Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KONSEP DASAR
PENGERTIAN :
Suatu peny. peradangan rectum dan
kolon terutama mengenai lapisan
mukosa usus besar dan menyebar
secara kontinyu keseluruh daerah yg
terkena .(Corwin,2000)
ETIOLOGI :
PENGERTIAN
Suatu kelainan kolon yang disebabkan
oleh gannguan vaskuler
Etiologi
1. Kolitis iskemik oklusif disebabkan oleh
kerusakan atau oklusi arteri besar dan
kecil yg memperdarahi kolon
misalnya :
– Oklusi arteri pada rekontruksi aorta iliaka
– Reseksi abdomino perianal rectum
– Oklusi arteri mesenterika inferior dan
superior
– Oklusi arteri mesenterika
– Adanya arterisklerosis
2. Kolitis iskemik non oklusif disebabkan
karena rendahnya aliran darah ke kolon
karena keadaan seperti :
– Gannguan curah jantung ventrikel kiri
– Hipovolemi (Perdarahan, dehidrasi)
– Vasokontriksi pembuluh mesenterika
– Episode Hipotensi
– Sensibilitas terhadap hipoksemia
(Pada keadaan hipoksia)
Faktor predisposisi
Data subyektif :
– Melaporkan bab bercampur darah dan lendir dan perut terasa nyeri
Data obyektif :
• Bab cair bercampur lendir dan darah > 6 x /hari
• LED > 30 mm/jam, Leucocytosit (>10.000)
• Suhu > 38 derajat celcius, Nadi > 80 x /menit
• Peristaltik usus meningkat
• Di tinja ditemukan kuman atau parasit
Goal : Mempertahankan pola eliminasi normal
Obyektif :
• Bab normal dengan konsistensi lembek, frekwensi 1-2 x /hari,
• LED < 10 mm/jam
• Suhu 36-37 derajat celcius, Nadi 60-89 x / menit
• Peristaltik usus normal
Intervensi :
1. Observasi dan catat frekwensi bab, karakteristik,
jlh, factor pencetus. R/ Membantu membedakan
peny. dan berat ringannya peny.
2. Tingkatkan tirah baring. R/ Menurunkan peristaltic
usus, juga menurunkan laju metabolisme bila
infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi
3. Identifikasi makanan dan minuman yg
mencetuskan diare. R/ Menghindarkan iritasi usus
dan mengistirahatkan usus
4. Observasi TTV, LED, Leucocyt. R/ Memantau
terjadinya radang
5. Kolaborasi dg memberikan obat seperti anti
kolinergik. R/ Menurunkan peristaltik usus dan
menurunkan sekresi digestif utk menghilangkan
kram dan diare
DX. 2. Kurang volume cairan elektrolit b.d
anoreksia,mual,muntah
Data Subyektif :
• Melaporkan adanya mual muntah, bab encer bercampur
darah dan lendir
Data Obyektif :
• Bab encer bercampur darah dan lendir > 6 x / hari
• Turgor kulit jelek, bibir kering
Goal :
• Mempertahankan volume cairan yg adekuat
Obyektif :
• Bab normal, konsistensi lembek tdk ada darah dan
lendir
• Turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.
Intervensi :
1. Awasi masukan dan haluaran karakter dan jlh
faeses. R/ Memberikan informasi ttg
keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control
peny. Usus juga merpkn pedoman utk
penggantian cairan.
2. Kaji TTV. R/ Hipotensi, takikardi, demam, dpt
menunjukkan respon terhdp kehilangan cairan
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membrane
mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler
lambat. R/ Menunjukkan kehilangan cairan
berlebihan
4. Observasi perdarahan dan tes faeses tiap hari utk
adanya darah samar. R/ Diit tdk adekuat dan
penurunan absorbsi dpt menimbulkan defisiensi
vitamin k dan merusak koagulasi, potemsial resiko
perdarahan.
5. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring
dan hindari kerja. R/ Kolon diistirahatkan utk
penyembuhan dan utk menurunkan kehilangan
cairan
6. Catat kelemahan otot umum atau distrimia
jantung R/ Kehilangan cairan berlebihan dpt
menimbulkan ketidak seimbangan elektrolit
seperti kalium yg penting untuk fungsi tulang
dan jantung.
