Vous êtes sur la page 1sur 26

KEPERAWATAN PROFESIONAL

“MALPRAKTEK”
KELOMPOK 4
Theasya Yasinta Maharani P27820117054
Ika Safitri Ramadani P27820117055
Niswa Aulia Nurbaiti P27820117058
Ayu Anggraeni P27820117059
Icha Anggi Saputri P27820117063
Alvan Yacob Firmansyah P27820117078
PENGERTIAN

Secara harfiah “mal” Berarti salah sedangkan “praktek”


mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga
malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah.

Menurut Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik


sebagai kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk
menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di
dalam memberikan pelayanah pengobatan dan perawatan
terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam
mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di
lingkungan wilayah yang sama.
Unsur-Unsur Malpraktek
(Vestal.1995):

3. Proximate caused
1. Kewajiban (duty)
(sebab-akibat

2. Breach of the duty (Tidak


4. Injury (Cedera)
melasanakan kewajiban)
Malpraktik dalam
keperawatan

Malpraktek dalam keperawatan adalah suatu


batasan yang digunakan untuk menggambarkan kelalaian
perawat dalam melakukan kewajibannya (Ellis dan
Hartley (1998).
Caffee (1991) dan Vestal, K.W. (1995)
mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat
berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian
keperawatan (assessment errors), perencanaan
keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi
keperawatan (intervention errors).
Lanjutan……

1.Assessment Errors
Adalah kesalahan penilaian dalam melakukan asuhan keperawatan
termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara
memadai, seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau
keluhan pasien yang membutuhkan tindakan segera

2. Planning Errors
Adalah kesalahan dalam melakukan perencanaan asuhan
keperawatan.

3. Intervention Errors
Adalah kesalahan dalam melakukan tindakan langsung terhadap pasien
termasuk kegagalan menginterpretasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi,
kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati, kegagalan
mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau dari penyelia
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 32
tentang penyembuhan penyakit dan pemulihan.
2. UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. Permenkes No. 159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit
4. Permenkes No. 660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat edaran
Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Rawl/88
tentang penerapan standar praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di
Rumah Sakit
5. Kepmenkes No. 647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan
direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/IX/2011 tentang
registrasi dan praktik perawat.
6. UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
DASAR HUKUM PERUNDANG-
UNDANGAN PRAKTEK KEPERAWATAN
1. Malpraktik Medik (Medical
Malpractice)

BEBERAPA BENTUK 2. Malpraktik Etik (Ethical


MALPRAKTEK Malpractice)
DALAM
KEPERAWATAN

3. Malpraktik Yuridis (Juridical


Malpractice)
Malpraktik Yuridis (Juridical Malpractice)
dibagi menjadi tiga :

1. Malpraktik Perdata (Civil Malpractice)


terjadi jika dokter tidak melakukan kewajiban (ingkar
janji) yaitu tidak memberikan prestasinya sebagaimana
yang telah disepakati. Tindakan dokter yang dapat
dikatagorikan sebagai melpraktik perdata antara lain :
 Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan
 Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak
sempurna
 Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat
 Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak
seharusnya dilakukan
2. Malpraktik Pidana (criminal malpractice)
Perbuatan tersebut dapat berupa perbuatan positif (melakukan
sesuatu) maupun negative (tidak melakukan sesuatu) yang merupakan
perbuatan tercela (actus reus), dilakukan dengan sikap batin yang
salah (mens rea) berupa kesengajaan atau kelalauian. Contoh
malpraktik pidana dengan sengaja adalah :
1. Melakukan aborsi tanpa tindakan medik
2. Mengungkapkan rahasia kedokteran dengan sengaja
3. Tidak memberikan pertolongan kepada seseorang yang dalam
keadaan darurat
4. Membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benar
5. Membuat visum et repertum tidak benar
6. Memberikan keterangan yang tidak benar di pengadilan dalan
kapasitasnya sebagai ahli
Contoh malpraktik pidana karena kelalaian:
1. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan gunting tertinggal
diperut
2. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan pasien luka berat atau
meninggal
3. Malpraktik Administrasi Negara (administrative malpractice)
1. Malpraktik administrasi terjadi jika dokter menjalankan
profesinya tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan
hukum administrasi Negara. Misalnya:
2. Menjalankan praktik kedokteran tanpa ijin
3. Menjalankan praktik kedokteran tidak sesuai dengan
kewenangannya
4. Melakukan praktik kedokteran dengan ijin yang sudah
kadalwarsa.
5. Tidak membuat rekam medik
DAMPAK MALPRAKTIK
KEPERAWATAN

