Vous êtes sur la page 1sur 36

ASKEP PADA KLIEN DGN SYAHRIR

OSTEOPOROSIS
DEFINISI

• Osteoporosis atau penyakit keropos tulang


adalah salah satu penyakit yang menimpa tulang
karena berkurangnya massa dan kepadatan
tulang.
• Osteoporosis adalah gangguan metabolisme
tulang sehingga massa tulang menurun,
komponen matrik yaitu mineral dan protein
berkurang, resorpi terjadi lebih cepat daripada
formasi tulang sehingga tulang menjadi tipis
DAMPAK

• TULANG MUDAH RAPUH DAN PATAH SHG


MUDAH FRAKTUR
• SERING MENGAKIBATKAN FRAKTUR
KOMPRESI VERTEBRA TORAKALIS DAN
LUMBALIS, FRAKTUR PADA KOLUM
FEMORALIS DAN DAERAH
TROKANTER(Paha) , PATAH TULANG
KOLLES PADA PERGELANGAN TANGAN
Epidemiologi
• Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan
laki-laki dan merupakan problem pada wanita
pascamenopause
• Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa
puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan
rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah
1,4% per tahun
• Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM
mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia,
lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah,
sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang
tinggi, riwayat barat badan lebih atau obesitas dan latihan
yang teratur.
Etiologi
• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang
baik selama masa pertumbuhan (gangguan
metabolisme tulang, yaitu kerja sel penghancur
tulang melebihi kerja sel pembentuk tulang)
• Meningkatnya pengurangan massa tulang setelah
menopause (menurunnya hormon, kurang asupan
kalsium dan vitamin D, disertai dengan faktor-
faktor pendukung lainnya)
Faktor Resiko Osteoporosis
• Usia
• Genetik
• Etnis (kaukasia > kulit hitam
• Seks (wanita > pria)
• Riwayat keluarga
• Lingkungan, dan lainnya
• Defisiensi kalsium
• Aktivitas fisik kurang
• Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)
• Merokok, alkohol
Faktor Resiko Osteoporosis

Hormonal dan penyakit kronik


• Defisiensi estrogen, androgen
• Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme
primerPenyakit kronik (sirosis
hepatis, gangguan ginjal.
Klasifikasi Osteoporosis

•Osteoporosis primer
•Osteoporosis sekunder
•Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis primer
• Berhubungan dengan kelainan pada tulang
Menyebabkan peningkatan proses resorpsi di
tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko
fraktur vertebra dan Colles.
• Pada usia dekade awal pasca menopause, wanita
lebih sering terkena daripada pria dengan
perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57
tahun
Osteoporosis sekunder

•Osteoporosis sekunder
disebabkan oleh penyakit atau
sebab lain di luar tulang
Osteoporosis idiopatik

• Osteoporosis idiopatik terjadi


pada laki-laki yang lebih muda
dan pemuda pra menopause
dengan faktor etiologik yang
tidak diketahui
PATOGENESIS

