Vous êtes sur la page 1sur 93

A.

KONSEP DASAR

KOLITIS DIBAGI MENJADI :


A. Kolitis ulseratif/ulserosa
B. Kolitis iskemik
A. KOLITIS ULSEROSA

PENGERTIAN :
Suatu peny. peradangan rectum dan
kolon terutama mengenai lapisan
mukosa usus besar dan menyebar
secara kontinyu keseluruh daerah yg
terkena .(Corwin,2000)
ETIOLOGI :

1. Penyebab belum diketahui


2. Infeksi seperti amuba
3. Genetik
4. Imunologik
5. Bahan kimia dan makanan
PATOGENESIS
1. Kolitis selalu melibatkan rectum dan meluas ke
kolon sesuai dg berat ringannya peny.
2. Secara makroskopis tampak sebagai proses
kronik yaitu gambaran kolon bisa
mengembang, menyempit atau juga bisa
tampak memendek (Panjang kolon normal 110
cm, memendek menjadi 50-60 cm)
3. Warna mukosa tampak pucat dengan titik-titik
merah.
4. Fleksura hepatic dan lienalis kadang-kadang
menghilang.
5. Khasnya terjadi hubungan antara tukak dengan
tukak dengan penebalan yg menonjol dan
meradang nodul
6. Secara mikroskopis jelasnya ada gambaran
radang kronis yg aktif dengan banyak
neokapiler yg tampak pada seluruh permukaan
kolon yg terkena.
7. Sel-sel dominan yg ditemukan adalah monosit,
limposit dan plasma sel
8. Teori Warren dan Sommers menyatakan bahwa
kejadian colitis ulserosa pertama kali didahului
dengan adanya lesi pada glandula kripte,
kemudian menjadi abses kripte dimana pus
terkumpul di dalamnya dg mukosa diatasnya
masih utuh dan jika pecah terlihat tukak dengan
sekresi purulent.
9. Adanya reaksi radang kronis dan tukak yg
dalam akan mempermudah
GEJALA KLINIS
1. Radang dan tukak kolon sehingga terjadi
perdarahan peranum, diare dan sakit perut
2. Diare dapat exudatif atau mucous dengan banyak
mengandung elektrolit terutama kalium dan air
3. Kadang diare tanpa exudat, tapi adanya darah
dan lendIr serta frekwensi yg meningkat dari diare
4. Karakteristik defikasi volumenya kecil,
konsistensinya lunak seperti bubur, berwarna
seperti batubata atau terlihat jelas ada darahnya.
dan ditentukan oleh berat ringannya radang dan
tukak kolon sehingga terjadi perdarahan
peranum, diare dan sakit perut
5. Nyeri di kwadran kiri bawah perut/hipogastrium
bias juga seluruh perut walaupun pada kasus
yang ringan tidak mencolok tetapi sering
dirasakan sebagai kram sampai kolik
6. Tenesmus sampai nyeri pinggang bawah
biasanya dirasakan bersamaan dengan
datangnya diare
7. Gejala perut seperti anoreksia, perut terasa
penuh, mual, perasaan tidak enak sampai
timbul muntah merupakan refleksi dari
radang kolon itu sendiri
8. Pada kasus yang berat biasa terjadi panas,
takikardi, dehidrasi dan sering sampai timbul
gejala sepsis
9. Penurunan BB akibat kekurangan protein, air,
elektrolit dan vitamin, badan terasa lemah
KLASIFIKASI MENURUT BERATNYA PENYAKIT

1. Kolitis Ulserosa berat dengan gejala


sbb:
– Diare selalu bercampur darah dan
lender biasanya > 6 x /hari
– Demam tinggi sampai 2-4 hari
– Takikardi
– Anemi yg sering sehingga harus
dilakukan transfus darah
– LED > 30 mm/jam
2. Kolitis Ulserosa ringan dengan gejala sbb
– Diare dengan sedikit darah atau lendir
biasanya < 4 x / hari
– Tidak panas atau demam
– Tidak ada takikardi
– Anemi biasanya ringan
– LED < 30 mm / jam
PENATALAKSANAAN :

1. Keberhasilan pengobatan sangat


tergantung pada pengobatan tentang
penyebab dan patogenesis dari suatu
penyakit.
2. Keberhasilan pengobatan sangat bersifat
individual artinya tergantung kepekaan
obat, berat dan lokasi penyakit, keadaan
umum penderita
3. Pengobatan penunjang tirah baring dan diit :
a. Tirah baring :
• Terutama untuk penderita colitis ulserosa akut berat,
yang masa timbul diare terus menerus, kram perut,
keadaan umum lemah
• Sebenarnya yang lebih penting adalah harus
mengistirahatkan kolon yaitu dgn menghindarkan
makan makanan yg merangsang atau tindakan
yang merangsang aktifitas kolon
• Rangsangan dapat berupa fisik (makanan) atau
psikis (emosi) karena keduanya akan meningkatkan
peristaltic
• Perlu diingatkan bahwa tirah baring terlalu lama
bisa mempermudah timbulnya trambo emboli,
osteoporosis, kelelahan otot serta kamalasan emosi
b. Diit :
• Diit Lunak, rendah serat dan kaya akan protein
dan vitamin sedangkan lemak dikurangi
• Lebih baik menganjurkan kepada penderita untuk
menyusun diit sendiri dibawah pengawasan
tenaga kesehatan
• Oleh karena pada serangan akut sering timbul
gejala seperti mual, muntah dan diare yg terus
menerus maka perlu adanya pemantauan yang
ketet mengenai kebutuhan nutrisi, cairan,
elektrolit kalau perlu diberikan secara parentral
4. Pengobatan simptomatis

– Berikan obat penenang dan obat tidur:


seringkali diperlukan utk penderita yang
cemas, gelisah, takut dan sukar tidur.
– Anti spasmus : Kompres hangat untuk
mengurangi nyeri atau kram perut. Jika
dengan kompres kurang menolong,
berikan anti kolenergik utk
menghilangkan nyeri/kram juga dpt
mengontrol mengurangi frekwensi diare
• Anti kolinergik yg paling baik diberikan sebelum
makan atau saat menjelang tidur
• Hati-hati jika diberikan pada penderita tua dan
anak karena dapat terjadi penekanan motilitas
usus sehingga bising usus negative, usus atoni
sehingga terjadi kembung.
• Pada penderita colitis ulserosa sering timbul
konstipasi sebelum fase diare, disini bias
diberikan laksansia
• Bila penderita diare dapat diberikan difenoksilat,
belladonna atau kolinergik lainnya
• Jika karena diare yg terus menerus maka bisa
timbul iritasi anus, excoriasi perianal, fisura ani
dapat diberikan ointment
5. Selain obat-obat tersebut diatas juga
diberikan antibiotika seperti ampicillin,
tetracycline, kemicetin, baik berupa oral
maupun injeksi.
6. Operasi : Adapun indikasi operasi adalah
Kegagalan terapi konservatif, perforasi,
striktur, perdarahan yg hebat, karsinoma
kolon. Tindakan operasi yg terbaik adalah
Proktokolektomi dan illiostomi karena jika
hanya kolektomi sering timbul
kekambuhan
B. KOLITIS ISKEMIK

