Vous êtes sur la page 1sur 34

Askep Hiperplasi Prostate

Besarnya prostat adalah sebagai


berikut :
• Transversal : 1,5 inchi
• Vertical : 1,25 inchi
• Anterior Posterior : 0,75 inchi
• Prostat terdiri dari 5 lobus yaitu :
– Dua lobus lateralis
– Satu lobus posterior
– Satu lobus anterior
– Satu lobus medial
• Normal beratnya prostat pada orang dewasa
diperkirakan 20 gram.
Pengertian BPH
• BPH adalah Adl pembesaran jinak kelenjar
prostat krn hiperplasia beberapa/semua
komponen prostat meliputi jaringan
kelenjar/fibromuskuler yg menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika.
Faktor Resiko
• Usia ( > 50 tahun)
• Riwayat Keluarga
• Ras (kulit hitam resiko 2x, Asia resiko > rendah)
• Obesitas (Peningkatan estrogen, gg prostat,
penekanan pd otot organ seksual)
• Kurang olahraga (olahraga menurunkan hormon DHT
dan obesitas)
• Merokok (Nikotin meningkatkan aktivitas enzim
perusak androgen, menyebabkan turunnya
testosteron)
Lanjutan Faktor Resiko
• Pola diet
• Aktivitas seksual
• Alkohol
Etiologi
Idiopatik (Peny pasti tdk diketahui)
• Teori hormonal (pertambahan usia, terjadi
ketdkseimbangan estogen dan progesteron. Sifat
estrogen adl merangsang terjadinya hiperplasia
• Teori Growth faktor (memacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat)
• Peningkatan lama hidup sel prostat krn berkurangnya
jlh sel yg mati
• Teori stem cell (proliferasi abnormal stem cell
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat berlebihan
Patofisiologi

Hipersesitifitas otot destruktor

Kegagalan Peningkatan prod urine

Miksi terputus Peningkatan rangsangan vesika

Retensi
Obstruksi

Inkotinensia

Iritasi
Manifestasi Klinis
• Gejala pd saluran kemih bawah
1. Gejala iritatif : urgency (tdk bs menahan BAK), Nokturia,
Disuria, Frequency (sering BAK)
2. Gejala obstruktif :
-pancaran kencing melemah
- rasa tdk puas sehabis miksi
- Hecitancy (miksi harus menunggu lama dan harus mengejan)
- Terminal dribling (menetesnya urin diakhir BAK)
- - intermitency (aliran kencing terputus2)
- Waktu miksi memanjang yg akhirnya menjadi retensi urine dan
inkontinensia
• Gejala pd saluran kemih bagian atas : berupa
adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang,
benjolan dipinggang (merupakan tanda dari
hidronefrosis), atau demam yang merupakan
tanda infeksi

• Gejala di luar saluran kemih


px datang dgn keluhan hernia / hemoroid
 keletihan, anoreksia, mual & muntah, rasa tidak
nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat
terjadi dengan retensi kronis yg besar
Derajat BPH
• a.Derajat 1
keluhan prostatisme, penonjolan prostat 1-2
cm, sisa urin kurang 50 cc, pancaran lemah,
nokturia, berat + 20 gr .
• b. Derajat 2
keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria,
nokturia brtambah berat, panas & menggigil,
nyeri daerah pinggang, prostat > menonjol,
batas atas masih teraba, sisa urin 50-100 cc,
berat + 20-40 gr.
• Derajat 3
Gangguan > berat dari derajat 2, batas
sdh tak teraba, sisa urin > 100 cc,
penonjolan prostat 3-4 cm, berat 40 gr
• d. Derajat 4
Inkontinensia, prostat > menonjol dari 4
cm, ada penyulit ke ginjal spt gagal
ginjal, hidronefrosis.
Pemeriksaan :
• Pemeriksaan fisik
Dapat dilakukan dengan pemeriksaan rectal
toucher, dimana pada pembesaran prostat jinak
akan teraba adanya massa pada dinding depan
rectum yang konsistensinya kenyal, yang kalau
belum terlalu besar masih dapat dicapai batas
atasnya dengan ujung jari, sedang apabila batas
atasnya sudah tidak teraba biasanya jaringan
prostat sudah lebih dari 60 gr.
Colok Dubur
Diagnosa klinik dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan :

• Pemeriksaan sisa kemih


• Pemeriksaan ultra sonografi (USG)
Dapat dilakukan dari supra pubic atau transrectal
(Trans Rectal Ultra Sonografi :TRUS). Untuk
keperluan klinik supra pubic cukup untuk
memperkirakan besar dan anatomi prostat,
sedangkan TRUS biasanya diperlukan untuk
mendeteksi keganasan.
Diagnosa klinik dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan :

• Pemeriksaan endoskopy
Bila pada pemeriksaan rectal toucher,
tidak terlalu menonjol tetapi gejala
prostatismus sangat jelas atau untuk
mengetahui besarnya prostat yang
menonjol ke dalam lumen.
Diagnosa klinik dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan :

• Pemeriksaan radiologi
Dengan pemeriksaan radiology seperti foto polos
perut dan pyelografi intra vena yang sering
disebut IVP (Intra Venous Pyelografi) dan BNO
(Buich Nier Oversich). Pada pemeriksaan lain
pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi
defek irisan kontras pada dasar kandung kemih
dan ujung distal ureter membelok ke atas
berbentuk seperti mata kail/pancing (fisa hook
appearance).
Diagnosa klinik dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan :

• Pemeriksaan CT- Scan dan MRI


Computed Tomography Scanning (CT-
Scan) dapat memberikan gambaran
adanya pembesaran prostat,
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
dapat memberikan gambaran prostat
pada bidang transversal maupun sagital
pada berbagai bidang irisan, namun
pameriksaan ini jarang dilakukan karena
mahal biayanya.
Diagnosa klinik dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan :

• Pemeriksaan sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis
ditemukan hematuria atau pada
pemeriksaan urine ditemukan
mikrohematuria. Sistoscopi dapat
memberi keterangan mengenai besar
prostat dengan mengukur panjang urethra
pars prostatica dan melihat penonjolan
prostat ke dalam urethra.
Diagnosa klinik dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan :

• Pemeriksaan lain
Secara spesifik untuk pemeriksaan
pembesaran prostat jinak belum ada,
yang ada ialah pemeriksaan penanda
adanya tumor untuk karsinoma prostat
yaitu pemeriksaan Prostatic Spesifik
Antigen (PSA), angka penggal PSA ialah
4 nanogram/ml
Pengobatan

• Pengobatan untuk hipertropy prostat ada


2 macam :
– Konsevatif
– Operatif
Pengobatan berdasarkan pembagian
besarnya prostat, yaitu derajat 1 – 4

• Derajat I
Dilakukan pengobatan koservatif,
misalnya dengan fazosin, prazoin dan
terazoin (untuk relaksasi otot polos).
• Derajat II
Indikasi untuk pembedahan. Biasanya
dianjurkan resekesi endoskopik melalui
urethra.
Pengobatan berdasarkan pembagian
besarnya prostat, yaitu derajat 1 – 4

• Derajat III
Diperkirakan prostat cukup besar dan
untuk tindakan yang dilakukan yaitu
pembedahan terbuka melalui
transvesical, retropubic atau perianal.
• Derajat IV
Membebaskan penderita dari retensi
urine total dengan memasang catheter,
untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam
pelaksanaan rencana pembedahan.
Pengobatan konservatif

• Bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan


pembesaran prostat. Tindakan dilakukan bila terapi
operasi tidak dapat dilakukan.
• Tindakan terapi konservatif yaitu :
– Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar
karena adanya infeksi sekunder dengan pemberian
antibiotika.
– Bila retensi urine dilakukan catheterisasi.
Operatif

• Operatif
Pembedahan merupakan pengobatan utama pada
hipertropi prostat benigna (BPH), pada waktu
pembedahan kelenjar prostat diangkat utuh dan
jaringan soft tissue yang mengalami pembesaran
diangkat melalui 4 cara yaitu
– Transurethral
– Suprapubic
– Retropubic
– Perineal.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

