usia balita 1-4 tahun (10,4%) (Riskesdas, 2013).
PREVALENSI
Baik Status gizi anak balita, karies gigi ataupun ISPA salah satunya dipengaruhi oleh faktor kondisi
sosial ekonomi, antara lain pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, pengetahuan dan pola
asuh ibu serta kondisi ekonomi orang tua secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami ingin
membahas tentang pentingnya asuhan keperawatan keluarga pada balita.
KONSEP KELUARGA
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling berbagi
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Berbeda halnya dengan Padila (2012), keluarga adalah
suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian atau sebagai sosial terkecil yang terdiri dari
seperangkat komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-
sistem lain.
Sudiharto (2007), mendefinisikan keluarga adalah unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga lain.
Dari beberapa pengertian keluarga disimpulkan keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup
bersama dan diikat oleh suatu ikatan pernikahan yang sah untuk berbagi pengalaman satu sama
lain dan mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani pasangan.
KONSEP KELUARGA
1.Nuclear
• Adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan
family (keluarga anak yang masi menjadi tanggungannya dan tinggal
inti) satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.
1.Extended
• Adalah satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua
family (keluarga keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan
besar) saling satu sama lain.
1.Three generation • Family adalah yang terdiri dari tiga generasi yaitu
kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu
rumah.
1.Single adult living alone • Adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu
orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
FUNGSI FUNGSI
FUNGSI AFEKTIF
SOSIALISASI DAN PERAWATAN
KELUARGA
STATUS SOSIAL KESEHATAN
FUNGSI
FUNGSI EKONOMI
REPRODUKSI
TAHAP PERKEMBANGAN KEHIDUPAN KELUARGA
• Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu
1.Tahap I: Keluarga Pasangan keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk
Baru (beginning family) keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru.
(Friedman, 2010).
•. Tugas
perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak
1.Tahap II: Keluarga Kelahiran pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting.
Anak Pertama (childbearing Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit
keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab
family) (Friedman, 2010).
1.Tahap III: Keluarga dengan • Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun
kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
Anak Prasekolah (families with mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri,
membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan
preschool) fasilitas juga harus aman untuk anak-anak (Friedman, 2010).
• Tahap ini dimulai pada saat tertua memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia
1.Tahap IV: Keluarga dengan 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal
dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal menurut Duvall dan Miller (1985
Anak Sekolah (families with dalam Friedman, 2010). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
school children) keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi
sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman,
2010).
1.Tahap V: Keluarga dengan • Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyeimbangkan
Anak Remaja (families with kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan
semakin meningkatnya otonomi (Friedman, 2010).
teenagers)
1.Tahap VI: Keluarga • Tahap perkembangan keluarga disini adalah keluarga membantu
Melepaskan Anak Dewasa anak tertua untuk terjun ke duania luar, orang tua juga terlibat
Muda (launching center dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri
(Friedman, 2010).
families)
Tahap VIII: Keluarga Lanjut • Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat
pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah
Usia dan Pensiunan satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain menurut
Duvall dan Miller (1985 dalam Friedman, 2010).
MASALAH KESEHATAN PADA BALITA DENGAN GIZI KURANG
Pengertian Gizi Kurang
Gizi (nutrition) adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi (penyerapan), transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan
fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi (Pudiastuti, 2011).
Gizi kurang atau kurang gizi (sering kali tersebut malnutrisi) muncul akibat asupan energi dan
makronutrien yang tidak memadai. Pada beberapa orang kurang gizi juga terkait dengan
defisiensi mikronutrien nyata ataupun subklinis (Webster-Gandy, 2014).
Agregat Balita
Balita sebagai Populasi Resiko Kelompok resiko adalah kumpulan orang yang lebih beresiko
menderita suatu penyakit daripada yang lain (Stanhope & Lancaster, 2004). Allender dan
Spradley (2005) mendefinisikan populasi resiko sebagai kumpulan orang yang berpeluang
mengalami peningkatan masalah kesehatan karena beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan populasi resiko merupakan kelompok yang
memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan
kelompok lain bila dipaparkan pada kondisi tertentu. Stanhope dan Lancaster (2004)
BALITA SEBAGAI KELOMPOK BERESIKO
FAKTOR FAKTOR
FAKTOR BIOLOGI
LINGKUNGAN EKONOMI
FAKTOR
FAKTOR GAYA PERISTIWA
HIDUP/PERILAKU DALAM
KEHIDUPAN
TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN TAHAP USIA PRA
SEKOLAH
Tugas perkembangan keluarga dengan tahap anak usia pra sekolah yaitu: pemenuhan
kebutuhan anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan kebutuhan
anak pra sekolah, merencanakan kelahiran/kehamilan berikutnya, mempertahankan
hubungan di dalam maupun di luar keluarga , pembagian waktu untuk individu, pasangan
dan anak, pembagian tanggung jawab, dan merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi
tumbuh kembang anak
Kemampuan keluarga mengenal masalah gizi pada anak
1. Keluarga mengetahui cara penanganan sulit makan dengan mengetahui kebutuhan gizi
anak,
2. cara pengolahan dan penyajian makan yang baik serta cara pemberian makan yang tepat
untuk mengatasi masalah sulit makan pada anak.