PENGERTIAN
Suatu kelainan kolon yang disebabkan
oleh gannguan vaskuler
Etiologi
1. Kolitis iskemik oklusif disebabkan oleh
kerusakan atau oklusi arteri besar dan
kecil yg memperdarahi kolon
misalnya :
– Oklusi arteri pada rekontruksi aorta iliaka
– Reseksi abdomino perianal rectum
– Oklusi arteri mesenterika inferior dan
superior
– Oklusi arteri mesenterika
– Adanya arterisklerosis
2. Kolitis iskemik non oklusif disebabkan
karena rendahnya aliran darah ke kolon
karena keadaan seperti :
– Gannguan curah jantung ventrikel kiri
– Hipovolemi (Perdarahan, dehidrasi)
– Vasokontriksi pembuluh mesenterika
– Episode Hipotensi
– Sensibilitas terhadap hipoksemia
(Pada keadaan hipoksia)
Faktor predisposisi

• Penyakit diabetes mellitus


• Umur diatas 50 tahun
• Penyakit jantung
• Arterosklerosis
MANIFESTASI KLINIK :

1. Kolitis iskemik gangrenosa :


– Adanya gejala nyeri yang hebat pada
abdomen bagian bawah
– Diare yang intermiten
– Kolaps dengan hipotensi
– Takikardi
– Bising usus menghilang
2. Kolitis iskemik striktur

• Nyeri berupa kolik, ulserosa mukosa terus


menerus mengarah ke diare dan
perdarahan
• 10 % pasien colitis iskemik mempunyai
hubungan antara carcinoma kolon distal
• Riwayat didahului gejala-gejala colitis :
iskemik transient atau dapat timbul
langsung riwayat nyeri atau berdarah
3. Colitis Transient :
• Nyeri abdomen bawah (tersering bagian kiri) yag
tiba-tiba, bersifat kejang.
• Kadang-kadang timbul nausea, vomitus, diare
berdarah atau tanpa darah, kadang terdapat
• tenesmus
• Panas atau normal
• Denyut nadi normal atau sedikit meningkat
(takikardi)
• Adanya distensi abdomen ringan dan nyeri
tekan abdomen secara difus atau pada kwadran
kiri bawah
• Hal ini karena lesi lebih banyak mengenai
fleksura lienalis, kolon asendens 73 %
• Masa yg berhubungan dengan edematosa,
dinding kolon sigmoid dapat diraba pada fosa
iliaka kiri
• Pemeriksaan rectal digital normal atau
menunjukkan hanya nyeri ringan pada dinding
kiri dgn darah segar pada sarung tangan
• Nyeri abdomen akut menyeluruh dan distensi
kolon massif
• Enema menunjukkan irreguleritas
mukosa disebabkan perdarahan
mukosa dan edema
• Manifestasi klinik hilang dalam I
minggu, sedangkan foto roentgen
menjadi normal dalam 4 minggu
• Kebanyakan kasus menyembuh
dalam 2-4 minggu (1/2 kasus sembuh
dan sisanya menjadi striktur)
PENATALAKSANAAN :
Ada 2 macam :
1. Tindakan konservatif medikamentosa :
a. Mempertahankan Hb
b. Pasien bisa dipuasakan untuk
mengistirahatkan kolon
c. Bila kurang darah diberikan transfuse darah
d. Pemberian nutrisi parentral dan cairan
elektrolit sesuai keperluan
e. Antibiotika dan analgetik diperlukan
f. Observasi TTV
2. Tindakan pembedahan diindikasikan
apabila :
a. Perburukan klinis atau radiologi pd pasien-
pasien yang mula-mula mendpt
penatalaksanaan konservatif
b. Pembentukan striktur dan tanda-tanda
menetap
c. Kecurigaan timbulnya gangrene kolon
atau colitis iskemik gangrenosa
d. Kecurigaan thp kanker
ASUHAN KEPERAWATAN :
I. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien :
Nama, umur, jenis kel, suku, agama, pendidikan,
pek, alamat, status perkawinan.
2. Riwayat kes :
a. Riwayat kes. sekarang
Kel. utama, tgl mulai sakit, lamanya
kel, sifat kel, kwalitas kel, factor
pencetus, factor pemberat,
upaya yg dilakukan
b. Riwayat kes. sebelumnya :
Peny. yg pernah diderita
Operasi yg pernah dijalani
c. Riwayat kes. Kel.
3. Pem. fisik :
Pem. fisik pd fase awal atau peny. yg ringan
atau keadaan setelah serangan adalah
normal.
a. Tetapi tdk jarang pas. sdh minta dirawat di
RS oleh karena :
- Pas. tegang, ketakutan dan lemah
- BB yg cepat menurun
- Krn hampir tdk mau atau enggan
meninggalkan toilet
- Diare bercampur darah sec. terus menerus
b. Pem. umum di luar GI ditemukan :
- Eritema nodosum, eritema multiform, pioderma
ganggrenosum sebagai manifestasi
Avitaminosis
- Kulit kering/turgor yg pucat jika colitis ulserosa
yg sudah kronis
c. Gejala akibat malnutrisi seperti edema, tremor,
kulit, mukosa, kuku yg anemis, mungkin juga
tampak pada bibir, lidah dan konyunctiva.
d. Pemeriksaan perut :