• Pengkajian Keperawatan, mengelompokkan data


merupakan langkah yang dilakukan setelah
mengadakan pengumpulan data yang diperoleh
sebagai berikut :
– Nyeri pada daerah tindakan operasi.
– Pusing.
– Perubahan frekuensi berkemih.
– Urgensi.
– Dysuria
– Flatus negatif.
– Luka tindakan operasi pada daerah prostat.
– Retensi, kandung kemih penuh.
– Inkontinensia
– Bibir kering.
– Bising usus negatif.
– Ekspresi wajah meringis.
– Pemasangan catheter tetap.
– Gelisah.
– Informasi kurang.
– Urine berwarna kemerahan.
Diagnosa keperawatan

• Perubahan eliminasi urine berhubungan obstruksi


mekanikal : bekuan darah, oedema, trauma,
prosedur bedah, tekanan dan iritasi catheter/balon.
• Resiko terjadi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan area bedah vaskuler :
kesulitan mengontrol perdarahan.
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive : alat selama pembedahan, catheter,
irigasi kandung kemih sering, trauma jaringan,
insisi bedah.
• Dan lain-lain
Perencanaan

• Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi mekanikal :


bekuan darah, oedema, trauma, prosedur bedah,
tekanan dan irigasi catheter/balon, dit. dg :
– Nyeri pada daerah tindakan operasi.
– Perubahan frekuensi berkemih.
– Urgensi.
– Dysuria.
– Pemasangan catheter tetap.
– Adanya luka tindakan operasi pada daerah prostat.
– Urine berwarna kemerahan.
Perencanaan

– Tujuan : Klien mengatakan tidak ada


keluhan, dengan kriteria :
• Catheter tetap paten pada tempatntya.
• Tidak ada sumbatan aliran darah melalui
catheter.
• Berkemih tanpa aliran berlebihan.
Tidak terjadi retensi pada saat irigasi.
Perencanaan

– Intervensi :
• Kaji haluaran urine dan sistem catheter/drainase,
khususnya selama irigasi kandung kemih.
Rasional :
Retensi dapat terjadi karena edema area bedah, bekuan
darah dan spasme kandung kemih.
• Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan ukuran aliran
setelah catheter dilepas.
Rasional :
Catheter biasanya dilepas 2 – 5 hari setelah bedah,
tetapi berkemih dapat berlanjut menjadi masalah untuk
beberapa waktu karena edema urethral dan kehilangan
tonus.
Perencanaan

• Dorong klien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi


tidak lebih dari 2 – 4 jam.
Rasional :
Berkemih dengan dorongan dapat mencegah retensi, urine.
Keterbatasan berkemih untuk tiap 4 jam (bila ditoleransi)
meningkatkan tonus kandung kemih dan membantu latihan
ulang kandung kemih.
• Ukur volume residu bila ada catheter supra pubic.
Rasional :
Mengawasi keefektifan kandung kemih untuk kosong.
Residu lebih dari 50 ml menunjukkan perlunya kontinuitas
catheter sampai tonus otot kandung kemih membaik.
Perencanaan

• Dorong pemasukan cairan 3000 ml sesuai


toleransi.
Rasional :
Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi
ginjal untuk aliran urine.
• Kolaborasi medis untuk irigasi kandung kemih
sesuai indikasi pada periode pasca operasi dini.
Rasional :
Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan
untuk mempertahankan patensi catheter/aliran
urine.
Evaluasi Keperawatan

• Pola eliminasi urine dapat normal.


– Kriteria hasil :
• Menunjukkan prilaku untuk mengendalikan
refleks kandung kemih.
• Pengosongan kandung kemih tanpa adanya
penekanan/distensi kandung kemih/retensi urine.
Evaluasi Keperawatan

• Terpenuhinya kebutuhan cairan.


– Kriteria hasil :
• Tanda-tanda vital normal
• Nadi perifer baik/teraba.
• Pengisian kapiler baik.
• Membran mukosa lembab.
• Haluaran urine tepat.
• Mencegah terjadinya infeksi.
– Kriteria hasil :
• Tercapainya penyembuhan dan tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Vous aimerez peut-être aussi