7. Kolaborasi : Berikan cairan parentral, transfusi
darah sesuai indikasi. R/ Mempertahankan
istirahat usus dan mengganti cairan yg hilang
DX.3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d pembatasan diit, mual muntah, malabsorbsi
Data Subyektif :
• Melaporkan adanya mual muntah, pusing dan lemah
Data Obyektif :
• Adanya edema pada tungkai bawah
• BB menurun
• Tremor, mukosa bibir , kulit dan konyunctiva anemis
• HB dibawah normal
Goal :
• Mempertahankan kebutuhan nutrisi yg adekuat
Obyektif :
• Tdk ada edema, peningkatan BB sesuai sasaran BB ideal,
tdk tremor, mukosa bibir, kulit dan konyunctiva tdk anemis,
HB normal (Diatas 10 gr%)
Intervensi :
1. Timbang BB tiap hari. R/ Memberikan informasi
tentang kebutuhan diit dan keefektifan terapi
2. Tirah baring atau pembatasan aktifitas selama
fase akut. R/ Mencegah penurunan kalori dan
penyimpanan energi.
3. Anjurkan istirahat sebelum makan. R/
menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi
utk makan
4. Anjurkan utk menjaga kebersihan mulut. R/ Mulut
yg bersih dapat meningkatkan napsu makan
5. Sediakan makanan dlm keadaan hangat dan
jauhkan bau-bauan yg merangsang muntah. R/
Lingkungan yg menyenangkan dpt menurunkan
stress dan lebih konduktif utk makan
6. Batasi makanan yg dpt menyebabkan kram
abdomen, flatus. R/ Mencegah
serangan akut/Exaserbasi
7. Catat masukan dan perubahan simptomatologi.R/
Memberi rasa control kpd pas. dan kesempatan utk
memilih makanan yg diinginkan/dinikmati dpt
meningkatkan masukan
8. Dorong pas. utk menyatakan perasaan tentang diit.
R/ Keragu-raguan utk makan mungkin diakibatkan
oleh takut makan akan menyebabkan exaserbasi
gejala
9. Kolaborasi : Pertahankan puasa sesuai indikasi. R/
Istirahat usus menurunkan peristaltic usus, diare,
dimana menyebabkan malabsorpsi/kehilangan
nutrient
DX. 4. Ansietas b.d rencana operasi, perubahan
status kes.
Data Subyektif :
Pas. mengatakan rasa takut apabila
dilakukan pembedahan
Data Obyektif :
Pas. kelihatan tegang, takut, gelisah, dan
susah tidur
Goal :
Pas. akan menunjukkan perilaku rileks
Obyektif :
Pas. tdk tegang, tdk takut atau gelisah, dpt
tidur atau istirahat
Intervensi :
1. Catat perubahan perilaku misalnya gelisah, peka
rangsangan, menolak tindakan, kurang kontak mata,
perilaku menarik perhatian. R/ Sebagai indicator misalnya
pas. merasa tdk diperhatikan di rumah, masalah pribadi,
stress.
2. Dorong pas. utk mengungkapkan masalah serta berikan
umpan balik. R/ Membantu pas. atau org terdekat dlm
mengidentifikasi masalah yg menyebabkan stress.
3. Tingkatkan perhatian dan mendengarkan pas. R/ Dgn
perhatian dpt menciptakan saling percaya dan memberikan
keyakinan pd pas.bahwa perawat selalu ada utk pas.
4. Berikan informasi yg akurat dan nyata ttg apa yg dilakukan
misalnya tirah baring, pembatasan aktifitas. R/ Keterlibatan
pas. dlm perencanaan perawatan memberikan rasa
kontrol dan membantu menurunkan ansietas
5. Berikan lingkungan yg konduktif. R/ Meningkatkan
relaksasi dan membantu menurunkan ansietas
6. Dorong org terdekat utk menyatakan perilaku
perhatian terhdp pas.R/ Membantu menghilangkan
rasa stress dan mempercepat penyembuhan
7. Bantu pas. utk mengidentifikasi parilaku koping dlm
mengatasi stress.R/ Perilaku yg positif dpt
menguatkan penerimaan masalah saat ini,
meningkatkan rasa kontrol diri pas. dg peny.nya
8. Berikan obat sesuai indikasi seperti sedativa.R/
Menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
9. Konsultasi pas. ke bagian psikiatrik, pelayanan sosial
atau keagamaan. R/ Membantu meningkatkan rasa
kontrol dan mengatasi episode akut dg belajar
menerima peny. kronis dan konsekwensinya dg
program terapi.