• Pd colitis ulserosa yg ringan dinding perut


biasanya datar dan lemas pada perabaan
• Perabaan dinding perut yg tegang terutama
diatas kolon yg meradang.
• Perabaan yg kaku terutama pada kolon
desendens, kadang-kadang sampai rectum,
harus dipikirkan ada malignasi kolon.
• Jika lokasi diatas kolon transversum, kembung
atau tegang hrs dipikirkan kemungkinan adanya
megakolon toksik yg bisa disertai menghilangnya
bising usus, pada hal kolotis ulserosa bisin
ususnya meningkat
e. Pemeriksaan rectal touse :
– Dinilai mulai dari keadaan otot sfinter,
biasanya nyeri yg spastic
– Mukosa terasa kasar, edematous, granuler
atau teraba pseudopolip
– Cara pem. ini hrs pelan-pelan krn sering
dijumpai mukosa yg rapuh shg sangat
mudah berdarah dan hrs dibedakan dg
transmural colitis atau haemorrhoid.
– Kadang teraba perirektal abses, fistula ani
dg atau tanpa sekunder infeksi
– Pada saat jari ditarik dari dubur jangan lupa
lihat sarung tangan, adakah tinja, lender,
darah, pus atau exudat yg lain.
f. Pemeriksaan penunjang :

– Sigmoidokolonoskopi adalah merpkn cara yg paling


tepat utk membuat diag colitis ulserosa.
– Kolonoskopi : Mengevaluasi sejauh mana colitis
ulserosa menyerang kolon
– Biopsi rectum dan kolon : Dg biopsy dpt menegakkan
diag. pasti colitis ulserosa
– Menurut Orson dan Pang (1967), penting dilakukan
biopsy dan pem. mikroskopis, sebab 50-70% colitis
ulserosa mengalami displasia utk carcinoma kolon
– Pemeriksaan tinja :Tdk banyak memberikan
informasi, kemungkinan hanya ditemukan
parasit/kuman yg menumpang pada colitis ulserosa
misalnya E.Coli histolitica, salmonella atau shigela pd
sediaan langsung atau kultur tinja.
- Pem. Radiologi :
1. Pd colitis ulserosa akut dpt dikerjakan foto
polos abdomen, pd gambar tampak
penebalan dan nodul-nodul pd dinding kolon.
2. Jika pd gambar tampak gambaran
kolontransversum sangat lebar, klinisnya
adanya dinding perut yg tegang dan nyeri pd
penekanan menunjukkan adanya megakolon
toksik
3. Kadang-kadang tampak adanya udara bebas
dalam rongga perut, hal ini menunjukkan
adanya megakolon toksik dan perforasi kolon
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b.d proses inflamasi, iritasi atau malabsorbsi usus,
adanya toxin, penyempitan segmental lumen
2. Kurang volume cairan elektrolit b.d anokreksia muntah
serta peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit dari
saluran GI
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
pembatasan diit, mual muntah dan malabsorbsi
4. Ansietas b.d rencana operasi, perubahan status
kesehatan
5. Nyeri abdomen b.d peningkatan peristaltic, iritasi
jaringan, excoriasi, fistula peri rectal
6. Resiko kerusakan integritas kulit b.d malnutrisi, diare,
tirah baring
7. Koping individu tdk efektif b.d episode diare berulang,
proses peny. yg tidak diduga, krisis situasi, nyeri hebat,
kurang tidur/istirahat
RENCANA KEPERAWATAN
DX.1 Diare b.d proses inflamasi, iritasi atau malabsorbsi,
adanya toxin, penyempitan segmental lumen

Data subyektif :
– Melaporkan bab bercampur darah dan lendir dan perut terasa nyeri
Data obyektif :
• Bab cair bercampur lendir dan darah > 6 x /hari
• LED > 30 mm/jam, Leucocytosit (>10.000)
• Suhu > 38 derajat celcius, Nadi > 80 x /menit
• Peristaltik usus meningkat
• Di tinja ditemukan kuman atau parasit
Goal : Mempertahankan pola eliminasi normal
Obyektif :
• Bab normal dengan konsistensi lembek, frekwensi 1-2 x /hari,
• LED < 10 mm/jam
• Suhu 36-37 derajat celcius, Nadi 60-89 x / menit
• Peristaltik usus normal
Intervensi :
1. Observasi dan catat frekwensi bab, karakteristik,
jlh, factor pencetus. R/ Membantu membedakan
peny. dan berat ringannya peny.
2. Tingkatkan tirah baring. R/ Menurunkan peristaltic
usus, juga menurunkan laju metabolisme bila
infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi
3. Identifikasi makanan dan minuman yg
mencetuskan diare. R/ Menghindarkan iritasi usus
dan mengistirahatkan usus
4. Observasi TTV, LED, Leucocyt. R/ Memantau
terjadinya radang
5. Kolaborasi dg memberikan obat seperti anti
kolinergik. R/ Menurunkan peristaltik usus dan
menurunkan sekresi digestif utk menghilangkan
kram dan diare
DX. 2. Kurang volume cairan elektrolit b.d
anoreksia,mual,muntah
Data Subyektif :
• Melaporkan adanya mual muntah, bab encer bercampur
darah dan lendir
Data Obyektif :
• Bab encer bercampur darah dan lendir > 6 x / hari
• Turgor kulit jelek, bibir kering
Goal :
• Mempertahankan volume cairan yg adekuat
Obyektif :
• Bab normal, konsistensi lembek tdk ada darah dan
lendir
• Turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.
Intervensi :
1. Awasi masukan dan haluaran karakter dan jlh
faeses. R/ Memberikan informasi ttg
keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control
peny. Usus juga merpkn pedoman utk
penggantian cairan.
2. Kaji TTV. R/ Hipotensi, takikardi, demam, dpt
menunjukkan respon terhdp kehilangan cairan
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membrane
mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler
lambat. R/ Menunjukkan kehilangan cairan
berlebihan
4. Observasi perdarahan dan tes faeses tiap hari utk
adanya darah samar. R/ Diit tdk adekuat dan
penurunan absorbsi dpt menimbulkan defisiensi
vitamin k dan merusak koagulasi, potemsial resiko
perdarahan.
5. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring
dan hindari kerja. R/ Kolon diistirahatkan utk
penyembuhan dan utk menurunkan kehilangan
cairan
6. Catat kelemahan otot umum atau distrimia
jantung R/ Kehilangan cairan berlebihan dpt
menimbulkan ketidak seimbangan elektrolit
seperti kalium yg penting untuk fungsi tulang
dan jantung.
7. Kolaborasi : Berikan cairan parentral, transfusi
darah sesuai indikasi. R/ Mempertahankan
istirahat usus dan mengganti cairan yg hilang
DX.3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d pembatasan diit, mual muntah, malabsorbsi

