Vous êtes sur la page 1sur 32

KELOMPOK 10

Agung Pribadi Inda Sundari Rio Dharmawan P.


1501025162 1501025170 1501025127

Bab V
Hubungan Biaya-Volume-Laba
(Profit Volume Analysis)
Perencanaan Laba SLIDE 2
Tujuan utama dari suatu perusahaan ialah untuk memperoleh laba. Besarnya laba dipengaruhi oleh jumlah
biaya dan hasil penjualan. Jumlah hasil penjualan dipengaruhi ol b kuantitas (volume) dan harga barang yang
dijual. Karena harga dianggap tetap atau konstan maka ada hubungan antara biaya . volume terhadap laba.
Karena tujuan utama perusahaan untuk memperoleh laba maka manajemen perusahaan mutlak membuat
perencanaan laba baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Manajemen membuat perencanaan laba didasarkan atas analisa hubungan biaya volume dan laba.
Manajemen meng. ambil keputusan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan volume misalnya
kuputusan mengenai jenis produk, pemanfaatkan kapasitas yang tersedia, strategi pemasaran harga jual dan
sebagainya. Alat manajemen-untuk merencanakan laba adalah analisa break even dan analisa biaya - volume
- laba.

Pengertian Break Even


Break even atau pulang pokok adalah satu keadaan dimana hasil penjualan sama dengan biaya atau suatu keadaan
yang menunjukkan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dalam hal pulang pokok berarti hasil penjualan –
biaya sama dengan nol atau hasil penjualan sama dengan biaya. Break even point atay titik pulang pokok adalah suatu
titik yang menunjukan bahwa jumlah biaya sama dengan hasil penjualan.
Pengertian Break Even SLIDE 3
Dalam hal pulang pokok berarti hasil penjualan – biaya sama dengan nol atau hasil penjualan sama dengan biaya. Break
even point atau titik pulang pokok adalah suatu titik yang menunjukan bahwa jumlah biaya sama denga hasil penjualan.

Dasar anggapan analisis pulang pokok dan analisa biaya volume laba
sewaktu menyusun perencanaan laba maka sudah di tetapkan suatu penaksiran pada suatu faktor-faktor ysng
memengaruhi analisis pulang pokok dan analisis biaya-volume-laba artinya sudah ditetapkan suatu anggapan. Adapun
dasar anggapan itu sebagai berikut :
a) Harga jual per unit tidak (konstan) pada berbagai volume penjualan.
b) Semua biaya dapat digolongkan menjadi dua elemen yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
c) Harga dari sumber-sumber ekonomi yang dimasukan (digunakan dalam porses produksi, pemasaran dan administrasi
konstan).
d) Kapasitas produksi yang dimiliki tidak berubah.
e) Tingkat efisiensi dan produktifitas tidak berubah.
f) Apabila barang yang dijual lebih dari satu barang, komposisi penjualan tetap.
Pendekatan break even SLIDE 4

Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam analisis break even, yaitu :
a. Pendekatan persamaan biasa
Pendekatan persamaan biasa untuk menghitung break even adalah pendekatan yang mudah dikerjakan dengan rumus :
Penjualan = biaya tetap + biaya variabel + laba, karena penjualan break even, laba = 0, maka =

HASIL PENJUALAN BREAK EVEN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL


CONTOH SLIDE 5
PT. Sari Rasa memproduksi dan membuat tegel putih dengan harga jual perkeping dengan harga per keping Rp 1.500,- jumlah biaya tetap Rp 5.000.000 dan biaya
variabel per keping Rp 1.000,- berapa keping yang harus dijual supaya break even.

Penyelesaian :

Misalkan volume penjualan supaya break even = x keping.

Masukan kedalam rumus:

X x 1500 = 5.000.000 + (X x 1000) Pembuktian:


Hasil penjualan (1000 x Rp 1500) = Rp 15.000.000
1500 = 5.000.000 + 1000x
Biaya tetap = Rp 5.000.000
1500x – 1000x = 5.000.000 Variabel (1000 x Rp 1000) = Rp 10.000.000
500x = 5.000.000 = Rp 15.000.000
X = 10.000
laba = Rp 0