3. Selain itu, keluarga perlu mengetahui cara pemberian makan yang tepat bagi anak yang
memiliki masalah sulit makan yaitu meningatkan anak untuk makan saat menjelang waktu
makan, tidak memberikan makanan selingan mendekati jam makan, memberikan makanan
secara bertahap (porsi sedikit dengan intensitas sering), memberikan kesempatan pada
anak untuk makan sendiri dan tidak memburu – buru anak untuk cepat menghabiskan
makanannya.
4. Dukungan keluarga dalam membentuk perilaku makan sehat pada anak dapat diwujudkan
dengan memberi contoh konsumsi makanan sehat dan menciptakan suasana makan yang
menyenangkan bagi anak yaitu dengan menggunakan kata - kata dengan nada lembut saat
memberikan makan, menyajikan makanan yang mudah digenggam dan dalam bentuk,
tekstur, warna dan rasa yang menarik serta melibatkan anak dalam membuat menu
makanan (Wong, 2009).
Kemampuan keluarga memelihara kondisi lingkungan yang sehat
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan
bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri.
ISPA akan menyerang host apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling
banyak ditemukan pada anak-anak dan paling sering menjadi satu-satunya alasan untuk datang ke
rumah sakit atau puskesmas untuk menjalani perawatan inap maupun rawat jalan (Cahya, 2016).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh anak
masih rendah. Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi
saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
semua golongan umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi Pneumonia sering terjadi pada
anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene (Siska, 2017).
Masalah Kesehatan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
Keluarga yang memiliki balita ISPA dirumah sebagian besar akibat ibu
yang tidak mengetahui bagaimana cara pencegahan(Putro 2008) dan ibu
kurang memberi perawatan sewaktu balitanya sakit
(Syahrani,Santoso,&Sayono 2011). Pada penelitianKasnodihardjo,
Prasodjo,&Musadad (2009)mengungkapkan Masyarakat masih
berorientasi pada pengobatan penyakit dibandingkan pencegahan..
Metode pendidikan kesehatan tentang ISPA yangd ilakukan oleh
puskesmas selama ini ialah penyuluhan dengan melibatkan banyakorang.
Sementara itu, pendidikan kesehatan dengan pendekatan individual tidak
pernahdilakukan.
Pencegahan Primer
Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan pelayanan pencegahan primer
atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini ditandai dengan upaya meningkatkan
kesehatan (health promotion) dan memberikan perlindungan khusus (spesific protection). Upaya
promosi kesehatan meliputi pemberian informasi mengenai cara menyingkirkan plak yang efektif atau
cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk
pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan membangun
penghalang untuk melawan mikroorganisme (Rethman, 2000).
Pencegahan Sekunder
Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal pathogenesis merupakan pelayanan pencegahan
sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi.
Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan
penambalan pada lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas (Rethman,
2000).
Pencegahan Tersier
Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dikenal sebagai pencegahan
tersier bertujuan untuk mencegah kehilangan fungsi dari gigi. Kegiatannya meliputi pemberian
pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk
dalam kategori ini (Rethman, 2000).
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN BALITA SAKIT
Keluarga dengan Balita Perawat T mempunyai keluarga binaan yaitu keluarga Bp. Rs (30 th)
dengan anak pertama, An R berusia 3 tahun. Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Bp Rs
terdapat beberapa masalah kesehatan yang dialami. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, berat
badan (BB) An R 10 kg, tinggi badan (TB) 89 cm. Menurut hasil perhitungan BB/ TB anak
perempuan usia 2- 5 tahun Depkes RI, An R dikategorikan memiliki gizi kurang. An. R tidak
menentu pola makannya. Terkadang An R tidak makan nasi dalam sehari, hanya minum susu saja.
Kalau An. R sedang mau makan biasanya 2 x per hari, pagi dan sore. Keluarga Bp Rs makan
setiap hari dengan komposisi nasi, lauk, sayur (2-4 kali per minggu), buah (belum tentu tiap minggu
konsumsi buah) dan susu (khusus untuk An R). Pola makan An R jika dirinci adalah sebagai
berikut: susu 3- 4 botol per hari @ 120 cc dengan perbandingan 3 sendok susu kental manis dan
120 cc air, nasi 2 x per hari (pagi dan sore) @ 7 sendok makan, sayur hanya mau kuah nya saja
kecuali sayur kangkung. Sayur belum tentu makan setiap hari, hanya 2-3 x per minggu. Buah
belum tentu makan setiap minggu, yang disukai hanya buah jeruk. Setiap bangun tidur jam 06. 00
pagi An R minum susu, jam 08.00 pagi makan makanan kecil sambil nonton TV, jam 09.00 makan
pagi (belum tentu makan pagi tiap hari) jam 11.00 minum susu, jam 14.00 minum susu, jam 15.00
makanan kecil, jam 17.00 makan sore, dan jam 19.00 minum susu.