Data Subyektif :
• Melaporkan adanya mual muntah, pusing dan lemah
Data Obyektif :
• Adanya edema pada tungkai bawah
• BB menurun
• Tremor, mukosa bibir , kulit dan konyunctiva anemis
• HB dibawah normal
Goal :
• Mempertahankan kebutuhan nutrisi yg adekuat
Obyektif :
• Tdk ada edema, peningkatan BB sesuai sasaran BB ideal,
tdk tremor, mukosa bibir, kulit dan konyunctiva tdk anemis,
HB normal (Diatas 10 gr%)
Intervensi :
1. Timbang BB tiap hari. R/ Memberikan informasi
tentang kebutuhan diit dan keefektifan terapi
2. Tirah baring atau pembatasan aktifitas selama
fase akut. R/ Mencegah penurunan kalori dan
penyimpanan energi.
3. Anjurkan istirahat sebelum makan. R/
menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi
utk makan
4. Anjurkan utk menjaga kebersihan mulut. R/ Mulut
yg bersih dapat meningkatkan napsu makan
5. Sediakan makanan dlm keadaan hangat dan
jauhkan bau-bauan yg merangsang muntah. R/
Lingkungan yg menyenangkan dpt menurunkan
stress dan lebih konduktif utk makan
6. Batasi makanan yg dpt menyebabkan kram
abdomen, flatus. R/ Mencegah
serangan akut/Exaserbasi
7. Catat masukan dan perubahan simptomatologi.R/
Memberi rasa control kpd pas. dan kesempatan utk
memilih makanan yg diinginkan/dinikmati dpt
meningkatkan masukan
8. Dorong pas. utk menyatakan perasaan tentang diit.
R/ Keragu-raguan utk makan mungkin diakibatkan
oleh takut makan akan menyebabkan exaserbasi
gejala
9. Kolaborasi : Pertahankan puasa sesuai indikasi. R/
Istirahat usus menurunkan peristaltic usus, diare,
dimana menyebabkan malabsorpsi/kehilangan
nutrient
DX. 4. Ansietas b.d rencana operasi, perubahan
status kes.
Data Subyektif :
Pas. mengatakan rasa takut apabila
dilakukan pembedahan
Data Obyektif :
Pas. kelihatan tegang, takut, gelisah, dan
susah tidur
Goal :
Pas. akan menunjukkan perilaku rileks
Obyektif :
Pas. tdk tegang, tdk takut atau gelisah, dpt
tidur atau istirahat
Intervensi :
1. Catat perubahan perilaku misalnya gelisah, peka
rangsangan, menolak tindakan, kurang kontak mata,
perilaku menarik perhatian. R/ Sebagai indicator misalnya
pas. merasa tdk diperhatikan di rumah, masalah pribadi,
stress.
2. Dorong pas. utk mengungkapkan masalah serta berikan
umpan balik. R/ Membantu pas. atau org terdekat dlm
mengidentifikasi masalah yg menyebabkan stress.
3. Tingkatkan perhatian dan mendengarkan pas. R/ Dgn
perhatian dpt menciptakan saling percaya dan memberikan
keyakinan pd pas.bahwa perawat selalu ada utk pas.
4. Berikan informasi yg akurat dan nyata ttg apa yg dilakukan
misalnya tirah baring, pembatasan aktifitas. R/ Keterlibatan
pas. dlm perencanaan perawatan memberikan rasa
kontrol dan membantu menurunkan ansietas
5. Berikan lingkungan yg konduktif. R/ Meningkatkan
relaksasi dan membantu menurunkan ansietas
6. Dorong org terdekat utk menyatakan perilaku
perhatian terhdp pas.R/ Membantu menghilangkan
rasa stress dan mempercepat penyembuhan
7. Bantu pas. utk mengidentifikasi parilaku koping dlm
mengatasi stress.R/ Perilaku yg positif dpt
menguatkan penerimaan masalah saat ini,
meningkatkan rasa kontrol diri pas. dg peny.nya
8. Berikan obat sesuai indikasi seperti sedativa.R/
Menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
9. Konsultasi pas. ke bagian psikiatrik, pelayanan sosial
atau keagamaan. R/ Membantu meningkatkan rasa
kontrol dan mengatasi episode akut dg belajar
menerima peny. kronis dan konsekwensinya dg
program terapi.
DX. 5. Nyeri abdomen b.d peningkatan peristaltic usus,
diare lama, iritasi kulit, excoriasi fisura perirektal,
fistula
Data Subyektif :
Pas. mengatakan rasa nyeri pd daerah abdomen t.u
kwadran kiri bawah
Data Obyektif :
Pas. tampak kesakitan, nyeri tekan pada perut kiri
bawah, Nyeri saat dilakukan rectal touse,Peristaltik
usus meningkat, tenesmus
Goal :
Pas. akan melaporkan nyeri hilang atau berkurang
Obyektif :
Tdk ada nyeri perut, tdk ada tenesmus, tampak
rileks, periltaltik usus normal.
Intervensi :
1. Dorong pas. utk melaporkan nyeri. R/ Mencoba
mentoleransi nyeri dr pd meminta analgetik
2. Kaji nyeri abdomen, lokasi nyeri, lamanya nyeri,
intensitas nyeri R/ Nyeri sebelum defikasi sering
terjadi pada colitis ulserosa, perubahan pada
karakteristik nyeri dpt menunjukkan penyebaran
atau komplikasi peny. misalnya megakolon toksik,
perforasi
3. Observasi dan catat petunjuk non verbal seperti
gelisah, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri,
depresi. R/ Mengidentifikasi luas dan beratnya
masalah.
4. Berikan tindakan yg nyaman seperti pijatan punggung,
rubah posisi. R/ Meningkatkan relaksasi dan
memfokuskan kembali perhatian dan kemampuan
koping
5. Bersihkan area rectal dg sabun, lap kering, dan oles
dengan jelly R/ Melindungi kulit dari cairan sisa bab
dan mencegah excoriasi
6. Observasi adanya erosi dan fistula perianal. R/ Fistula dpt terjadi
krn erosi dan kelemahan dinding usus.
7. Observasi dan catat distensi abdomen, peningkatan suhu,
penurunan tekanan darah. R/ Dpt menunjukkan terjadinya
obstruksi usus karena inflamsi, edema dan jaringan parut
8. Ijinkan pas. utk memulai posisi yg nyaman misalnya lutut fleksi. R/
Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan relaksasi
9. Kolaborasi:
• Modifikasi diit secara bertahap seperti cair, lembek dll sesuai
toleransi R/ Istirahat usus yg penuh dpt menurunkan nyeri dan
kram
• Berikan obat sesuai indikasi seperti analgetik. R/ Nyeri bervariasi
dari ringan sp berat dan perlu penanganan utk memudahkan
istirahat adekuat dan penyembuhan
• Berikan obat antikolenergik. R/ Menghilangkan spasme saluran
GI yang berlanjut pada nyeri atau kolik
• Berikan Obat Anodin Supositoria. R/ Merilekskan otot rectal,
menurunkan nyeri
10. Bantu dengan mandi duduk/rendam sesuai indikasi. R/ Memberikan
kesejukan local dan kenyamanan utk area iritasi rectal.
DX. 6. Koping individu tdk efektif b.d episode diare
berulang, proses peny. yg tak diduga, krisis
situasi, nyeri hebat, kurang tidur/istirahat
Data subyektif :
Pas. mengatakan tdk bisa menerima peny.nya
Data Obyektif :
Pas. nampak tegang, cemas, depresi, ketakutan,
gelisah, sukar tidur
Goal :
Pas. akan menunjukkan perubahan pola hidup yg
perlu utk membatasi/mencegah kejadian berulang
Obyektif :
Pas. nampak tenang, tdk tegang rileks, tdk takut, tdk
gelisah dan bisa tidur atau istirahat
Intervensi :
1. Kaji pemahaman pas. atau org terdekat dan metode
sebelumnya dlm menerima proses peny. R/
Memampukan pas. utk menerima lebih nyata ttg
masalah saat ini. Ansietas dan masalah lain yg dpt
mempengaruhi penyembuhan peny.
2. Bantu pas. utk mengatasi koping secara efektif. R/
Penggunaan perilaku yg baik dpt membantu pas.
Menerima situasi atau rencana saat ini dan yg akan
datang
3. Berikan dukungan moril seperti mendengar dg aktif
serta sikap tdk menghakimi. R/ Membantu
mendengarkan permasalahan pas. dan mencari solusi
pemecahan bersama.
4. Pertahankan sikap tubuh yg baik dlm memberikan
perawatan. R/. Memberikan penguatan pada pas.
dan mengurangi beban penderitaan
5. Beri ketenangan pd pas. seperti istirahat dan itdur
tanpa gannguan. R/ Kelelahan krn peny. merpkn
masalah berarti dan mempengaruhi pas. dlm
mengatasinya.
6. Ajarkan manajemen utk mengatasi stress misalnya
tehnik relaksasi,visualisasi, imaginasi, latihan napas
dalam.R/ Memusatkan perhatian, meningkatkan
relaksasi, meningkatkan kemampuan koping
7. Kolaborasi :
• Berikan obat sesuai indikasi misalnya anti psikosis
seperti lorazepam.R/ Bantu dlm istirahat
psikologik/fisik, menghemat energi dan menguatkan
koping
8. Konsultasikan pas. ke bagian psikiatrik, pelay. sosial
dan bagian keagamaan. R/ Dibutuhkan bantuan
tambahan utk meningkatkan kontrol dan mengatasi
episode akut/eksaserbasi dg belajar utk menerima
peny. kronis dan konsekwensinya serta program terapi
DX.7.Resiko kerusakan integritas kulit b.d
malnutrisi dan diare, tirah baring yg lama
Data Subyektif :
• Pas. mengatakan daerah anus terasa lecet karena
diare secara terus menerus
Data Obyektif :
• Ada eritema nodusum, eritema multiform, pioderma
ganggrenosum, kulit kering, turgor buruk, mukosa kasar
Goal :
• Pas. akan mempertahankan integritas utuh
Obyektif :
• Tdk ada eritema, kulit lembab, turgor elastis
• Mukosa licin, tdk ada pseudo polip
• Tdk ada abses dan eskoriasis perirektal
Intervensi :
1. Kaji dan catat perubahan karakteristik kulit terhadap
keluhan rasa gatal, terbakar dan melepuh terutama
disekitar perianal. R/ Deteksi dini terhdp kelainan kulit
dapat membantu menentukan intervensi perawatan dan
Pengobatan
2. Berikan alas tidur yg kering. R/ Dg memberikan suasana
kering disekitar lingkungan t.t membantu mencegah
terjadinya iritasi pada kulit
3. Ubah posisi tidur setiap 2 jam sesuai tingkat
kenyamanan pas. R/ Posisi tidur yg menetap dpt
memberi tekanan pd tulang dan akhirnya vaskularisasi
terhambat dan mudah terjadinya iritasi kulit
4. Bersihkan area rectal dengan sabun dan air, lap kering.
R/ Melindungi kulit dari cairan akibat diare dan
mencegah excoriasi
5. Observasi adanya erosi rectal dan fistula perianal. R/
Fistula dpt terjadi krn erosi dan kelemahan dinding usus
6. Berikan obat sesuai indikasi : Oleskan salep atau jelly.
R/ Melindungi kulit dan mencegah excoriasi
A. PENGERTIAN