DX. 5. Nyeri abdomen b.d peningkatan peristaltic usus,
diare lama, iritasi kulit, excoriasi fisura perirektal,
fistula
Data Subyektif :
Pas. mengatakan rasa nyeri pd daerah abdomen t.u
kwadran kiri bawah
Data Obyektif :
Pas. tampak kesakitan, nyeri tekan pada perut kiri
bawah, Nyeri saat dilakukan rectal touse,Peristaltik
usus meningkat, tenesmus
Goal :
Pas. akan melaporkan nyeri hilang atau berkurang
Obyektif :
Tdk ada nyeri perut, tdk ada tenesmus, tampak
rileks, periltaltik usus normal.
Intervensi :
1. Dorong pas. utk melaporkan nyeri. R/ Mencoba
mentoleransi nyeri dr pd meminta analgetik
2. Kaji nyeri abdomen, lokasi nyeri, lamanya nyeri,
intensitas nyeri R/ Nyeri sebelum defikasi sering
terjadi pada colitis ulserosa, perubahan pada
karakteristik nyeri dpt menunjukkan penyebaran
atau komplikasi peny. misalnya megakolon toksik,
perforasi
3. Observasi dan catat petunjuk non verbal seperti
gelisah, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri,
depresi. R/ Mengidentifikasi luas dan beratnya
masalah.
4. Berikan tindakan yg nyaman seperti pijatan punggung,
rubah posisi. R/ Meningkatkan relaksasi dan
memfokuskan kembali perhatian dan kemampuan
koping
5. Bersihkan area rectal dg sabun, lap kering, dan oles
dengan jelly R/ Melindungi kulit dari cairan sisa bab
dan mencegah excoriasi
6. Observasi adanya erosi dan fistula perianal. R/ Fistula dpt terjadi
krn erosi dan kelemahan dinding usus.
7. Observasi dan catat distensi abdomen, peningkatan suhu,
penurunan tekanan darah. R/ Dpt menunjukkan terjadinya
obstruksi usus karena inflamsi, edema dan jaringan parut
8. Ijinkan pas. utk memulai posisi yg nyaman misalnya lutut fleksi. R/
Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan relaksasi
9. Kolaborasi:
• Modifikasi diit secara bertahap seperti cair, lembek dll sesuai
toleransi R/ Istirahat usus yg penuh dpt menurunkan nyeri dan
kram
• Berikan obat sesuai indikasi seperti analgetik. R/ Nyeri bervariasi
dari ringan sp berat dan perlu penanganan utk memudahkan
istirahat adekuat dan penyembuhan
• Berikan obat antikolenergik. R/ Menghilangkan spasme saluran
GI yang berlanjut pada nyeri atau kolik
• Berikan Obat Anodin Supositoria. R/ Merilekskan otot rectal,
menurunkan nyeri
10. Bantu dengan mandi duduk/rendam sesuai indikasi. R/ Memberikan
kesejukan local dan kenyamanan utk area iritasi rectal.
DX. 6. Koping individu tdk efektif b.d episode diare
berulang, proses peny. yg tak diduga, krisis
situasi, nyeri hebat, kurang tidur/istirahat
Data subyektif :
Pas. mengatakan tdk bisa menerima peny.nya
Data Obyektif :
Pas. nampak tegang, cemas, depresi, ketakutan,
gelisah, sukar tidur
Goal :
Pas. akan menunjukkan perubahan pola hidup yg
perlu utk membatasi/mencegah kejadian berulang
Obyektif :
Pas. nampak tenang, tdk tegang rileks, tdk takut, tdk
gelisah dan bisa tidur atau istirahat
Intervensi :
1. Kaji pemahaman pas. atau org terdekat dan metode
sebelumnya dlm menerima proses peny. R/
Memampukan pas. utk menerima lebih nyata ttg
masalah saat ini. Ansietas dan masalah lain yg dpt
mempengaruhi penyembuhan peny.
2. Bantu pas. utk mengatasi koping secara efektif. R/
Penggunaan perilaku yg baik dpt membantu pas.
Menerima situasi atau rencana saat ini dan yg akan
datang
3. Berikan dukungan moril seperti mendengar dg aktif
serta sikap tdk menghakimi. R/ Membantu
mendengarkan permasalahan pas. dan mencari solusi
pemecahan bersama.
4. Pertahankan sikap tubuh yg baik dlm memberikan
perawatan. R/. Memberikan penguatan pada pas.
dan mengurangi beban penderitaan
5. Beri ketenangan pd pas. seperti istirahat dan itdur
tanpa gannguan. R/ Kelelahan krn peny. merpkn
masalah berarti dan mempengaruhi pas. dlm
mengatasinya.