1. Ketidakpuasan terhadap pengobatan atau pelayanan medis yang dilakukan


oleh dokter yang merawatnyaterjadi karena hasil yang dicapai dalam upaya
pengobatan tidak sesuai dengan harapan pasien dan keluarganya, misalnya
terjadi kecacatan pada pasien ataupun kematian..
2. Selain itu dampak medical error juga akan dirasakan oleh tenaga kesehatan
yang melakukanya. Jika pasien yang menjadi korban kelalaian tersebut
tidak terima dengan apa yang terjadi, tenaga medis tersebut bisa saja
dituntut di depan hukum, diberhentikan dari instansi tempatnya bekerja
sampai pencabutan izin praktik. Jika memang sampai terjadi pencabutan
izin praktik bagi tenaga medis tersebut, maka tenaga medis tersebut harus
mengulang profesinya dari nol untuk mendapatkan surat izin praktik.
Contoh Kasus dan Analisa Kasus
Malpraktek dalam
Keperawatan
Contoh kasus
Seorang warga di Tegal, Jawa Tengah tewas diduga
akibat malpraktek saat dirawat di Rumah Sakit. Korban
diberi cairan infus yang sudah kadaluarsa saat menjalani
perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal sehngga
kondisinya terus memburuk dan akhirnya tewas.
Sementara itu pihak Rumah Sakit Mitra Siaga mengatakan
pemberian infus kadaluarsa tersebut bukan merupakan
kesengajaan. Solihul, warga surodadi, Tegal, Jawa Tengah
meninggal Selasa (25/03/08) kemarin, di Rumah Sakit
Harapan Anda Tegal. Tangis keluarga korban pun tak
terbendung saat mengetahui korban sudah meninggal.
Istri korban Ekaa Susanti bahkan berkali – kali tak
sadarkan diri. Salah satu keluarga korban berteriak –
teriak histeris sambil menunjukkan sisa infus kadaluarsa
yang diberikan ke korban saat menjalani perawatan di
Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal Sabtu pekan lalu tempat
sebelumnya korban dirawat.
Pada kemasan infus tertera tanggal kadaluarsa 14 januari 2008.
Keluarga korban menuding pemberian infus kadaluarsa inilah yang
menyebabkan korban meninggal. Pihak Rumah Sakit Mitra Siaga dinilai teledor
karena memberikan infus yang sudah kadaluarsa. Menurut keluarga korban,
sejak diberi infus kadaluarsa, kondisi korban terus memburuk. Korban
menderita gagal ginjal awalnya dirawat di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal
selama 10 hari. Karena tak kunjung sembuh, pihak keluarga kemudian
memutuskan merujuk korban ke RSI Harapan Anda Tegal. Korban langsung
menjalani perawatan di ruang ICU. Namun tiga hari menjalani perawatan di
ICU kondisi korban terus memburuk, hingga akhirnya meninggal dunia.
Direktur Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal, Dokter Wahyu Heru Triono
mengatakan, tidak ada unsur kesengajaan dalam kasus infus kadaluarsa yang
diberikan kepada pasien Solihul, namun pihaknya mengakui insiden ini
menunjukkan adanya kelemahan monitoring logistic farmasi. Meski belum
dapat dipastikan meninggalnya korban akibat infus kadaluarsa, pihakya akan
menjadikan kasus ini sebagai evaluasi untuk memperbaiki monitoring logistic
farmasi. Sementara itu keluarga mengaku tetap akan menuntut
pertanggungjawaban pihak Rumah Sakit Mitra Siaga atas terjadinya kasus ini.
Pasalnya, tidak saja telah kehilangan nyawa, namun keluarga korban tetap
harus membayar biaya perawatan sebesar 7 juta rupiah. (Kuncoro
Wijayanto/Sup/26-Mar-2008)
ANALISA KASUS
Kasus di atas merupakan kesalahgunaan obat (drug missuse)
yang disebabkan oleh ketidaktelitian pengawasan obat di Rumah Sakit.