Hepatitis adalah suatu proses peradangan


difus pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
kimia (Sujono Hadi, 1999)
B. ETIOLOGI
1. Virus
 Type A : Transmisi : fekal, oral, org lain. Keparahan :
Tak ikterik, simptomatik. Sumber virus : darah, feses,
saliva
 Type B : Transmisi : parentral, seksual,perinatal.
Keparahan : parah. Sumber virus : darah, saliva,
semen, sekresi vagina
 Type C : Transmisi : parentral jarang, seksual,
perinatal. Keparahan : Menyebarluaskan,
berkembang sp kronis. Sumber virus : darah
 Type D : Transmisi : parentral, perinatal. Keparahan :
peningkatan insiden kronis, gagal hepar akut. Sumber
virus : melalui darah
 Type E : Transmisi : fekal, oral. Keparahan : sama
dengan D. Sumber virus : darah, feses,
saliva
2. Alkohol : Menyebabkan alkohol
hepatitis dan selanjutnya menjadi
alkoholik sirosis
3. Obat-obatan: Meyebabkan toksit
untuk hati, sehingga sering disebut
hepatitis toksik dan hepatitis akut
C. TANDA DAN GEJALA
1. Masa tunas :
– Virus A : 15-45 hari rata-rata 25 hari
– Virus B : 40-180 hari rata-rata 75 hari
– Virus non A dan non B : 15-150 hari rata-rata 50hari
2. Fase Pre Ikterik
– Disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari.
– Napsu makan menurun, nausea, vomitus
– Nyeri perut kanan atas , badan pegal-pegal , dan
malaise, capek
– Suhu badan meningkat sekitar 39 derajat celcius
berlangsung selama 2-5 hari
– Pusing, nyeri persendian.
– Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B
3. Fase Ikterik
– Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat
– Penurunan suhu badan disertai dg bradikardi
– Ikterus pd kulit dan skelera yg terus meningkat pada minggu I
– kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.
– Kadang-kadang disertai gatal-gatal pd seluruh badan, rasa
lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase Penyembuhan
• Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa
mual, rasa sakit uluhati
• Disusul bertambahnya napsu makan, rata-rata 14-15
hr setelah timbulnya masa ikterus.
• Warna urin tampak normal
• Pas. merasa mulai segar kembali, namun masih ada
rasa lemas dan cepat capai.
D. PATOFISIOLOGI LIHAT PATWAY