6. Ajarkan manajemen utk mengatasi stress misalnya
tehnik relaksasi,visualisasi, imaginasi, latihan napas
dalam.R/ Memusatkan perhatian, meningkatkan
relaksasi, meningkatkan kemampuan koping
7. Kolaborasi :
• Berikan obat sesuai indikasi misalnya anti psikosis
seperti lorazepam.R/ Bantu dlm istirahat
psikologik/fisik, menghemat energi dan menguatkan
koping
8. Konsultasikan pas. ke bagian psikiatrik, pelay. sosial
dan bagian keagamaan. R/ Dibutuhkan bantuan
tambahan utk meningkatkan kontrol dan mengatasi
episode akut/eksaserbasi dg belajar utk menerima
peny. kronis dan konsekwensinya serta program terapi
DX.7.Resiko kerusakan integritas kulit b.d
malnutrisi dan diare, tirah baring yg lama
Data Subyektif :
• Pas. mengatakan daerah anus terasa lecet karena
diare secara terus menerus
Data Obyektif :
• Ada eritema nodusum, eritema multiform, pioderma
ganggrenosum, kulit kering, turgor buruk, mukosa kasar
Goal :
• Pas. akan mempertahankan integritas utuh
Obyektif :
• Tdk ada eritema, kulit lembab, turgor elastis
• Mukosa licin, tdk ada pseudo polip
• Tdk ada abses dan eskoriasis perirektal
Intervensi :
1. Kaji dan catat perubahan karakteristik kulit terhadap
keluhan rasa gatal, terbakar dan melepuh terutama
disekitar perianal. R/ Deteksi dini terhdp kelainan kulit
dapat membantu menentukan intervensi perawatan dan
Pengobatan
2. Berikan alas tidur yg kering. R/ Dg memberikan suasana
kering disekitar lingkungan t.t membantu mencegah
terjadinya iritasi pada kulit
3. Ubah posisi tidur setiap 2 jam sesuai tingkat
kenyamanan pas. R/ Posisi tidur yg menetap dpt
memberi tekanan pd tulang dan akhirnya vaskularisasi
terhambat dan mudah terjadinya iritasi kulit
4. Bersihkan area rectal dengan sabun dan air, lap kering.
R/ Melindungi kulit dari cairan akibat diare dan
mencegah excoriasi
5. Observasi adanya erosi rectal dan fistula perianal. R/
Fistula dpt terjadi krn erosi dan kelemahan dinding usus
6. Berikan obat sesuai indikasi : Oleskan salep atau jelly.
R/ Melindungi kulit dan mencegah excoriasi
A. PENGERTIAN
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, perasaan tdk nyaman di kwadran kanan
atas..
2. Adanya Nyeri b.d pembengkakan pada hepar yang
mengalami inflamasi
3. Hypertermi b.d invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan b.d proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis.
5. Gannguan rasa nyaman b.d pruritus sekunder terhdp
akumulasi pigmen bill. dl garam empedu
6. Resti terhdp transmisi infeksi b.d sifat menular dr
agent virus
F. RENCANA KEPERAWATAN
DX. 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia, perasaan tdk nyaman
di kwadran kanan atas.
1. Ajarkan dan Bantu klien utk istirahat sebelum makan. R/
Keletihan berlanjut menurunkan keinginan utk makan
2. Tawarkan makan sedikit tapi sering. R/ Aadanya
pembesaran hepar dapat menekan saluran GI dan
menurunkan kapasitas
3. Pertahankan hygiene mulut yg baik seb. makan dan ses.
Makan. R/ kumulasi partikel makanan di mulut dapat
menambah bau badan rasa tak sedap yg menurunkan
napsu makan
4. Berikan diit tinggi kalori dan rendah lemak. R/ Glukosa
dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit utk diserap/dimetabolisme
shg akan membebani hepar
DX. 2. Adanya nyeri b.d pembengkakan hepar yg
mengalami inflamasi
1. Anjurkan pd klien utk menentukan metode yg
dpt digunakan utk intesitas nyeri R/ Nyeri
yg berhubungan dg hepatitis sangat tdk
nyaman, oleh krn terdpt peregangan secara
kapsula, melalui pendekatan kpd klien yg
mengalami perub. kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pd klien penerimaan ttg respon klien
terhdp nyeri
• Akui adanya nyeri
• Dengarkan dg penuh perhatian ungkapan klien
ttg adanya nyeri. R/ Klienlah yg hrs mencoba
meyakinkan pemberi pelay. Kes. bahwa ia
mengalami nyeri.
3. Berikan informasi akurat dan :
• Jelaskan penyebab nyeri
• Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir,
bila diketahui. R/ Klien yg disiapkan utk
mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yg
sesungguhnya akan (Cenderung
lebih tenang disbanding klien yg penjelasan
kurang/tidak mendpt penjelasan.
4. Bahas dg dokter penggunaan analgetik yg tak
mengandung efek hepatotoksi. R/
Kemungkinan nyeri sudah tak bisa diatasi
dengan teknik
DX. 3. Hypertermi b.d invasi agent dlm sirkulasi
arah sekunder terhdp inflamsi hepar
MI : 5-9 hari,
Perdarahan dan RES :Hati dan limpa bacterimia sekunder
perforasi
Hepatomegali,
Splenomegali Berkembang biak
Aktivitas intolerans
Gejala Klinik
1. Demam satu minggu atau lebih :(39-410C)
2. Gangguan saluran pencernaan :Mual, muntah, diare,
konstipasi
3. Nyeri kepala anoreksia
4. Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam
remiten
5. Lidah tifoid dengan tanda antara lain nampak kering,
dilapisi selaput tebal,dibagian belakang tampak lebih
pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan.
6. Pembesaran hati dan limpa
7. Perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan
bawah
8. Gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti
delirium
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN HASIL
1. Jumlah Leukosit
normal/leucopenia/leukositosis.
2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT
dan fosfat alkali meningkat
3. Minggu pertama biakan darah S.Typi positif, dl
mgg berikutnya menurun
4. Biakan tinja positif dl mgg ke dua dan ke tiga
5. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada
pemeriksaan ulang memastikan diagnosis
6. Pada reaksi widal titer agglutinin O dan H
meningkat sejak mgg kedua.
7. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong
diagnosis.
KOMPLIKASI
• Peradarahan intestinal
• Perforasi intestinal
• Ileus paralitik
• Renjatan septic
• Pielonefritis
• Kolesistitis
• Pneumonia
• Miokarditis
• Peritonitis
• Encepalopati
• Bronchitis
PENATALAKSANAAN
1. Pasien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari,
bebas demam atau 14 hari, keadaan ini sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus..
2. Pas. diberikan bubur saring dan kemudian bubur kasar
yg bertujuan utk menghindari komplikasi dan
perforasi usus
3. Obat-oabatan :
Pemberian antibiotika yang efektif dapat mengurangi
angka kematian (Di Amerika angka kematian turun
menjadi 1 % bahkan kurang)
a. Anti Mikroba :
– Kloramfenikol 4 x 500 mg sehari IV
– Tiamfenikol 4 x 500 mg sehari oral
– Kotrimoksazol 2 x 2 tablet sehari 9i tablet =
sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis
yang sama IV, dilarutkan dl 250 ml cairan infus.
• Ampicillin atau Amoxycillin 100 mg/kg/BB
sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis
• Anti Mikroba diberikan selama 14 hari atau
sampai 7 hari bebas demam
b. Anti piretika seperlunya
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas
demam
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Riwayat : makan daging, telur yg tdk dimasak, atau minuman
yg terkontaminasi
2. Gastrointestinal : awal mual dan muntah, nyeri abdomen dan diare,
distensi abdomen, pembesaran limpa.
3. Suhu tubuh : pada fase akut demam 39 – 40 derajat celcius,
meningkat hingga 41 derajat Celcius
4. Kulit : Rose spot dimana hilang denga tekanan, ditemukan pada
dada, perut setelah minggu Pertama
5. Neurologis : delirium hingga stupor
6. Pernapasan : batuk non produktif
7. Muskuloskeletal : nyeri sendi
8. Kardio vaskuler : takikardi, hipotensi, dan shock jika
perdarahan, infeksi sekunder atau Septicemia
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d gangguan hypothalamus oleh pirogen
endogen
2. Diare b.d infeksi pada saluran intestinal
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
tdk ada napsu makan, mual dan muntah
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan tubuh b.d
muntah dan diare
5. Resiko tinggi infeksi (Kontak pasien) b.d adanya
salmonella pada tinja dan urine
6. Konstipasi b.d invasi salmonella pada mukosa intestinal
7. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurang
terpapar terhadap informasi
III. INTERVENSI