An R alergi telur, tiap makan telur kelur bintik- bintik merah pada muka AnR. Ibu E tidak
mengetahui komposisi makanan yang tepat dan cara mensiasati An. R yang tidak suka
makan sayur dan buah. Ibu E tidak mengetahui bagaimana mengolah makanan secara
variatif dan membuat makanan camilan yang kaya gizi dan sehat. Ketika An R susah
makan, ibu E tetap membujuk agar An R mau makan. Akan tetapi Ibu E tidak pernah
memodifikasi lingkungan menjadi menyenangkan dan menarik keinginan anak untuk
makan. Menurut Ibu E, posyandu merupakan sarana untuk pemantauan gizi dan berat
badan balita. Akan tetapi Ibu E malas mengajak An R ke posyandu karena saat posyandu
banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan.selain itu anak R saat ini juga sedang
mengalami masalah kesehatan batuk dan pilek, An R mengalami batuk pilek sudah 3 hari
ini, Anak.R mengalami sesak nafas saat tidur sehingga mengganggu tidurnya, ibu E
malas membawa anaknya pergi ke puskesmas dikarenakan biasanya hanya diberikan
obat batuk warung An.R dapat sembuh. Tahap lanjut setelah pengkajian dan merumuskan
masalah adalah menyusun perencanaan dan implementasi. An R juga saat dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan giginya berlubang, terlihat ada gigi yang hitam-hitam, minum
susu saat tidur karena masih minum memakai dot, terkadang juga suka sakit giginya.
Pertumbuhan An R bagus sesuai tahapan perkembangannya di usia 4 tahun, namun Ibu
E ingin memberikan mainan sesuai tahap tumbuh kembang An R tapi tidaktahu.
PENGKAJIAN
Tipe keluarga :
Jenis tipe keluarga : Nuclear Family
Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga : keluarga klien mempunyai masalah
yaitu Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan An.
R yang dikategorikan memiliki gizi kurang, Batuk Pilek pada An. R sudah 3 hari,
masalah gigi yang menghitam, dan ketidakmampuan ibu untuk memilih mainan
sesuai tumbuh kembang serta membuat keputusan.
Suku Bangsa
Asal suku bangsa : Jawa Barat
Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : klien beranggapan sakit akan
sembuh hanya dengan minum obat warung (tidak mengunjungi Puskesmas).
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : klien mengatakan anak sering batuk pilek, tidak mau makan,
dan suka jajan di pinggir jalan
HASIL PENGKAJIAN
III. PENGKAJIAN Karakteristik rumah 1. Jenis rumah: Petak
LINGKUNGAN 2. Jenis bangunan : Semipermanen
3. Luas bangunan : ± 4x18 m2
4. Luas perkarangan : 6 m2
5. Status kepemilikan rumah : Milik keluarga
Tn.S
6. Kondisi ventilasi rumah: Kurang baik
7. Kondisi penerangan rumah : Kurang baik
8. Kondisi pencahayaan rumah: Kurang baik
9. Kondisi lantai : Kurang bersih dan tidak
teratur
10. Kebersihan rumah secara keseluruhan:
Bersih
11. Bagaimana pembagian ruangan dirumah :
Tertata baik
12. Pengelolaan sampah keluarga : Dibakar
13. Sumber air bersih dalam keluarga :
Sumur Artetis
14. Kondisi jamban keluarga: Bersih
15. Pembuangan limbah : BerSIH
Karakteristik tetangga Tetangga keluarga Tn.RS sebagian besar
dan komunitas RW bekerja sebagai buruh, kuli, dan pengrajin
kayu, sebagian karyawan swasta. Tidak
ada kebiasaan kurang baik dari
lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan. Bila ada masalah antar warga,
diselesaikan dengan pertemuan tingkat
RT yang dipimpin oleh ketua RT.
Startegi koping yang digunakan Jika ada masalah keluarga lebih suka
berunding bersama atau konsultasi dengan
orang yang lebih tahu atau orang tua mereka
DO:
DO:
NO Diagnosa Keperawatan
- Keluarga Tn.S memeriksakan anggota 6.beri pujian atas jawaban yang disampaikan
oleh keluarga.
keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan
7. Beri penjelasan tentang penyakit ISPA dan
Puskesmas. komplikasinya
8. diskusikan dengan keluarga tentang
pengertian ISPA menggunakan lembar
balik/leaflet. Ajarkan kepada keluarga untuk
latihan nafas dalam dan batuk efektif secara
mandiri.