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, perasaan tdk nyaman di kwadran kanan
atas..
2. Adanya Nyeri b.d pembengkakan pada hepar yang
mengalami inflamasi
3. Hypertermi b.d invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan b.d proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis.
5. Gannguan rasa nyaman b.d pruritus sekunder terhdp
akumulasi pigmen bill. dl garam empedu
6. Resti terhdp transmisi infeksi b.d sifat menular dr
agent virus
F. RENCANA KEPERAWATAN
DX. 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia, perasaan tdk nyaman
di kwadran kanan atas.
1. Ajarkan dan Bantu klien utk istirahat sebelum makan. R/
Keletihan berlanjut menurunkan keinginan utk makan
2. Tawarkan makan sedikit tapi sering. R/ Aadanya
pembesaran hepar dapat menekan saluran GI dan
menurunkan kapasitas
3. Pertahankan hygiene mulut yg baik seb. makan dan ses.
Makan. R/ kumulasi partikel makanan di mulut dapat
menambah bau badan rasa tak sedap yg menurunkan
napsu makan
4. Berikan diit tinggi kalori dan rendah lemak. R/ Glukosa
dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit utk diserap/dimetabolisme
shg akan membebani hepar
DX. 2. Adanya nyeri b.d pembengkakan hepar yg
mengalami inflamasi
1. Anjurkan pd klien utk menentukan metode yg
dpt digunakan utk intesitas nyeri R/ Nyeri
yg berhubungan dg hepatitis sangat tdk
nyaman, oleh krn terdpt peregangan secara
kapsula, melalui pendekatan kpd klien yg
mengalami perub. kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pd klien penerimaan ttg respon klien
terhdp nyeri
• Akui adanya nyeri
• Dengarkan dg penuh perhatian ungkapan klien
ttg adanya nyeri. R/ Klienlah yg hrs mencoba
meyakinkan pemberi pelay. Kes. bahwa ia
mengalami nyeri.
3. Berikan informasi akurat dan :
• Jelaskan penyebab nyeri
• Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir,
bila diketahui. R/ Klien yg disiapkan utk
mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yg
sesungguhnya akan (Cenderung
lebih tenang disbanding klien yg penjelasan
kurang/tidak mendpt penjelasan.
4. Bahas dg dokter penggunaan analgetik yg tak
mengandung efek hepatotoksi. R/
Kemungkinan nyeri sudah tak bisa diatasi
dengan teknik
DX. 3. Hypertermi b.d invasi agent dlm sirkulasi
arah sekunder terhdp inflamsi hepar

1. Monitor tanda-tanda vital ( Suhu badan ) R/ Sebagai


indicator utk mengetahui status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yg
adekuat (Sedikitnya 2000 liter/hari) utk mencegah
dehidrasi R/ Dalam kondisi demam terjadi peningkatan
evaporasi yg memicu timbulmya dehidrasi.
3. Berikan kopres hangat pada lipatan ketiak dan femur. R/
Menghambat pusat simpatis di hipotalamus shg terjadi
vasodilatasi kulit dg merangsang kel. keringat utk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien utk memakai pakaian yg menyerap
keringat. R/ Kondisi kulit yg mengalami lembab memicu
timbulnya pertumbuhan jamur, juga akan mengurangi
kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
DX. 4. Keletihan b.d proses inflamasi kronis sekunder
thdp hepatitis

1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu. R/ Dg penjelasan


sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih
tenang
2. Sarankan klien utk tirah baring R/ Tirah baring akan
meminimalkan energi yg dikeluarkan shg metabolisme dpt
digunakan utk penyembuhan penyakit.
3. Bantu klien mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat- minat. R/ Memungkinkan klien dpt
memprioritaskan kegiatan-kegiatan yg sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi utkk kegiatan yg kurang
penting.
4. Analisa tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak
energi, waktu kelelahan, aktivitas yg berhub. Dg keletihan
R/ Keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yg dpt menimbulkan Keletiha
5. Bantu klien utk belajar ttg ketrampilan koping yg efektif (Bersikap
asertif, teknik relaksasi). R/ Untuk mengurangi keletihan baik fisik
maupun psikologis
DX. 5..Perubahan kenyamanan b.d pruritus sekunder
terhdp akumulasi pigmen bill. dlm garam empedu