Proses Remodelling Tulang dan


Homeostasis Kalsium

Osteoporosis primer

Osteoporosis Sekunder
Proses Remodelling Tulang dan
Homeostasis Kalsium
Kerangka tubuh:
substansi organik (30%) : sel tulang (2%) seperti
osteoblas, osteosit dan osteoklas dan matriks tulang
(98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%) dan protein
nonkolagen (5%) seperti osteokalsin, osteonektin,
proteoglikan tulang, protein morfogenik tulang,
proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang
substansi mineral yang paling banyak terdiri dari
kristal hidroksiapatit (95%) serta sejumlah mineral
lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F, Cl, Sr dan Pb.
Tanpa matriks tulang yang berfungsi sebagai
perancah, proses mineralisasi tulang tidak
mungkin dapat berlangsung.
Matriks tulang merupakan makromolekul
yang sangat bersifat anionik dan berperan
penting dalam proses kalsifikasi dan fiksasi
kristal hidroksi apatit pada serabut kolagen.
Patogenesis Osteoporosis primer
 Setelah menopause maka resorpsi tulang akan
meningkat, terutama pada dekade awal setelah
menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur
vertebra dan radius distal meningkat.
 Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai
sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel
mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang
berperan meningkatkan kerja osteoklas, dengan
demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause
akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut
sehingga aktivitas osteoklas meningkat.
Patogenesis Osteoporosis
Sekunder
Selama hidupnya seorang wanita akan
kehilangan tulang spinalnya sebesar 42%
dan kehilangan tulang femurnya sebesar
58%.
Pada dekade ke-8 dan 9 kehidupannya,
terjadi ketidakseimbangan remodeling
tulang, dimana resorpsi tulang meningkat,
sedangkan formasi tulang tidak berubah
atau menurun
 Hal ini akan menyebabkan kehilangan massa
tulang, perubahan mikroarsitektur tulang dan
peningkatan resiko fraktur
 Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering
didapatkan pada orang tua
 Hal ini disebabkan oleh asupan kalsium dan
vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorpsi
dan paparan sinar matahari yang rendah
 Defisiensi vitamin K juga akan menyebabkan
osteoporosis karena akan meningkatkan
karboksilasi protein tulang misalnya osteokalsin
Faktor lain yang juga ikut berperan
terhadap kehilangan massa tulang pada
orang tua adalah faktor genetik dan
lingkungan (merokok, alkohol, obat-
obatan, imobilisasi lama).
Gambaran Klinis

fraktur pada vertebra, pergelangan


tangan, pinggul, humerus, dan tibia.
Gejala yang paling lazim dari fraktur
korpus vertebra adalah nyeri pada
punggung dan deformitas pada tulang
belakang
 awalnya nyeri akut dan sering menyebar
kesekitar pinggang hingga kedalam perut
 Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit
gerakan misalnya berbalik ditempat tidur
 Istirahat ditempat tidur dapat meringankan nyeri
untuk sementara, tetapi akan berulang dengan
jangka waktu yang bervariasi
 Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh
distensi perut dan ileus
waspada terhadap kemungkinan
osteoporosis
bila didapatkan :
Patah tulang akibat trauma yang ringan.
Tubuh makin pendek, kifosis dorsal
bertambah, nyeri tulang.
Gangguan otot (kaku dan lemah)
Secara kebetulan ditemukan gambaran
radiologik yang khas
Diagnosis

Diagnosis osteoporosis umumnya secara


klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa
nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi
walau osteoporosis lanjut
Khususnya pada wanita-wanita
menopause dan pasca menopause, rasa
nyeri di daerah tulang dan sendi
dihubungkan dengan adanya nyeri akibat
defisiensi estrogen.
Jadi secara anamnesa mendiagnosis
osteoporosis hanya dari tanda sekunder
yang menunjang terjadinya osteoporosis
seperti :
Tinggi badan yang makin menurun.
Obat-obatan yang diminum.
Penyakit-penyakit yang diderita selama masa
reproduksi, klimakterium.
Jumlah kehamilan dan menyusui.
Bagaimana keadaan haid selama masa
reproduksi.
Pemeriksaan Fisik