Pihak yang bertanggung jawab atas kasus ini adalah dokter, perawat
dan seorang farmasis. Tetapi karena dalam pemasangan infus yang
lebih berperan adalah perawat, sehingga kesalahan terbesar berada
pada perawat. Menurut Kode Etik Keperawatan PPNI tahun 2000,
dalam Kode Erik Perawat dan Klien disebutkan bahwa tanggung jawab
utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan, ini berarti bahwa perawat siap menanggung apapun
yang sudah dilakukannya terhadap pasien.
Begitu pula yang tertera pada Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2014 TentangKeperawatan Pasal 30 poin 1 Poin, dalam
pasal tersebut disebutkan bahwa dalam menjalankan tugas
sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya
kesehatan perorangan, perawat berwenang melakukan
penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat terbatas. Hal ini
seharusnya menjadi pedoman perawat untuk senantiasa
berhati-hati dalam setiap tindakan,memperhatikan hal sekecil
apapun guna meminimalisir kesalahan atas tindakan yang
dilakukan terhadap pasien, tidak terkecuali dalam pemasangan
dan pemberian cairan infus
Dampak – Dampak Kelalaian Yang Terjadi
1. TERHADAP PASIEN
 Biaya rumah sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat
 Kemungkinan terjadi komplikasi / munculnya masalah
kesehatan / keperawatan lainnya.
 Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan
perawatan sesuai dengan standar yang benar.
 Dalam hal ini keluarga pasien yang dapat menuntut pihak
rumah sakit atau perawat secara perorangan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, yaitu KUHP karena telah
menyebabkan pasien meninggal dunia.
2. PERAWAT SEBAGAI INDIVIDU/PRIBADI
 Perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi sendiri, karena telah
melanggar prinsip-prinsip moral/etik.
 Perawat akan menghadapi tuntutan hukum dari keluarga pasien dan ganti rugi atas kelalaiannya
sesuai KUHP
 Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapt peringatan baik dari
atasannya (Kepala ruang – Direktur RS) dan juga organisasi profesinya.
3. BAGI RUMAH SAKIT
 Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan RS
 Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi misi rumah sakit
 Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata karena melakukan
kelalaian terhadap pasien bahkan menyababkan pasien meninggal.
 StandarisasipelayananRumahSakitakandipertanyakanbaiksecaraadministrasidan prosedur.
4. BAGI PROFESI
Masyarakat atau keluarga pasien akan
mempertanyakan mutu dan standarisasi perawat yang
telah dihasilkan oleh pendidikan keperawatan.
Penyelesaian kasus solihul dan kelalaian perawat
diatas, harus memperhatikan berbagai hal baik dari
segi pasien dan keluarga, perawat secara perorangan,
Rumah Sakit sebagai institusi dan juga bagaimana
padangan dari organisasi profesi.
TINJAUAN KASUS MENURUT HUKUM
Keputusan ada atau tidaknya kelalaian malprakrek
bukanlah penilaian atas hasil akhir pelayanan praktek
keperawatan pada pasien. melainkan penilaian atas sikap dan
tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh tenaga
medis dibandingkan dengan standar yang berlaku. Dari segi
hukum kelalaiaan tersebut melanggar Pasal-pasal 359 sampai
dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan
kematian atau luka-luka berat karena kelalaian menyebabkan
