Vous êtes sur la page 1sur 48

PENGELOLAAN LIMBAH

DI
INDUSTRI FARMASI
1. PENDAHULUAN
 Industri farmasi adalah badan usaha
yang memiliki izin dari MenKes untuk
melakukan pembuatan obat meliputi
pembuatan sediaan farmasi
(formulasi) dan bahan obat berupa
bahan berkhasiat atau pun tidak
berkhasiat (Permenkes No 1799/MenKes
/ Per/XII/2010.
 Industri farmasi yang memproduksi
bahan obat dapat diperkirakan akan
mempunyai potensi besar menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.
 Pencemaran atau perusakan lingkungan akibat
kegiatan industri farmasi tersebut perlu
dicegah sedini mungkin, sebelum industri
farmasi tersebut melakukan kegiatannya.
 Salah satu syarat untuk memperoleh izin
industri farmasi adalah sertifikat Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan atau dokumen
Analisis Dampak Lingkungan (Permenkes,
No 1799/MenKes/Per/XII/2010, Pasal 13, ayat 2
e).
 AMDAL atau SPPL industri farmasi diperlukan
sebagai landasan dalam pengambilan keputusan
di bidang perijinan industri farmasi.
 Keputusan MenKes No
286/MENKES/SK/VI/1990 tentang Kegiatan di
Bidang Kesehatan yang WAJIB membuat
AMDAL, 9 Juni 1990 memutuskan bahwa:
 Wajib AMDAL : Rumah Sakit Kelas A dan B
serta Rumah Sakit Khusus, Rumah Sakit Swasta
yang setara, dan Industri Farmasi yang
memproduksi bahan baku obat.
 Wajib Upaya Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan : Rumah Sakit C dan Rumah sakit
Khusus, Rumah sakit swasta yang setara,
Industri Farmasi yang memproduksi obat
jadi, Industri Obat Tradisional dan Jamu,
dan Laboratorium Kesehatan/Klinik.
2. Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan

 Permenkes No 157/MenKes/Per/III/1990
tentang AMDAL Industri farmasi , pasal
1.a. AMDAL adalah hasil studi mengenai
dampak suatu kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan.
 Jenis Industri farmasi yang wajib AMDAL
menurut Permenkes tsb pada Lampiran I :
adalah Industri Bahan Baku Obat (Bahan
Berkhasiat).
 Setiap pendiriannya, Industri Farmasi wajib
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan di
bidang tata ruang dan lingkungan hidup
(Permenkes No 1799 tahun 2010, Pasal 7)
 Memang setiap usaha atau kegiatan apapun
pada dasarnya dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup yang perlu
diperkirakan sejak perencanaannya sehingga
sejak dini dampaknya yang negatif (merusak,
merugikan, mencemari,dll) dapat dicegah,
ditanggulangi, dikurangi dan bahkan kalau
bisa harus dihilangkan.
 Bagi rencana di luar usaha tersebut di atas,
wajib melakukan upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup yang pembinaannya
berada di bawah instansi terkait.
 Usaha dan atau kegiatan yang akan
dibangun di dalam kawasan yang sudah
dibuatkan AMDAL, tidak diwajibkan
membuat AMDAL lagi, tetapi diwajibkan
melakukan pengendalian dampak
lingkungan hidup dan perlindungan fungsi
lingkungan hidup sesuai dengan rencana
pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
pemantauan lingkungan hidup kawasan.
 Industri farmasi yang melakukan
pembuatan obat berupa sediaan farmasi
atau industri formulasi obat dan Jamu
wajib membuat Surat Upaya Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan (SPPL)
kepada BPLHD.
 Pemberian atau penolakan izin Industri
Farmasi dari Men Kes (melalui Dirjen Yan
Far Alkes) diputuskan setelah adanya
rekomendasi atas SPPL atau AMDAL
yang dilampirkan pada surat permohonan
izin Industri farmasi .
3. SPPL
o Diatur dalam Permen Lingkungan Hidup No 13
tahun 2010 tentang UKL-UPL dan SPPL.
o Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan Upaya
pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL) adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
o Surat pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan hidup (SPPL) adalah
pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melalukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas
dampak dari usaha diluar usaha wajib AMDAL.
 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk
dalam kriteria wajib AMDAL wajib memiliki UKL-UPL dan
wajib membuat SPPL.
 Jenis usaha atau kegiatan wajib UKL-UPL ditentukan oleh
gubernur, bupati atau walikota berdasarkan hasil
penapisan.
 UKL-UPL dan SPPL disusun oleh pemrakarsa sesuai
Permen KLH no 13/2010 dan diajukan kepada Kepala
instansi lingkungan hidup setempat.
 Kepala Instansi LH wajib melakukan pemeriksaan UKL-
UPL dan SPPL serta merekomendasikan UKL-UPL serta
memberikan persetujuan SPPL.
 Rekomendasi UKL-UPL atau SPPL digunakan sebagai
dasar untuk memperoleh izin lingkungan dan melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
INDUSTRI FARMASI BERWAWASAN
LINGKUNGAN (GREEN PHARMACY)

Konsep GREEN PHARMCY diperkenalkan C.G.


Daughton (2003): Semua kegiatan farmasi dari
mulai perencanaan, produksi, distribusi hingga
penggunaan selalu mempertimbangkan matra
lingkungan untuk pelestarian lingkungan yang
bermutu:

1. Memasukkan matra lingkungan dalam perencanaan,


pembangunan, pelaksanaan dan pengembangan
industrinya.
2. Mengendalikan, mengurangi dan menghilangkan dampak
lingkungan yang negatif.
3. Menggunakan dan melestarikan sumber daya secara
optimal dan berkesinambungan.
4. PENCEMARAN LINGKUNGAN
 Pencemaran Lingkungan adalah suatu
proses atau keadaan di mana komposisi
dan keadaan lingkungan secara langsung
atau tidak langsung mengalami perubahan
akibat suatu aktivitas manusia, sehingga
peruntukkannya menjadi berubah pula.
 Terjadinya pencemaran selalu diikuti dengan
perubahan sifat kimia, fisika dan
biologinya.
 Secara visual, terjadinya pencemaran dapat
dilihat dengan adanya perubahan warna,
bau atau kekeruhan yang akhirnya
peruntukannya berubah pula.
4.1. PENCEMAR/POLUTAN
National Academy of Science, Natural Resource
Council of USA mengklasikfikasikan pencemar
sbb:

 Limbah domestik dan industri


 Bahan Penginfeksi (Infectious agents)
 Pupuk (Plants nutrients)
 Senyawa organik toksik
 Senyawa mineral toksik dan non-toksik
 Sedimen tanah yang erosi
 Bahan radioaktif
 Panas (dari industri dan industri nuklir)
4.2. LIMBAH
 Limbah adalah sesuatu, baik dalam bentuk materi,
makhluk hidup, energi maupun informasi yang berada
di suatu sistem, di tempat, dan pada waktu yang tidak
sesuai peruntukkannya, yang secara logis dapat
dihasilkan dari suatu kegiatan tapi tidak diinginkan.
 Adanya ketidaksesuaian inilah yang menyebabkan limbah
sebagai masalah yaitu sebagai pencemar lingkungan ,
tidak ekonomis dan mengancam kehidupan.
 Wujud limbah adalah: padat, cair, gas dan
panas/radiasi.
 Ke-empat wujud limbah ini mempunyai karakteristik dan
tingkat bahaya/risiko yang berbeda, tergantung pada
daya akumulatif dan kemampuannya menekan aspek
kehidupan.
Karakteristik limbah:
1. Tidak berguna atau tidak dapat digunakan
lagi bahkan ada yang merugikan.
2. Beberapa diantaranya ada yang dapat
dimanfaatkan lagi secara langsung
maupun tidak langsung melalui proses
daur ulang.
3. Beberapa ada yang dapat digunakan
sebagai bahan baku kegiatan atau industri
lain.
Pencemaran akan menimbulkan dampak
dan resiko terhadap:
1. Kesehatan manusia, secara langsung maupun
tidak langsung pencemaran dapat mengancam
manusia melaui kecacatan, kesakitan dan kematian.
2. Keseimbangan ekologi, secara langsung maupun
tidak langsung dapat menimbulkan kepunahan
beberapa spesies tertentu yang akhirnya
mengganggu kesetimbangan ekologis.
3. Kualitas bahan akan menurun akibat pencemaran
ini.
4. Estetika/keindahan alam akan terganggu.
Pencemaran selalu diikuti dengan perubahan kimia
dan fisika. Misalnya air sungai menjadi keruh, bau
dan berwarna gelap.
4.3. OBAT SEBAGAI POLUTAN
 Kadar bahan aktif farmasi dalam lingkungan
akuatik sangat rendah dalam rentang ng/l hingga
µg/l.
 Bahan aktif farmasi bersifat bioaktif selektif dan
sifat toksiknya sudah diuji secara pra-klinik
maupun klinik sebelum obat diizinkan beredar.
 Walaupun kadarnya rendah, bahan aktif
farmasi akan mempengaruhi kehidupan
komponen biotik lingkungan
 Aturan baru: Asesmen lingkungan harus
dilakukan bagi bahan aktif farmasi yang
diperkirakan kadar akhir dalam lingkungan
tidak melebihi 1 bpj (uji biodegradabilitas).
DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

 Dilaporkan adanya dampak lingkungan akibat bahan


aktif farmasi dalam lingkungan.
 Dampak lingkungan masih diteliti, informasi belum
lengkap dan terbatas, tidak mencakup semua bahan
aktif.
 Informasi dampak lingkungan dilaporkan hanya
beberapa senyawa dari golongan antibiotika,
antibakteri, antiseptika, antikanker,
antiimflamasi, hormon steroid, anti depresan,
antiepilepsi, dan bahan aktif kosmetika
(pengawet, fragrances, musk, VOC, tabir surya).
 Diklofenak menyebabkan gagal ginjal dan akhirnya
menyebabkan kematian burung pemakan bangkai di
Asia Tenggara.
 Hormon yang digunakan dalam kontrasepsi seperti
17-α-etiniloestradiol (EE2) menyebabkan gangguan
hormon dan sistem reproduksi bahkan menyebabkan
feminisasi ikan jantan.
 Munculnya bakteri yang resisten akibat penggunaan
beberapa antibiotika dalam makanan ikan, ternak,
dll.
 Senyawa amonium kuarterner dalam larutan pencuci
menyebabkan inhibisi pertumbuhan bakteri
denitrifikasi.
 Cacing tanah sangat peka terhadap senyawa
antiparasit yang digunakan oleh ternak.
Paparan limbah pada manusia

UDARA MANUSIA

TUMBUHA
N DAN RANTAI
BINATANG MAKANA
N
LIMBA
H

AIR AIR
PERMUKAA
N MINUM

AIR TANAH
5. PROFIL INDUSTRI FARMASI
 Berdasarkan karakteristik produk yang
dihasilkan, industri farmasi berbeda dengan
industri yang lain.
 Produk yang dihasilkan mempunyai nilai
terapeutik bagi manusia dan atau khewan.
PRODUK TERAPEUTIK yang dihasilkan:
1. Senyawa kimia sebagai bahan aktif farmasi
2. Produk botani yang digunakan dalam
pengobatan (Jamu, Fitostandar dan
Fitofarmaka).
3. Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirop, injeksi,
salep, krim, infus, dll)
4. Produk diagnostik in vitro dan in vivo
5. Produk biologi seperti vaksin dan sera.
5.1. KARAKTERISTIK PROSES
 Proses dan kegiatan yang dilakukan
industri farmasi sangat beragam
tergantung pada produk yang dihasilkan.
 Berdasarkan jenis dan produk yang
dihasilkan, industri farmasi dibagi
menjadi:

1. Berbasis Sintesis Kimia


2. Ekstraksi Bahan Alam
3. Industri Fermentasi
4. Formulasi/Sediaan Farmasi
5. Riset dan Pengembangan
5.2. KARAKTERISTIK LIMBAH
Industri Farmasi Sintesis Kimia
 Jenis, komposisi, dan jumlah limbahnya sangat
kompleks dan beragam tergantung pada reaksi
kimia dan pemurnian yang terlibat dalam proses.
 Setiap tahapan proses menggunakan bahan kimia
tertentu dan menghasilkan produk utama, produk
antara, hasil samping, tumpahan, pereaksi dan
pelarut ( termasuk katalis dan bahan pembantu
lainnya).
Komponen limbah utama yang mungkin:
 Senyawa kimia : asam, basa, garam dan katalis
(logam berat, sianida ,dll)
 Pelarut organik yang digunakan dalam
pemurnian.
 Deterjen yang digunakan dalam pencucian alat-
alat.
Industri Farmasi Ekstraksi Bahan Alam.
 Untuk memperoleh senyawa kimia obat
dilakukan dengan cara ekstraksi dari bahan
alam: akar, daun, kulit batang, rimpangan
dari tumbuhan, dan khewan.
 Karakteristik khasnya adalah jumlah
produk akhir sedikit dibandingkan bahan-
bahan yang digunakan sebagai bahan baku.

Komponen limbahnya yang utama adalah:

1. Ampas bahan alam yang digunakan


2. Pelarut -pelarut (yang larut air dan yang
tidak)
3. Uap pelarut
4. Limbah berupa air pencucian bahan dan
peralatan, dan juga tumpahan.
Industri Farmasi Fermentasi
 Industri fermentasi menghasilkan produk
yang khas, jumlahnya sedikit tapi nilai
ekonominya tinggi, seperti antibiotika,
vitamin dan hormon tertentu, dll.

Komponen limbahnya adalah:


1. Medium fermentasi (jumlahnya banyak)
2. Sel dan misel dalam bentuk padat
3. Pelarut organik yang dipakai ekstraksi
4. Senyawa kimia dan pelarut pada
pemurnian/kristalisasi, dll.
5. Air buangan berupa hasil pencucian
peralatan dan tumpahan
Industri Farmasi Formulasi

 Industri farmasi formulasi menghasilkan


sediaan farmasi.
 Sediaan padat terutama tablet dan kapsul
merupakan produk yang paling banyak (hampir
80%).

Komponen limbah:
1. Produk yang gagal dan terbuang
2. Tumpahan bahan-bahan
3. Debu (dari pencampuran dan pencetakan tablet)
4. Air buangan dari pencucian peralatan dan
sterilisasi
5. Buangan dari laboratorium
6. Air buangan dari toilet, WC dan kamar mandi
7. Bahan kemasan yang tak terpakai.
5.3. SUMBER DAN JENIS LIMBAH
INDUSTRI
FARMASI
Berasal dari:
 Proses pembuatan bahan baku obat
 Proses formulasi sediaan farmasi
 Laboratorium pengawasan mutu
 Bagian riset dan pengembangan ( R & D)
 Kegiatan mandi, cuci dan sanitasi (WC, toilet, dll)

Jenis limbahnya meliputi limbah:

 padat,
 cair,
 gas/debu/ uap/partikulat.
6. PROGRAM MINIMALISASI LIMBAH
 Meliputi pengurangan sumber penghasil limbah
(waste source reduction) dan daur ulang
limbah (waste recycling and reuse).
 Minimalisasi limbah tidak termasuk kedalam
Pengolahan limbah tetapi Pengelolaan limbah
(Industrial waste managemement)
 Program ini merupakan metode baru dalam
pengelolaan limbah (Environmental Protection
Agency)
MINIMALISASI LIMBAH

PENGURANGAN PROSES DAUR


LIMBAH ULANG

PERUBAHAN PRODUK KONTROL BAHAN


• Konservasi produk
• Substitusi produk PEMANFAATAN &
PENGGUNAAN KEMBALI REKLAMASI
• Perubahan produk
• Digunakan kembali dlm
proses
• Rekoveri
• Produk samping yg
berharga
• Untuk proses yang lain
PERUBAHAN INPUT PELAKSANAAN OPERASIONAL YG BAIK
BAHAN & - Perubahan proses - Pencegahan
TEKNOLOGI pemborosan
• Substitusi bahan - Perubahan alat/ mesi - Perubahan
penanganan
• Pemurnian ulang
bahan - Perubahan tata letak -
6.1. PENGURANGAN SUMBER LIMBAH
o Penggantian/substitusi bahan baku, untuk
mengurangi jumlah, volume dan toksisitas
limbah.
o Modifikasi proses, bertujuan untuk efisiensi
proses yang potensial mengeluarkan limbah
dan sekaligus mengganti dan memutakhirkan
proses yang ramah lingkungan.
o Good Operating Practices, dapat membantu
mengurangi limbah dan kehilangan bahan yang
tumpah, tercecer dan bocor. Meliputi materials
handling, waste management dan plan
management.
6.2. PENGGUNAAN KEMBALI DAN DAUR
ULANG LIMBAH
o Limbah yang dikeluarkan dapat digunakan kembali
(re-use), didaur ulang (recycle) dan diambil kembali
(recovery).
o Dalam hal ini limbah dihilangkan cemarannya
(pemurnian) dan diperoleh bahan yang relatif
berharga.
o Daur ulang dapat dilakukan on-site atau off-site ( on
separating operating area) dan pertukaran limbah (
waste exchanges)
7. PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
(INDUSTRIAL WASTE TREATMENT)

 Limbah industri farmasi harus diolah dahulu sebelum


dibuang ke lingkungan agar tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan.
 Dengan demikian perlu adanya fasilitas atau instalasi
pengolah limbah industri (IPL dan IPAL) sehingga
pada saat dibuang ke lingkungan, limbah industri itu
telah memenuhi kriteria baku mutu yang telah
ditetapkan.
PROPER DISPOSAL
 Menggunakan fasilitas pengolahan limbah yang
lebih maju untuk meningkatkan daya eliminisasi
bahan aktif farmasi , tetapi ada kendala sbb:
a. Efisiensi sangat tergantung pada jenis senyawa
atau cemaran yang terdapat dalam limbah.
b. Tidak ada satu pun teknologi pengolahan
limbah yang dapat menghilangkan semua
senyawa obat.
c. Dapat memunculkan senyawa hasil urai yang
lebih toksis atau berbahaya untuk lingkungan.
d. Sifat toksisitas senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri yang
berperan dalam proses pengolahan limbah.
 Kualitas limbah industri farmasi sangat
bervariasi akibat keanekaragaman bahan baku,
proses yang dilakukan, dan produk yang
dihasilkan.
 Limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri
farmasi dapat berupa sisa- sisa ekstraksi
bahan alami atau senyawa kimia pada sintesis,
sisa larutan nutrisi, senyawa toksis dan
bermacam-macam bentuk produk limbah
lainnya.
 Dari kelima jenis industri farmasi, yang paling
mencemari lingkungan adalah limbah yang
berasal dari industri farmasi sintesis kimia,
fermentasi dan ekstraksi dari bahan alam.
Sedangkan industri formulasi mengeluarkan
limbah yang mirip dengan limbah domestik.
7.1. DASAR PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAH
LIMBAH

1. Karakteristik limbah, misalnya kandungan


senyawa organik (BOD dan COD), bahan
padat tersuspensi (TSS), derajat
degradabilitas, komponen toksisnya dan
jumlah limbah yang dibuang per harinya.
2. Mutu baku lingkungan terutama perairan
tempat pembuangan limbahnya dan mutu
baku limbah yang berlaku.
3. Biaya operasional pengolahan.
4. Lahan yang harus disediakan.
7.2. KONSEP PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
LIMBAH
BAKU INDUSTR KARAKTERISA
LIMBAH I FAR
SI LIMBAH

BIAYA PENGOLAHAN
LIMBAH PEMANTAUA
OPERASION INDUSTRI N
AL

MUTU BAKU HASIL OLAHAN KARAKTERISA


LINGKUNGA (EFFLUENT) SI EFFLUENT
N
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI FARMASI
PRODUK
BAHAN BAKU AIR FARMASI

INDUSTRI FARMASI
MINIMALIS FORMULASI
ASI LIMBAH SISTESIS KIMIA
BISING
DAUR FERMENTASI
ULANG EKSTRAK B. ALAM
RISET & PENGEMB PENANGGULANGAN
QUALITY CONTROL BISING

LIMBAH PELARUT LIMBAH LIMBAH LIMBAH


CAIR PADAT GAS

PENGOLAHAN PENGOLAHAN PENGOLAHAN PENGOLAHAN

BUANGAN
AKHIR
LINGKUNGAN
7.3. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH
 Berbagai macam pengolahan dengan urutan
prosesnya:

1. Pretreatment: saringan kasar, pemisah pasir,


bak penampung dan homogeniser
aliran/pencemar, pemisah lemak dan minyak.
2. Primary treatment: Proses netralisasi,
koagulasi, flotasi, sedimentasi dan filtrasi.
3. Secondary treatment: untuk menurunkan
organik terlarut, misalnya sistem lumpur aktif,
lagoon anaerobik, aerated lagoon, stabilisasi,
trickling filter.
4. Tertiary treatment: Klarifikasi dalam bentuk
koagulasi dan sedimentasi, filtrasi, adsorpsi
karbon aktif, penukar ion, membran
osmosis, desinfektasi dan filtasi membran.
5. Pengolahan lumpur: misalnya dalam
bentuk digestion atau wet combustion,
pemekatan atau flotasi lumpur, sentrifugasi,
drying bed dan lagooning.
6. Pembuangan lumpur: dalam bentuk
pembakaran, insinerasi, sanitary landfill dan
pembuangan ke laut.
7. Pembuangan efluen (hasil pengolahan)
misalnya ke sungai, danau, laut, kedalam
tanah, injeksi ke sumur dalam, penguapan
dan pembakaran.
Sasaran dan proses dalam
pengolahan awal dan pertama

SASARAN PROSES PENGOLAHAN


Padatan tersuspensi Lagooning, sedimentasi atau flotasi
Lemak dan minyak Skimming atau separasi
Logam berat Presipitasi atau penukar ion
Alkalinitas Netralisasi
Asiditas Netralisasi
Sulfida Presipitasi atau stripping
BOD-COD loading Ekualisasi dan homogenisasi
Obat (antibiotika) Deaktivasi dgn asam-basa atau enzim
SASARAN DAN PROSES DALAM PENGOLAHAN
SEKONDER DAN TERTIER

SASARAN PROSES PENGOLAHAN


Organic biodegradable Lumpur aktif, aerobic lagoon, stabilisasi
Padatan tersuspensi Sedimentasi, flotasi, dan filtrasi
Refractory organic Adsorpsi karbon aktif
Senyawa Nitrogen Nitrifikasi-denitrifikasi, penukar ion
Senyawa Fosfat Presipitasi kapur, penukar ion
Logam berat Presipitasi, flokulasi, penukar ion
Padatan organik larut Penukar ion, osmosis terbalik, dialisis
CONTOH PENGOLAHAN LIMBAH
DI SUATU INDUSTRI FARMASI
 Limbah kantin diolah dengan cara pemisahan
lemak pada instalasi penyaringan khusus untuk
lemak, dimana padatannya diambil secara
berkala untuk mencegah terjadinya
penyumbatan pada pipa penyaluran limbah dan
alat penyaringan.
 Limbah domestik ditampung pada bak khusus,
cairannya dialirkan ke Instalasi Pengolahan
Limbah Sentral, sedangkan padatannya
diendapkan dan dilakukan penyedotan setiap
sekali setahun.
 Limbah B3 dari sisa produksi dan debu dust
colector disimpan digudang khusus limbah
B3, untuk penanganannya, industri bekerja
sama dengan pihak ketiga.
 Limbah sisa produksi Betalaktam ditampung
pada kolam khusus, untuk selanjutnya
dilakukan treatment pemecahan cincin
betalaktam dengan menambahkan larutan
NaOH Teknis, kemudian dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Limbah Sentral.
 Limbah Non-Betalaktam dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Limbah Sentral ditampung pada
bak utama, disatukan dengan limbah lainnya,
untuk kemudian dialirkan ke bak 2 dan 3 yang
berisi bakteri anaerob, kemudian dialirkan ke
bak 4 untuk di aerasi dan penguraian oleh
bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan
limbah dialirkan ke bak sedimentasi, lalu ke
bak yang berisi ikan sebagai indikator hayati.
 Industri farmasi dapat bekerja sama dengan suatu
institusi lain yang memiliki bisnis pengelolaan
limbah untuk pengelolaan limbahnya
 Salah satu institusi yang melakukan pelayanan
pengelolaan limbah adalah PT. Prasada Pamunah
Limbah Industri (PT. PPLI).
TAMBAHAN:
 Obat sitotoksik perlu penanganan
yang lebih ketat lagi.
 Demikian juga dengan produk
radioaktif

Vous aimerez peut-être aussi