Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. ANTIMUSKARINIK
Dibagi menjadi :
1. Atropin dan keluarga alkaloid (termasuk
alkaloid belladone).
2. Antimuskarinik sintetik :
a. Amin tersier (disiklomin HCl).
Senyawa amonium kuartener (polidin metil
sulfat dan propantelin bromida).
Disiklomin HCl memiliki kerja antimuskarinik yg
lebih rendah dibanding atropin
• Senyawa amonium kuartener kurang larut lipid
dibanding atropin, sehingga sulit menembus
sawar darah otak.
• Absorpsi amonium kuartener kurang baik,
sehingga efek samping mirip atropin yang
sentral (konfusi) dari amonium kuartener juga
relatif lebih ringan.
• ES mirip atropin yg perifer (mulut kering,
akomodasi visual sulit, berkemih tidak lancar
dan konstipasi) masih lazim dijumpai pada
dosis yg bekerja sebagai relaksan
neuromuskular usus dan penghambat sekresi
asam.
• ANTIMUSKARINIK cenderung merelaksasi
sfingter esofagus dan harus dihindarkan
pada pasien dengan refluks simtomatik.
• Semua antispasmodik harus dihindarkan
pada illeus paralitik.
• Antimuskarinik bermanfaat untuk kondisi
dispepsia, sindrom usus iritabel dan penyakit
divertikular.
• Antimuskarinik non-selektif (alkaloid
belladona) untuk pengobatan tukak sekarang
telah ditinggalkan.
• Senyawa amonium kuartener (Hiosin
butilbromida) dianjurkan sebagai
antispasmodik saluran cerna (walau
absorpsinya buruk)
• DOSIS :
1. Atropin sulfat : inj. 0,5 mg/ml
2. Alkoloid belladona : 3 x sehari 10 mg/20 mg.
3. Hiosin butilbromida : 3-4 x sehari 20 mg.