orang mati : “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan
mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”
Tinjauan Kasus Menurut Etika Keperawatan
Insiden meninggalnya solihul tersebut jelas – jelas
melanggar etika keperawatan. Dimana seharusnya
perawat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan
baik, namun ia lalai dan mengakibatkan hilangnya
nyawa orang lain. Bila dilihat dari beberapa aspek
etika, negligence melanggar prinsip - prinsip yang ada
didalamnya termasuk beneficience, Justice, Non
maIeficience, Fidelity dan Autonomy. Perawat dinilai
tidak merefleksikan praktek profesional ketika perawat
bekerja unruk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan, akibatnya pasien menjadi
meninggal dunia.
TINJAUAN KASUS MENURUT AGAMA
Secara garis besar yang menjadi titik tolak
pandangan agama tentang malpraktek adalah
mengenai hak hidup seseorang, termasuk untuk
mendapat pengobatan dan kesehatan. Terkait dengan
kasus akan dibahas dimana karena suatu
kelalaianmengakibatkan satu nyawa menghilang atau
kerugian pada seseorang, dapat kita katakan sebagai
suatu dosa besar kecuali kejadian itu memang benar –
benar tidak disengaja. Karena itu maka setiap
kelalaiaan yang mengakibatkan menghilangnya nyawa
seseorang atau menyebabkan kerugian pada oranglain,
akan mendapat dosa yang setimpal dan
mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan.
TINJAUAN KASUS MENURUT NORMA
MASYARAKAT
Dalam kehidupan masyarakat telah diyakinibahwa
profesi kesehatan seperti perawat merupakan orang
yang telah berkompeten dibidangnya, dan melakukan
bidang pekerjaannya dengan penuh hati - hati, namun
denganadanya kejadian tersebut asumsi masyarakat
menjadi negatif akan pelayananyangtidakmemuaskan
oleh rumah sakit.
Permasalahan yang ada seakan membawa image
buruk tidak hanyabagiperawatitusendiri tapi bagi
Rumah Sakit dan profesi.Terkadang permasalahan
tersebut jika telah sampai pada masyarakat luas, akan
menjadi isu - isu negative yang terkadang
masyarakatpun menjadi salah persepsiakan berita
tersebut.
Solusi Kasus
Beberapa kejadian kesalahan pemberian cairan infus ini tentu dapat diatasi, dengan cara
mengubah kebiasaan perawat sendiri, dari kurang teliti menjadi teliti, dari tidak peduli menjadi
peduli. Perawat harus menyadari bahwa pasien datang ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
pertolongan dan perawatan, sehingga perawat pun berkewajiban memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan perundang – undangan.
Dari kasus diatas apabila dari penyidikan polisis dan keterangan saksi ahli diketahui
terdapat kelalaian dalam penyelenggaraan pemantauan atau pemantauan yang tidak mengikuti
standar (kurang tepat) oleh perawat klinik dapat dikategorikan dalam kegiatan malpraktek
keperawatan. Namun, apabila hasil pemeriksaan medis diketahui bahwa penyebab kematian
korban bukan disebabkan oleh infus kadaluarsa, akan tetapi karena penyakit gagal ginjal kronis,
maka seorang farmasis Rumah Sakit tidak dapat dipersalahkan dalam kasus tersebut. Maka
dari itu, diperlukan otopsi terlebih dahulu untuk memperjelas penyebab kematian korban. Hal
yang paling terpenting untuk menekan angka terjadinya malpraktik, harus ada saling kontrol
antara dokter, farmasis, dan perawat, karena ketiganya memiliki tanggung jawab pada
kesehatan dan perawatan pasien.
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi