Vous êtes sur la page 1sur 33

HEAD INJURY

Yanti Cahyati
DEFINISI
 Cedera kepala adalah cedera yang
terjadi pada kulit, tulang kepala dan
otak.

 Bentuk trauma yang dpt merubah


kemampuan otak dalam menghasilkan
keseimbangan aktivitas fisik, intelektual,
emosional, sosial dan pekerjaan (Black,
2000)

HI - YANTI
Kelompok risiko tinggi brain injury :
 Usia 15 – 24 tahun,
 Pria
 Usia < 5 thn dan > 75 tahun
PENYEBAB
Tabrakan sepeda motor.
Kekerasan.
Jatuh.
MEKANISME CEDERA

HI - YANTI
Trauma primer
Sebagai akibat kekuatan dinamik
akselerasi, deselerasi dan atau rotasi 
kontusio, laserasi atau hemoragik
Trauma sekunder
Akibat peristiwa patofisiologis lanjutan
setelah trauma primer :
a. Hipoksia
b. Hiperkapnea
c. Hipotermia
d. Edema serebral

Basic Trauma Cardic Life Support / PIM


KLASIFIKASI

Secara praktis dikenal 3 deskripsi


klasifikasi yaitu berdasarkan:

 Mekanisme,
 Beratnya dan
 Morfologinya.

HI - YANTI
Mekanisme

1. Cedera kepala terbuka/tertutup


2. Cedera coup/countercoup
3. Cedera akselerasi/deselerasi
4. Rotasi internal/deformitas
Beratnya Cedera

Berdasarkan GCS maka cedera kepala dibagi


menjadi cedera:

 ringan dengan GCS 14-15,


 sedang dengan GCS 9-13 dan
 berat dengan GCS 3-8

HI - YANTI
Berat ringan cedera kepala dipengaruhi oleh :

 Kekuatan benturan
 Lokasi benturan
 Akselerasi deselerasi
 Rotasi internal
Tanda dan gejala
Awal :
• Penurunan kesadaran
• Reflek pupil lambat/(-)
• Tanda vital stabil
• Adanya tanda-tanda peningkatan TIK
• Perubahan sensorik motorik
• Perubahan sensorik motorik
• Perubahan syaraf cranial
• Penurunan refleks fisiologis
Raccoon eyes
PATOFISIOLOGI

 Kontusi/benturan memar otak atau cedera otak.

 Fenomena coup dan counter coup  kerusakan di dua


sisi area otak.

 Pada kontusio, kejadian perdarahan minimal, namun


ishemia, nekrosis dan infarck terjadi akibat edema yang
berkembang disebabkan oleh respon inflamasi jaringan
otak yang cedera  pompa Na dan K tidak optimal 
fungsi axon putus

 Bila terjadi laserasi akibat pecahnya batok kepala,


kejadian perdarahan resikonya sangat besar.

 Akibat perdarahan dan edema, tekanan intrakranial


meninggi
HI - YANTI
Tekanan Intra Kranial (TIK)

 Tek. Normal 5 - 15 mmHg atau


antara 60 - 180 mmH2O

 Tekanan > 250 mmH2O disebut


PTIK

HI - YANTI
• TIK normal 5 – 15 mmHg
• Hipotesis Monro-Kellie

80% Parenkim Otak

10% CSS

10% Darah

HI - YANTI
Gejala PTIK

 Penurunan tingkat kesadaran, gelisah (nyeri kepala


berat), iritebel, papil edema, muntah proyektil (trias
TIK).

 Penurunan fungsi neurologis seperti : perubahan


bicara, reaksipupil, sensori motorik.

 Sakit kepala, mual, muntah dan diplopia

 TTV tidak stabil

 Triad Cushing yaitu tekanan sistolik meningkat, nadi


besar, napas irigular merupakan respon TTIK terlalu
tinggi (indikasi herniasi)
HI - YANTI
HI – YANTI
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksasan radiologi mengkonfirmasi adanya
dan perluasan fraktur skull.
Pemeriksaan fisik segera dan evaluasi status
neurologi mendeteksi injury otak.
CT-scan u mendeteksi abnormalitas lebih jelas
(apparent).
CT-scan  mendiagnosis cepat, akurat, aman yg
menunjukkan: lokasi, dan luasnya lesi.
CT-scan juga  membantu dlm pengelolaan head
injury, krn HI dpt menyebabkan edema serebral,
kontusio, hematoma intraventrikel a/
ekstraserebral, perdarahan subarachnoid dan
intraventrikel dan perubahan lambat (infark,
hidrosefalus).
MRI berguna u mengevaluasi pasien dg HI
ketika banyak gambar anatomi
mengalami injury tapi pasien stabil.