Penjualan break even (unit) = 10.000 keping

Hasil penjualan break even = 10.000 x Rp 1.500

= Rp 15.000.000
SLIDE 6

Bagaimana dengan pemakaian persamaan biasa untuk perencanaan laba dapat dijelaskan dengan menggunkan contoh :
PT. Taufan merencanakan laba pada periode 6 bulan mendatang Rp 8.000.000,-
Data biaya sebagai berikut:
Biaya variabel per kg Rp 5.000
Jumlah biaya tetao Rp 10.000.000
Harga jual per kg Rp 8.000
Berapa hasil penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai.
Penyelesaian : SLIDE 7
Misalkan vplume (kuantitas) penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai adalah x kg. Langah selanjutnya
masukan kedalam persamaan dengan rumus :

Hasil penjulaan = Biaya tetap + biaya variabel + laba


yang direncakan
Perhitungan :
X x 8.000 = 10.000.000 + (X x 5.000) + 8.000.000
8.000 X = 10.000.000 + 5.000 + 8.000.000
8.000x – 5.000x = 18.000.000
3.000 x = 18.000.000
X = 6.000
Volume penjualan agar laba yang direncanakan dapat tercapai 6.000 kg. Hasil penjualan agar laba yang direncanakan
dapat tercapai adalah sebesar Rp. 30.000.000 (6000 x Rp 5.000)
Pendekatan contribution margin (marginal income)
SLIDE 8
Break even dapat dihitung dengan pendekatan contribution margin (marginal income). Contribution margin adalah
sumbangan laba yang digunakan untuk menutupi biaya tetap atau batas pendapatan yang digunakan untuk keperluan
biaya tetap.
Rumus
Contribution margin = penjualan – biaya variabel
Keadaan break even dalam rupiah
Contribution margin = biaya tetap
Atau
Penjualan – biaya variabel = biaya tetap
Atau
𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑
𝑩𝒆 =
𝒑𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 − 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍
SLIDE 9
ATAU
𝐵𝐼𝐴𝑌𝐴 𝑇𝐸𝑇𝐴𝑃
B E = 𝑃𝐸𝑁𝐽𝑈𝐴𝐿𝐴𝑁 𝐵𝐼𝐴𝑌𝐴 𝑉𝐴𝑅𝐼𝐴𝐵𝐸𝐿
𝑃𝐸𝑁𝐽𝑈𝐴𝐿𝐴𝑁
− 𝑃𝐸𝑁𝐽𝑈𝐴𝐿𝐴𝑁

ATAU
𝐵𝐼𝐴𝑌𝐴 𝑇𝐸𝑇𝐴𝑃
BE= 𝐵𝐼𝐴𝑌𝐴 𝑉𝐴𝑅𝐼𝐴𝐵𝐸𝐿
1− 𝑃𝐸𝑁𝐽𝑈𝐴𝐿𝐴𝑁

ATAU

𝐵𝑇
BE= 𝐵𝑉
1− 𝑃
SLIDE 10
Keadaan BE dalam unit :
𝐵𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ
𝐻𝐴𝑅𝐺𝐴 𝐽𝑈𝐴𝐿 𝑃𝐸𝑅 𝑈𝑁𝐼𝑇

Cara lain menghitung B E dalam rupiah

𝐵𝐼𝐴𝑌𝐴 𝑇𝐸𝑇𝐴𝑃
BE=
𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜

Contribution margiin ratio

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙


𝑥 100%
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

B E dalam unit

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
BE =
𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 (𝑅𝑝)
SLIDE 11
Untuk dapat memahami analisis break even ini diperukan memberikan contoh dan penyelesaian.
Manajemen PT. Kilat mengingingkan berapa hasil dan volume penjualan yang herus dicapai agar dapat mencapai peluang pokok (break even). Data yang diberikan
biaya variabel per bungkus = Rp 500
jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000
harga jual perbungkus = Rp 1.250
Perhitungan :
penjualan per kg Rp 1.250
biaya variabel per kg Rp 500
contribution margin per kg Rp 750
1.250 −500
Contribution margin ratio = 𝑥 100% = 60%
1.250
𝑅𝑝 21.000.000
= 2
1− 5
𝑅𝑝 21.000.000
= 3
5

= Rp 35.000.000
𝑅𝑝 35.000.000
B E (bungkus) = 1.250

= 28.000 bungkus
Cara lain menghitung :
SLIDE 12
21.000.000
𝐵𝐸 𝑅𝑝 =
60%
100
= Rp 21.000.000 x
60
= Rp 35.000.000
𝑅𝑝 21.000.000
BE (bungkus) =
750
= 28.000 bungkus

Pembuktian :
Penjualan (28.000 x Rp 1.250) = Rp 35.000.000
Biaya variabel (28.000 x Rp 500) = Rp 14,000,000
Contribution margin = Rp 21.000.000
Jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000
Laba/Rugi = Rp 0
SLIDE 13
Analisa BE adalah alat bantu manajemen untuk perencanaan laba. Untuk itu perlu diberikan contohl
Manajemen PT. Kilat merencanakan laba Rp. 15.000.000. data yang sama seperti contoh yang telah disajikan diatas.
Perhitungan
Pakailah rumus ini :

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑘𝑎𝑛


Penjualan = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1+
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

21.000.000+15.000.000
Penjualan = 500
1− 1250
Pembuktian :
36.000.000
=
1− 5
2 Penjualan (48.000 x Rp 1250) = Rp 60.000.000
5
Biaya variabel ( 48.000 x Rp 500) = Rp 24.000.000
= 36.000.000 x contribution margin = Rp 36.000,000
3
= Rp 60.000.000 Jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000
60.000.000 laba direncakana = Rp 15.000.000
BE (bungkus) =
1250
= 48.00 bungkus
Break even point
SLIDE 14
Pada perusahaan yang menjual barang dengan harga jual relative tinggi dan persaingan sangat ketat maka analisa break even dalam unit sangat
diperlukan.
PT. Timor memproduksi mobil sedan merk Timor. Harga jual per unit Rp. 35.000.000,-. Biaya variable per unit Rp. 20.000.000,-. Jumlah biaya per
tahun Rp.75.000.000.000,Kapasitas normal per tahun 10.000 unit. Penyelesaian Dengan table berikut dapat diketahui pada volume penjualan,
berapa unit dapat diketahui break even per unit mobil sedan.

1000 (unit) 3000 (unit) 5000 (unit) 7000 (unit) 9000 (unit)
keterangan 2000 (unit) 4000 (unit) 6000 (unit) 8000 (unit) 10000 (unit)
penjualan per unit 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
biaya variabel 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
biaya tetap per unit 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
laba per unit 75 37,5 25 18,75 15 12,5 10,71 9,28 8,33 7,5
60 22,5 10 3,75 0 2,5 4,29 5,62 6,67 7,5

Pada volume penjualan 5000 unit maka terjadi break even per unit.
Pembuktian:
Penjualan (5000x Rp 35.000.000) = Rp 175.000.000.000
Biaya variabel (5000 x Rp 20.000.000) = Rp 100.000.000.000
Contribution margin = Rp 75.000.000.000
Jumlah biaya tetap = Rp 75.000.000.000
laba = Rp 0,-
Pendekatan dengan grafik
SLIDE 15
Break even dapat dihitung dengan grafik. Caranya adalah sebagai berikut:
1. Tarik garis mendatar (horizontal) merupakan garis kuantitas (volume) penjualan.
2. Tarik garis tegak (vertikal) yang memotong garis horizontal pada titik 0 dan membentuk sudut 90 derajat”. Garis ini
merupakan garis biaya/hasil penjualan.
3. Tarik garis hasil penjualan yang persis ditengah sudut.
4. Tarik garis biaya tetap yang sejajar dengan garis mendatar.
5. Tarik garis jumlah biaya dari titlk permulaan gans biaya tetap. Selisih jumlah biaya dikurangi biaya tetap adalah biaya
variabel.
Contoh: PT. Bali memproduksi dan menjual sepatu olahraga. Harga -jual per pasang Rp 3.000,Kapasitas produksi normal
6000 pasang. Jumlah biaya tetap Rp 3.000.000,Biaya variabel per pasang Rp 2.000,-
SLIDE 16
SLIDE 17
Apabila kapasitas normal dapat tercapai dan sepatu tersebut dapat semuanya terjual:
Penjualan maksimum : 6000 x Rp 3.000 = Rp 18.000.000
Biaya maksimum :
Biaya tetap = Rp 3.000.000
Biaya variabel (6000 x Rp 2000) = Rp 12.000.000
= Rp 15.000.000
Laba maksimum = Rp 3.000.000
Pada grafik terlihat titik break even 3.000 pasang. Penjualan Rp 9.000.000 dan jumlah biaya Rp 9.000.000. benarkah itu ?
Pembuktian :
Penjualan (3.000x Rp 3.000) = Rp 9.000.000
Biaya : tetap = Rp 3.000.000
variabel = Rp 6.000.000
laba = Rp 0
Perubahan pada break even
SLIDE 18
Di muka telah disebutkan dasar anggapan pada perhitungan break even. Namun kenyataan menunjukkan bahwa segala sesuatu itu tidak selamanya konstan (tetap)
ada kalanya berubah. Perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi break even akan merubah break even dalam rupiah maupun dalam unit. Faktor-faktor
perubahan itu adalah:

a. Perubahan harga Jual Per Unit

Faktor-faktor yang lain tetap, yang berubah hanyalah harga jual per unit. Perubahan ini dapat disebabkan karena persaingan, yang memaksa perusahaan
menurunkan harga jual agar dapat mempertahankan volume penjualan.

Contoh:

PT. Mekar Menyajikan data tahun 1995 sebagai berikut:

Penjualan Per Unit Rp 5.000.000

Biaya Variabel Per Unit Rp 3.000.000

Jumlah Biaya Tetap Rp 400.000.000

Manajemen mengadakan survey dan berkesimpulan bahwa tahun 1996 harga jual harus diturunkan dari Rp 5.000.000 menjadi Rp 4.000.000 per unit disebabkan
para Saingan yang mulai menurunkan harga. Penurunan harga jual ini dilakukan agar dapat mempertahankan langganan atau volume penjualan (2.000 unit).

Penyelesaian:

B E sebelum penurunan harga. B E setelah menurunkan harga Dengan menurunkan harga jual
400.000.000 400.000.000
= 40%
= 25%
ini maka break even dalam
= Rp 1.000.000.000 = Rp 1.600.000.000 rupiah dan unit akan naik.
= 20 unit =400 unit
Perubahan komposisi barang yang dijual
SLIDE 19
Perubahan ini terjadi karena perubahan seleran konsumen Menurut pendapat bagian pemasaran akan terjadi
PT. Citra Rasa memproduksi empat jenis produk. Data perubahan selera konsumen dan berakibat terhadap
produk, volume dan harga penjualan, dan biaya tahun 1995. komposisi penjualan tahun 1996. komposisi penjualan yang
diperkirakan adalah:
Jenis Produk Volume Harga Jual Biaya Variabel
Penjualan Perbungkus Perbungkus Jenis Produk Volume Penjualan
(Bungkus) (Rp) (Rp) (Bungkus)
Roti coklat 4.000
Roti Coklat 4.000 3.000 1.500 Roti keju 6.000
Roti Keju 6.000 2.500 1.250 Roti manis 3.000
Roti Manis 3.000 1.500 1.000 Roti tawar 2.000
Roti Tawar 2.000 1.000 500 Jumlah 15.000

Biaya Variabel, harga jual pebungkus setiap jenis roti tidak


berubah dan biaya tetap berjumlah Rp 10.000.000,- juga
tidak berubah.
Penyelesaian
SLIDE 20
Tahun 1995 Tahun 1996
Jenis Produk Volume Jumlah Contribution Margin Jenis Produk Volume Jumlah Contribution Margin
Penjualan Biaya Penjualan Biaya
(Rp) Variabel (Rp) (Rp) % (Rp) Variabel (Rp) (Rp) %
Roti coklat 12.000.000 6.000.000 6.000.000 50 Roti coklat 9.000.000 4.500.000 4.500.000 50
Roti keju 15.000.000 7.500.000 7.500.000 50 Roti keju 5.000.000 2.500.000 2.500.000 50
Roti manis 4.500.000 3.000.000 1.500.000 33.3 Roti manis 6.000.000 4.000.000 2.000.000 33.33
Roti tawar 2.000.000 1.000.000 1.000.000 50 Roti tawar 6.000.000 3.000.000 3.000.000 50
Jumlah 33.500.000 17.500.000 16.000.000 47.76 Jumlah 26.000.000 14.000.000 12.000.000 46.15

10.000.000 10.000.000
BE= = Rp 20.938.023,45 BE= = Rp 21.668.472,37
47.76% 46.15%
Perubahan Biaya Tetap
SLIDE 21
Dengan adanya perubahan biaya tetap akan mengakibatkan
perubahan break even. Dapat dirumuskan sebagai berikut
𝑷𝑬𝑹𝑼𝑩𝑨𝑯𝑨𝑵 𝑩𝑰𝑨𝒀𝑨 𝑻𝑬𝑻𝑨𝑷
PERUBAHAN BREAK EVEN =
𝑪𝑶𝑵𝑻𝑹𝑰𝑩𝑼𝑺𝑰 𝑴𝑨𝑹𝑮𝑰𝑵 𝑹𝑨𝑻𝑰𝑶
Contoh: Pembuktian:
PT. Mawar menyajikan data sebagai berikut:
B E sebelum kenaikan biaya tetap :
Penjualan per ton = Rp 5.000.000
100.000.000
Biaya variabel per ton = Rp 4.000.000 = Rp 500.000.000
20%
Biaya tetap = Rp 100.000.000 B E setelah kenaikan biaya tetap :
Pada yang akan datang biaya tetap akan bertambah menjadi 120.000.000
= Rp 600.000.000
Rp 120.000.000,- 20%

Penyelesaian: 600.000.000 – 500.000.000 = Rp 100.000.000,-


Perubahan biaya tetap Rp. 20.000.000
5.000.000 −4.000.000
Contribution margin ratio = 𝑥 100% = 20%
5.000.000
20.000.000
Break even = = Rp 100.000.000
20%
Analisa Biaya – Volume – Laba
Setelah daripada analisa break even, manajemen dapat memakai
analisa biaya-volume-laba dengan menggukan grafik. Langkah-langkah
membuat grafik:
1. Tariklah garis mendatar dan pada garis itu tentukan volume penjualan
mulai dari 0 sampai dengan kapasitas normal.
2. Tariklah garis tegak lurus yang memotong garis mendatar pada titik 0
sehingga membentuk dua sudut masing-masing 90%.
3. Tentukan jumlah kerugian sebesar jumlah biaya tetap pada garis tegak
lurus dari titik 0 ke bawah.

SLIDE 22 4. Tentukanlah jumlah laba maksimal apabila semua barang terjual normal
pada garis tegak lurus dari titik 0 ke atas.
5. Gambarkan segi empat dengan menghubungkan ujung-ujung garis.
6. Tariklah garis dari ujung kiri (titik maksimal kerugian) ke ujung sebelah
kanan (laba maksimum) yang memotong garis datar (volume) sehingga
dapat diketahui titik break even volume penjualan.
Contoh SLIDE 23
PT. Minahasa memiliki kapasitas normal 100.000 bungkus dengan jumlah
biaya tetap : Rp 5.000.000 biaya variabel perbungkus Rp 125 dan harga
perbungkus Rp 200
5.000.000
B E (bungkus) = = 40.000 bungkus
200 −75
5.000.000
200−75
B E (rupiah) = = Rp 8.000.000
200

Andaikan perusahaan menginginkan laba Rp 4.000.000 berapa volume


penjualan.
Perhitungan:
5.000.000+4.000.000
Volume penjualan = = 72.000 bungkus
200 −75

Apabila perusahaan menjual 20.000 bungkus maka kerugian:


= 20.000 x Rp 200 – (Rp 5.000.000+20.000xRp 75)
= Rp 4.000.000 – Rp 6.000.000
= Rp – 2.500.000
BATAS KEAMANAN (MARGIN OF SAFETY)
Manajemen perusahaan sangat perlu mengetahui bataskeamanan (margin of safety) dari
penjualan. Dengan mengetahui margin of safety merupakan isyarat bagi manajemen
untuk melakukan tindakan-tindakan dalam rangkameningkatkan penjualan.
Rumus:
𝑩𝑼𝑫𝑮𝑬𝑻 𝑷𝑬𝑵𝑱𝑼𝑨𝑳𝑨𝑵 −𝑷𝑬𝑵𝑱𝑼𝑨𝑳𝑨𝑵 𝑩𝑬
Ratio Batas Keamanan = 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝑼𝑫𝑮𝑬𝑻 𝑷𝑬𝑵𝑱𝑼𝑨𝑳𝑨𝑵
𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑
Karena B E =
𝑪𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐
Maka:
𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑
𝑩𝑼𝑫𝑮𝑬𝑻 𝑷𝑬𝑵𝑱𝑼𝑨𝑳𝑨𝑵 −
𝑪𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐
Ratio Batas Keamanan = = 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝑼𝑫𝑮𝑬𝑻 𝑷𝑬𝑵𝑱𝑼𝑨𝑳𝑨𝑵
Contoh:

SLIDE 24 PT. Berdikari membuat budget penjualan tahun 19xysebesar 5.000 unit @ Rp 100.000
Biaya tetap berjumlah120.000.000 dan biaya variabel per unit Rp 40.000
120.000.000
= 5.000 x 100.000 - 100.000 −40.000 x 100%
100.000
𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 −𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
= x 100% = 60%
𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Ratio batas keamanan 60% hal ini berarti paling tinggi60% dari budget penjualan tidak
tercapai atau realisasipenjualan paling rendah 40% dari budget penjualansehingga tidak
rugi dan tidak laba
Titik terendah menutup perusahaan (Shut Down Point)
SLIDE 25
Dalam keadan perusahaan rugi, manajemen memper-timbangkan
untuk menutup atau meneruskan perusahaan. Masalahnya Perhitungan:
adalah pada batas penjualan berapa titik terendah agar
perusahaan ditutup. Untuk kondisi yang demikian maka di Apakah perusahaan rugi dapat diadakan perhitungan sebagai berikut:
kemukakan rumus:
Penjualan (120 x Rp 1.000.000) = Rp 120.000.000
𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑 𝑻𝒖𝒏𝒂𝒊
SHUT DOWN POINT:
𝑪𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 Biaya variabel (120 x Rp 800.000) = Rp 96.000.000 -
Maka untuk keperluan analisa, manajemen harus tahu benar Contribution margin = Rp 24.000.000
mengenai data: harga jual per unit, biaya variabelper unit,
jumlahnya biaya tetap yang terdiri dari biayatetap tunai (out of Biaya tetap:
pocket) dan biaya tetap tidak tunai (sunkcost)
- Tunai Rp 40.000.000
Contoh: Manajemen PT. Mawar mempertimbangkan apakah per-
usahaan di tutup atau diteruskan, karena perusahaanmenderita - Tidak tunai Rp 20.000.000
kerugian perusahaan menyajikan data sebagai berikut:
= Rp 60.000.000 -
Harga per unit Rp 1.000.000
Rugi = Rp 36.000.000
Biaya variabel per unit Rp 800.000
Ditinjau dari perhitungan tersebut perusahaan sebaiknya ditutup. Akan
Biaya tetap :- Tunai Rp 20.000.000 tetapi ada kalanya manajemenpertimbangan lain misalnya tanggung
- Tidak tunai Rp 40.000.000 jawab terhadapkaryawan dan prospek yang akan datang, maka
dibuatlahperhitungan shut down point.
Realisasi volume penjualan Rp 120 unit
PERHITUNGAN
Karena biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah biayayang memerlukan uang tunai yaitu biaya variabel
darbiaya tetap tunai, dengan demikian dapat dihitungkan
20.000.000
Shut Down Point = = 100 unit
1.000.000 −800.000
Maka batas ditutupnya perubahaan, minimal volume penjualan sebesar 100 unit. Karena volume penjualan
(120 unit) masih lebih besar dari batas penutupan perusahaan maka perusahaan diteruskan walaupun
menderita.

PERLUASAN PABRIK
Dengan mempertimbangkan kenaikan permintaan, manajemen mengadakan perluasan pabrik. Hal ini berarti
menambah kapasitas yang menaikkan biaya tetap. Dengan perluasan pabrik di targetkan pula untuk
menambah laba
Contoh:
PT. Ulin merencanakan perluasan pabrik berhubung jumlah permintaan produk yang dihasilkan semakin
meningkat.
Disajikan data sebagai berikut:
SLIDE 26 Penjualan per bulan 500 unit
Harga jual per unit Rp 500.000
Biaya variabel per unit Rp 300.000
Biaya tetap perbulan Rp 70.000.000
Dengan pelaksanaan perluasan pabrik akan terjadi:
Kapasitas perbulan 800 unit
Tambahan biaya per bulan Rp 30.000.000
Tambahan laba per bulan Rp 10.000.000
Perhitungan:
SLIDE 27
Laba maksimum sebelum perluasan:
B E (rupiah) sebelum perluasan
Penjualan 500 x Rp 500.000 = Rp 250.000.000
70.000.000
= = Rp 175.000.000 Biaya variabel 500 x Rp 300.000 = Rp 150.000.000 -
0.4 Contribution Margin = Rp 100.000.000
B E (rupiah) sesudah perluasan Biaya tetap = Rp 70.000.000 -