1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan


kulit kering
– Sering mandi dg menggunakan air dingin
dan sabun ringan
– Keringkan kulit, jaringan digosok.
R/ Kekeringan dpt meningkatkan sensitifitas
kulit dg merangsang ujung saraf
2. Cegah penghangatan yg berlebihan dg
mempertahankan suhu ruangan dingin
dan kelembaban rendah, hindari pakaian
terlalu tebal. R/ Penghangatan yg berlebihan
menambah pruritus dg meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi.
3. Anjurkan klien agar tdk menggaruk,
instruksikan klien utk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus utk
tujuan menggaruk. R/ Penggantian
merangsang pelepasan histamin,
menghasilkan lebih banyak pruritus.
4. Pertahankan kelembaban pada suhu
ruangan 30-40 derajat dan dingin.R/
Pendinginan akan menurunkan
vasodilatasi dan kekeringan
Dx 6 Resti thdp transmisi infeksi b.d
sifat menular dari agent virus
1. Gunakan kewaspadaan umum tthdp substansi
tubuh yg tepat utk menangani semua caira
tubuh
 Cuci tangan seb. dan ses. kontak dg semua klien
atau spesimen
 Gunakan sarung tangan utk kontak dg darah dan
cairan tubuh
 Tempatkan spuit yg telah digunakan segera pada
wadah yg tepat, jangan menutup kembali
atau memanipulasi jarum dg cara apapun. R/
Pencegahan tersebut dpt memutuskan rantai
transmisi virus hepatitis
2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius,
linen dan cairan tubuh dg tepat utk
membersihkan peralatan- peralatan dan
2. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dg
sering pd klien, kel. pengunjung dan
petugas pelayan kes. R/ Mencuci tangan
menghilangkan organisme yg merusak
rantai transmisi infeksi.
3. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi utk
evaluasi departemen kes. yg tepat. R/
Rujuk tersebut perlu utk mengidentifikasi
sumber pemajanan dan kemungkinan
orang lain terinfeksi.
I. PENGERTIAN
• Tifoid Fever/Demam Tifoid atau Typhus
Abdominalis mrpkn peny. infeksi akut pd usus
halus dg gejala demam satu mgg atau lebih
disertai gangguan pd saluran pencernaan dan
dg atau tanpa gangguan kesadaran (Sariadi
SKp dan Rita SKp, 2001).
• Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi
melalui makanan dan minuman yg
terkontaminasi.
II. ETIOLOGI
• Infeksi kuman : salmonella Tiposa / Eberthela
Tiposa.
• Mrpkn kuman gram neg, motil, dan tdk memp.
spora, hidup baik sekali pd suhu tubuh manusia
maupun suhu yg lebih rendah sedikit serta mati
pada suhu 70 derajat Celcius dan antiseptic.
• Salmonella memp. 3 macam antigen yaitu
Antigen O = Ohne, Antigen tdk menyebar ada
dlm dinding sel kuman, Antigen H = Hauch
(Menyebar), terdpt pd flagella dan bersifat
termolabil dan Antigen VI = Kapsul, mrpkn
kapsul yg meliputi tubuh kuman dan melindungi
O Antigen thdp fatositosis. Ketiga jenis antigen
ini di manusia akan menimbulkan tiga macam
antibody yg lazim disebut Aglutinin.
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM

Makanan/minuman tercemar : S. thyposa

Mual, muntah, Usus halus dan kolon


Diare, Konstipasi Hipertermi
Peradangan & Nekrosis
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Pirogen endogen
Masuk dalam darah lwt
Nyeri Jaringan limfe
Pelepasan endotoksin
Volume cairan
tubuh menurun Bakteremia primer

MI : 5-9 hari,
Perdarahan dan RES :Hati dan limpa bacterimia sekunder
perforasi
Hepatomegali,
Splenomegali Berkembang biak

Aktivitas intolerans
Gejala Klinik
1. Demam satu minggu atau lebih :(39-410C)
2. Gangguan saluran pencernaan :Mual, muntah, diare,
konstipasi
3. Nyeri kepala anoreksia
4. Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam
remiten
5. Lidah tifoid dengan tanda antara lain nampak kering,
dilapisi selaput tebal,dibagian belakang tampak lebih
pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan.
6. Pembesaran hati dan limpa
7. Perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan
bawah
8. Gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti
delirium
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN HASIL
1. Jumlah Leukosit
normal/leucopenia/leukositosis.
2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT
dan fosfat alkali meningkat
3. Minggu pertama biakan darah S.Typi positif, dl
mgg berikutnya menurun
4. Biakan tinja positif dl mgg ke dua dan ke tiga
5. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada
pemeriksaan ulang memastikan diagnosis
6. Pada reaksi widal titer agglutinin O dan H
meningkat sejak mgg kedua.
7. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong
diagnosis.
KOMPLIKASI
• Peradarahan intestinal
• Perforasi intestinal
• Ileus paralitik
• Renjatan septic
• Pielonefritis
• Kolesistitis
• Pneumonia
• Miokarditis
• Peritonitis
• Encepalopati
• Bronchitis
PENATALAKSANAAN
1. Pasien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari,
bebas demam atau 14 hari, keadaan ini sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus..
2. Pas. diberikan bubur saring dan kemudian bubur kasar
yg bertujuan utk menghindari komplikasi dan
perforasi usus
3. Obat-oabatan :
Pemberian antibiotika yang efektif dapat mengurangi
angka kematian (Di Amerika angka kematian turun
menjadi 1 % bahkan kurang)
a. Anti Mikroba :
– Kloramfenikol 4 x 500 mg sehari IV
– Tiamfenikol 4 x 500 mg sehari oral
– Kotrimoksazol 2 x 2 tablet sehari 9i tablet =
sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis
yang sama IV, dilarutkan dl 250 ml cairan infus.
• Ampicillin atau Amoxycillin 100 mg/kg/BB
sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis
• Anti Mikroba diberikan selama 14 hari atau
sampai 7 hari bebas demam
b. Anti piretika seperlunya
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas
demam
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Riwayat : makan daging, telur yg tdk dimasak, atau minuman
yg terkontaminasi
2. Gastrointestinal : awal mual dan muntah, nyeri abdomen dan diare,
distensi abdomen, pembesaran limpa.
3. Suhu tubuh : pada fase akut demam 39 – 40 derajat celcius,
meningkat hingga 41 derajat Celcius
4. Kulit : Rose spot dimana hilang denga tekanan, ditemukan pada
dada, perut setelah minggu Pertama
5. Neurologis : delirium hingga stupor
6. Pernapasan : batuk non produktif
7. Muskuloskeletal : nyeri sendi
8. Kardio vaskuler : takikardi, hipotensi, dan shock jika
perdarahan, infeksi sekunder atau Septicemia
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d gangguan hypothalamus oleh pirogen
endogen
2. Diare b.d infeksi pada saluran intestinal
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
tdk ada napsu makan, mual dan muntah
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan tubuh b.d
muntah dan diare
5. Resiko tinggi infeksi (Kontak pasien) b.d adanya
salmonella pada tinja dan urine
6. Konstipasi b.d invasi salmonella pada mukosa intestinal
7. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurang
terpapar terhadap informasi
III. INTERVENSI

Dx. 1. Hipertermi b.d proses infeksi oleh zat


pirogen endogen
Goal :
• Pas. akan mempertahankan keamanan dan
kenyamanan selama fase demam dan suhu tubuh
akan kembali normal.
Obyektif :
• Suhu tubuh dl batas normal (36-37 derajat
celcius), RR dan N dalam batas normal
• Pakaian dan tempat tidur pasien kering, kulit
dingin, dan bebas dari keringat yg berlebihan.
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda infeksi. R/ Infeksi pada umumnya
menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
2. Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam. R/ Deteksi resiko
peningkatan suhu tubuh yang ekstrem
3. Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran
darahnya. R/ Memfasilitasi kehilangan panas lewat
konveksi dan konduksi
4. Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien,
kenakan pakaian yang tipis pada pasien. R/ Kehilangan
panas tubuh melalui konveksi dan evaporasi.
5. Monitor komplikasi neurologist akibat demam.R/ Febril
dan ensepalopati bisa terjadi bila suhu tubuh yang
meningkat.
6. Atur cairan iv sesuai order atau anjurkan intake cairan
yang adekuat R/ Menggantikan cairan yang hilang
lewat keringat
7. Atur antipiretika, jangan berikan aspirin. R/ Aspirin
beresiko terjadi perdarahan GI yang menetap
DX. 2. Gangguan pola eliminasi : diare b.d infeksi pada
saluran intestinal
Goal : Pas. akan kembali normal pola eliminasinya
Obyektif : tdk distensi perut, faces lunak, coklat dan
berbentuk, tdk nyeri atau kram perut.
Intervensi :
1. Ukur output. R/ Menggantikan cairan yg hilang agar
seimbang
2. Kompres hangat pada abdomen. R/ Mengurangi kram
perut
3. Kumpulkan tinja untuk pemeriksaan kultur. R/
Mendeteksi adanya kuman pathogen
4. Cuci dan bersihkan kulit di sekitar daerah anal yang
terbuka sesering mungkin. R/ Mencegah iritasi dan
kerusakan kulit.
DX. 3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d tdk adanya
napsu makan,
mual dan muntah.
Goal :
– Pas. akan mampu meningkatkan kebutuhan
nutrisi dalam batas normal
Obyektif :
– BB normal, pasien dapat menghabiskan
porsi makan sesuai kebutuhan, mual
muntah, berkurang/tidak ada
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari. R/ Mengkaji pemasukan nutrisi
yang adekuat
2. Berikan kebersihan oral. R/ Mulut yg bersih dapat
meningkatkan napsu makan
3. Tentukan pola makan dan pola diit pas. dan bandingkan
dengan makanan yg dpt dihabiskan pas.R/
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik
4. Anjurkan pas. Utk makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ Asupan nutrisi yg adekuat dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan nutrisi
5. Berikan makanan yg lunak sesuai program diit pasien.
R/ Menghindari komplikasi dan perforasi usus
6. Kolaborasi dg tim kes. lain dl pengaturan diit (Gizi).
R/ Diit yg seimbang dpt mempercepat proses
penyembuhan.
DX. 4. Resiko tinggi kurangnya volume
cairan tubuh b.d muntah dan diare
Goal :
– Pas. akan mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit dl batas normal
Obyektif :
– Turgor kulit normal, membran mukosa
lembab
– Urine output normal
– Kadar darah sodium, kalium,magnesium dan
kalsium dalam batas normal
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda dehidrasi. R/ Intervensi lebih
dini
2. Berikan minuman peroral sesuai toleransi.
R/ Mempertahankan intake yang adekuat
3. Atur pemberian cairan per infus sesuai order
R/ Melakukan rehidrasi
4. Ukur semua cairan output (Muntah, diare,
urine) ukur semua intake cairan.
R/ Meyakinkan keseimbangan antara intake
dan output
DX.5. Resiko tinggi infeksi (Kontak pasien)
b.d adanya salmonella pada tinja dan
urine
Goal :
– Pasien akan bebas dari infeksi dan komplikasi
Obyektif :
– Tanda-tanda vital dalam batas normal
– Kultur darah, urine dan feces negative
– Hitung jenis darah dalam batas normal, tidak
ada perdarahan.
Intervensi :
1. Kumpulkan darah, urine dan feces utkk pem. sesuai
aturan. R/ Pengumpulan yg salah bisa merusak kuman
pathogen sehingga mempengaruhi diagnosis dan
pengobatan
2. Atur pemberian agen anti infeksi sesuai order. R/ Anti
infeksi hrs segera diberikan utk mencegah penyebaran
ke pekerja pas. lain dan kontak pas.
3. Pertahankan enteric precaution sampai 3 kali pem. feces
negative thdp S.Thypi. R/ Mencegah transmisi kuman
pathogen.
4. Cegah pas. terpapar dg pengunjung yg terinfeksi atau
petugas, batasi pengunjung. R/ Membatasi terpaparnya
pas. Pd kuman pathogen lainnya
5. Terlibat dl perawatan lanjutan pas. R/ Meyakinkan
bahwa pas. diperiksa dan diobati
6. Ajarkan pas. mencuci tangan, kebersihan diri,
kebutuhan makanan dan minuman, mencuci tangan
setelah BAB atau memegang feses R/ Mencegah infeksi
berulang.
DX. 6. Konstipasi b.d invasi salmonella pada mukosa
intestinal
Goal : Pas. bebas dari konstipasi
Obyektif : Feses lunak dan keluar dg mudah, BAB tdk
lebih dari 3 hari
Intervensi :
1. Observasi feses. R/ Mendeteksi adanya darah dalam
feses
2. Monitor tanda-tanda perforasi dan perdarahan. R/ Untuk
intervensi medis segera
3. Cek dan cegah terjadinya distensi abdominal. R/ Distensi
yg tdk membaik akan memperburuk perforasi pada
intestinal.
4. Atur pemberian enema rendah atau glycerin sesuai order,
jangan beri laksatif. R/ Untuk menghilangkan distensi
DX. 7. Kurang pengetahuan ttg penyakitnya b.d kurang
informasi
Goal : Pas. akan meningkatkan pengetahuan ttg peny.nya.
Obyektif : Dapat menjelaskan kembali ttg pengertian,
penyebab tanda-tanda dan gejala, penanganan dan
pendidikan kes.ttg peny. thypus abdominalis
Intervensi :
1. Jelaskan pada pas. Ttg pengertian, penyebab, tanda
dan gejala dan cara penanganan pd pas. dg typhus
abdominalis. R/ Penjelasan yg adekuat akan
meningkatkan pengetahuan akan peny.
2. Berikan PENKES ttg cara pencegahan dan
pengawasan sumber infeksi peny. typhus
abdominalis. R/ Dg mengetahui cara pencegahan peny.
maka dpt dilakukan pengendalian terhdp penyebaran
peny. typhus abdominalis.

Vous aimerez peut-être aussi