Angiografi serebral berguna u


mengidentifikasi hematoma
supratentorial, ekstraserebral, dan
intraserebral serta kontusio serebral.

Pandangan lateral dan anteroposterior


sering diminta.
PENANGANAN AWAL

• Evaluasi : ABC
• Sangat penting utk mencegah cedera
sekunder
• Assesment lanjutan thd status neurologi

Pemeriksaan test diagnostik :


CT-scan
Foto rontgen kepala-leher
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan perfusi serebral b/d edema serebral,
hematom intra cranial
• Gangguan pola nafas b/d kerusakan kortex yang
luas/disrupsi pusat nafas
• Resiko infeksi b/d laserasi kulit kepala, rhinorea,
otorea
• Resiko cedera b/d penurunan kesadaran, aktivitas
kejang
• Kerusakan mobilitas fisik b/d
kelemahan/hemiparese
• Gangguan persepsi sebsoris, memory b/d
kerusakan serebral
HI-YANTIbral
Tindakan mengatasi gangguan perfusi serebral

1. Meningkatkan suplay O2 ke otak


2. Menurunkan kebutuhan O2
3. Menurunkan TIK
4. Mencegah berkembangnya TIK
Mencegah Infeksi

1. Anti biotik profilaksis : ampicillin,


kemisitin, atau yang lain sesuai order
2. Rawat luka secara aseptik
3. Tempon telinga/hidung bila ada
renorhea, otorhea

HI - YANTI
Mengatasi gangguan pola nafas
1. AGD
2. Rebreathing mask
3. Diurertik  edema pulmonal
4. Posisi 15-30⁰

HI - YANTI
Mengatasi resiko trauma

1. Pasang sampiran tempat tidur dengan


alas lunak
2. Tidak boleh mengikat  agitasi
3. Usahakan selalu ada yg mendampingi
pasien
4. Siapkan spatel lidah
5. Kolaborasi muscle relaxan

HI _ YANTI
Mengatasi gangguan mobilasi fisik

 Rubah posisi setiap 2 jam


 Lakukan tindakan untuk mencegah
komplikasi
 ROM pasive

HI - YANTI
Mengatasi gangguan persepsi sensori

 Jadilah pendamping dan pendengar yang


baik
 Bicara topik yg sederhana
 Beri sentuhan
 Bersikap caring

HI - YANTI
TINDAKAN MENURUNKAN
EDEMA CEREBRAL

 Osmotik diuretik : Manitol 20%. Hiperosmolar, edema


berlebihan pada pasien tertentu. Dosis 1 ml/kg BB.
 Diuretik/Forosemide : 20 - 40 mg.
 Koreksi natrium dan protein.
 Steroid (deksametason)
 Antihipertensi
 Antikonvulsan, pelembek feses, pencegah batuk
 Barbiturat koma
HI - YANTI
 Amankan jalan nafas dan memberikan oksigenasi
adekuat, nasal kanul atau non rebreathing mask.
Otak tidak toleran terhadap hipoksia, sehingga
oksigenasi adekuat penting dilakukan jika pasien
mengalami koma, oksigen bisa juga diberikan
melalui endotracheal. Hal ini untuk mencegah
aspirasi karena pasien cedera kepala mudah
mengalami muntah.

 Siapkan untuk log-rolling, dan sunction orofaring


bila produksi sekret berlebihan.

 Stabilisasikan pasien pada papan spinal, leher


harus diimobilisasikan dengan colar rigid dan alat
imobilisasi kepala.

 Setiap cedera kepala diperlakukan fraktur spinal


sampai hal ini tidak terbukti.
HI - YANTI
 Mencatat tekanan darah, pernafasan (laju dan
pola), pupil (ukuran dan reaksi terhadap
cahaya), sensasi dan aktivitas motorik volunter,
GCS, tandan peningkatan tekanan intra kranial,
juga saturasi O2. Catat pada lembar observasi.

 Pasang dua buah IV line keteter dengan ukuran


besar. Star pemberian NaCl 09% atau RL.
Kontrol adanya perdahan eksternal dengan bebat
tekan.

 Posisikan pasien dengan bagian kepala 30


derajat lebih tinggi untuk memfasilitasi venus
return lebih baik

HI - YANTI
 Gunting pakaian, jika tidak memungkinkan untuk
dilepas. Tutupi dengan selimut.

 Pertahankan suhu tubuh tidak tinggi untuk


menurunkan metabolisme otak. Suhsu tinggi
berdampak pada meningkatnya TIK.

 Pasang penghalang tempat tidur untuk


menghindari pasien jatuh

HI - YANTI
HI - YANTI

Vous aimerez peut-être aussi