Tinggi badan dan berat badan harus


diukur pada setiap penderita osteoporosis
gaya berjalan penderita osteoporosis,
deformitas tulang, nyeri spinal
Penderita dengan osteoporosis sering
menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus
dan penurunan tinggi badan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. SINAR X
DIKATAKAN OSTEOPOROSIS JIK ATERJADI
DEMINERALISASI 25% SAMPAI 40%, TAMPAK
RADIOLUSEN, VERTEBRA KOLABS
2. LABORATORIUM
KALSIUM SERUM, FOSFAT SERUM, ALKALI
FOSFATASE, EKSKRESI KALSIUM, EKSKRESI
HIDROKSI PROTEIN URINE, HEMATOKRIT, LED
3. ABSSORBSIOMETRI FOTO TUNGGAL
MEMANTAU MASSA TULANG PADA KORTIKAL
SENDI PERGELANGAN TANGAN
PENATALAKSANAAN (pencegahan
dan terapi)
1. DIET KAYA KALSIUM DAN VITAMIN D
2. PADA MENOPAUSE BERIKAN HRT
(HORMONE REPLACEMENT
THERAPY)
3. Memperhatikan faktor makanan, latihan
fisik ( senam pencegahan osteoporosis),
pola hidup yang aktif dan paparan sinar
ultra violet
4. Menghindari obat-obatan dan jenis
makanan yang merupakan faktor resiko
osteoporosis seperti alkohol, kafein,
diuretika, sedatif, kortikosteroid.
5. Pembedahan pada pasien osteoporosis
dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila
terjadi fraktur panggul.
6. Meningkatkan massa tulang dengan
melakukan pemberian obat-obatan antara
lain hormon pengganti (estrogen dan
progesterone dosis rendah). Kalsitrol,
kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi
seperti kalsium serta senam beban.
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
ANAMNESE :
1. IDENTIFIKASI INDIVIDU YG BERESIKO
OSTEOPOROSIS DAN KIPOSIS
2. IDENTIFIKASI RIWAYAT KELUARGA DENGAN
KELUHAN YG SAMA
3. FRAKTUR SEBELUMNYA
4. KONSUMSI DIET HARIAN
5. POLA LATIHAN DAN AKTIVITAS
6. PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID
7. KONSUMSI ALKOHOL DAN KAFEIN
8. GEJALA NYERI PINGGANG, KONSTIPASI,
GANGGUAN CITRA DIRI
PEMERIKSAAN FISIK
1. ADANYA PATAH TULANG
2. NYERI OTOT
3. KIPOSIS
4. PEMENDEKAN TINGGI BADAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YG MUNGKIN MUNCUL
1. RESIKO CIDERA : FRAKTUR b.d
OSTEOPOROSIS
2. NYERI b.d FRAKTUR DAN SPASME
OTOT
3. KONSTIPASI b.d IMMOBILISASI
4. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
PROSES OSTEOPOROSIS DAN
PROGRAM TERAPI
INTERVENSI
1. MENCEGAH CIDERA
LATIHAN FISIK PENTING UNTUK MEMPERKUAT OTOT,
MENCEGAH ATROPI DAN MEMPERLAMBAT
DEMINERALISASI TULANG :
- LATIHAN ISOMETRIC MEMPERKUAT OTOT BATANG
TUBUH
- BERJALAN DENGAN MEMPERTAHANKAN POSTUR
TUBUH YG BENAR
- MEMBUNGKUK MENDADAK, MLENGOK DAN
MENGANGKAT BEBAN LAMA HARUS DIHINDARI
-AKTIVITAS DILAKUKAN DI LUAR RUMAH DIBAWAH SINAR
MATAHARI PAGI
INTERVENSI
2. MEREDAKAN NYERI
- ISTIRAHAT DI TEMPAT TIDUR DGN POSISI
TERLENTANG, KASUR HARUS PADAT DAN
LENTUR
- FLEKSI LUTUT MENGURANGI
KETEGANGAN OTOT TULANG BELAKANG
- KOMPRES PANAS INTERMITTEN
- PIJATAN PUNGGUNG
- OPIOID ORAL MUNGKIN DIPERLUKAN
INTERVENSI
3. MEMPERBAIKI PENGOSONGAN USUS
- DIET AWAL TINGGI SERAT, TAMBAHAN CAIRAN
DAN PENGGUNAAN PELUNAK TINJA
- BILA KOLABS VERTEBRA MENGENAI T10 – L2
PASIEN DAPAT MENGALAMI ILEUS
- PANTAU ASUPAN KLIEN DAN BISING USUS
4. PENDIDIKAN
JELASKAN : PROSES OSTEOPOROSIS, TERAPI
UNTUK MEMPERLAMBAT OSTEOPOROSIS

Vous aimerez peut-être aussi