70.000.000+30.000.000+10.000.000 Laba = Rp 30.000.000


= Laba maksimum sesudah perluasan:
0.4
Penjualan 800 x Rp 500.000 = Rp 400.000.000
= Rp 275.000.000 Biaya variabel 800 x Rp 300.000 = Rp 240.000.000 -
Contribution margin = Rp 160.000.000
Biaya tetap = Rp 100.000.000 -
Laba = Rp 60.000.000
Manajemen perusahaan terdorong untuk mengambil keputusan memilih yang
menguntungkan apabila permintaan akan produk yang dihasilkan lebih besar
dari pada kapasitas produksi perusahaan dan perusahaan menghasilkan lebih
dari satu macam produk dengan menggunakan fasilitas yang sama.
Contoh:
Manajemen PT. Sentosa terdorong untuk memilih salah satu produk yang
dihasilkan, karena jumlah permintaan setiap jenis produk lebih besar dari pada
kapasitas yang ada. Produk yang dihasilkan ialah tegel abu-abu dan papin
block. Perusahaan menyajikan data sebagai berikut:
Tegel abu-abu Papin block

SLIDE 28 Kapasitas normal per bulan


Biaya variabel per keping
30.000 keping
Rp 400
15.000 keping
Rp 600
Harga jual per keping Rp 1000 Rp 1.500

Biaya tetap per bulan Rp 9.000.000


Keterangan Tegel abu-abu Paping block
Penjualan perkeping Rp 1.000 Rp 1.500
Biaya variabel per keping Rp 400 Rp 600
Contribution margin Rp 600 Rp 900
Biaya tetap perkeping Rp 300 Rp 600
Laba perkeping Rp 300 Rp 300
Contribution margin perbulan Rp 18.000.000 Rp 13.500.000
B E (dalam rupiah) 9.000.000 9.000.000
0.6 0.6
B E (dalam rupiah) = 15.000.000 15.000.000
= 15.000 keping 10.000 keping
Dengan memperhatikan perhitungan tersebut di atas hendaknya berhati-hati mengambil keputusan.
SLIDE 29 Petunjuk yang dipakai untuk memilih adalah produk yang menghasilkan total contribution margin
yang paling besar yaitu tegel abu-abu. Jadi yang di pilih ialah memproduksi tegel abu-abu.
Perencanaan Laba Setelah Pajak Penghasilan
Pada halaman sebelumnya telah disajikan perencanaan laba, akan tetapi belum dimasukkan
potongan pajak peng-hasilan. Maka dengan demikian diperlukan suatu rumus :
Perencanaan Laba Setelah Pajak PenghasilanPada halaman sebelumnya telah disajikan
perencanaanlaba, akan tetapi belum dimasukkan potongan pajak peng-hasilan. Maka dengan
demikian diperlukan suatu rumus :
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛
Volume Penjualan =
𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛
Laba setelah Pajak Penghasilan = Laba Sebelum pajak penghasilan - pajak
(%) Pajak Penghasilan = ……. % x laba sebelum pajak penghasilan untuk
memudahkan pembuatan rumus maka diperlukan simbol-simbol. Biaya tetap
singkat BT, laba sebelum pajak penghasilan disingka 𝐿𝐵𝑇 dan laba sesudah
pajak penghasilan disingkat 𝐿𝐴𝑇 dan pajak penghasilan disingkat T, Penjualan
per unit disingkat P dan Biaya Variabel disingkat BV, maka:
𝐿𝐴𝑇 = 𝐿𝐵𝑇 - (𝐿𝐵𝑇 x %T)
𝐿𝐴𝑇 = 𝐿𝐵𝑇 - (1 x %T)
SLIDE 30 𝐿𝐵𝑇 =
𝐿𝐴𝑇
1−%𝑇
𝐿𝐴𝑇
𝑩𝑻+𝐿𝐵𝑇 𝑩𝑻+
𝟏 −%𝑻
Volume Penjualan = Atau Volume Penjualan =
𝑷 −𝑩𝑽 𝑷 −𝑩𝑽
Contoh:
PT. pembangunan merencanakan laba sesudah pajak penghasilan Rp
1.500.000 data disajikan sebagai berikut:
Penjualan per unit Rp 400.000
Biaya variabel per unit Rp 300.000
Jumlah biaya tetap Rp 8.000.000
Jumlah penghasilan 15%
Perhitungan:
8.500.000
𝟖.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎+

SLIDE 31 Volume penjualan = 𝟏−𝟏𝟓%


𝟒𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 −𝟑𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
8.000.000+10.000.000
=
100.000
= 180 unit
Thank you very much! 
Any Questions?

Vous aimerez peut-être aussi