Vous êtes sur la page 1sur 36

Askep pada Klien

Kehilangan

Nada Mutiara 1710711028


Rani Mutrika 1710711045
Kehilangan (loss) Berduka (grieving)
merupakan suatu keadaan merupakan kondisi di mana
Pengertian individu
kehilangan
yang mengalami
sesuatu yang
individu atau keluarga
mengalami respons alamiah
sebelumnya dimilikinya. yang melibatkan reaksi
Stuart (2005), mengungkapkan psikososial dan psikologis
bahwa kehilangan merupakan terhadap kehilangan aktual
sesuatu yang sulit dihindari, atau kehilangan yang
seperti kehilangan harta, dirasakan (Carpenito-Moyet,
kesehatan, orang yang dicintai, 2009).
dan kesempatan.

2
▫ Kehilangan aktual atau nyata
Tipe Kehilangan ini sangat mudah dikenali atau diidentifikasi

Kehilangan
oleh orang lain, seperti hilangnya sebagian anggota
tubuh, amputasi, atau kematian orang yang sangat
berarti atau dicintai.
▫ Kehilangan persepsi
Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh individu dan
sulit untuk dapat dibuktikan. Misalnya, seorang
perempuan yang diceraikan oleh suami yang
dicintainya menyebabkan perasaan rendah diri hingga
mengasingkan diri.

3
Kehilangan orang yang sangat berarti

Bentuk misalnya orang sangat berarti tersebut meninggal atau pergi ke


suatu tempat dalam waktu yang sangat lama.
Kehilangan
Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial
misalnya menderita suatu penyakit, amputasi bagian tubuh,
kehilangan pendapatan, kehilangan perasaan tentang diri,
kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan, dan kehilangan
kemampuan seksual.

Kehilangan milik pribadi


misalnya benda yang berharga, uang, atau perhiasan.

4
Tahapan Proses Kehilangan
▫ Tahap penyangkalan (Denial)
Reaksi awal ketika individu mengalami kehilangan adalah tidak percaya, syok, diam,
terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, mengisolasi diri terhadap
kenyataan, serta berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
Respon yang muncul seperti “Tidak! Itu tidak mungkin terjadi padaku!”
▫ Tahap kemarahan (Anger)
Tahap kedua, sesorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan.
Perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang ditujukan kepada orang lain
atau benda di sekitarnya. Reaksi fisik menunjukkan wajah memerah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, dan tangan mengepal. Respon yang muncul seperti “Apa dosa
saya hingga Tuhan memberiku hukuman seperti ini?”

5
▫ Tahap penawaran (Bargaining)
Setelah perasaan marah dapat tersalurkan, individu akan memasuki tahap tawar-
menawar. Klien berupaya membuat perjanjian pada Tuhan seperti “Bila saya
sembuh, saya akan...”. Klien mulai dapat memecahkan masalah dengan berdoa,
menyesali perbuatannya, dan menangis mencari pendapat orang lain.
▫ Tahap depresi
Tahap depresi termasuk dalam tahap diam pada fase kehilangan. Pada tahap ini
klien mulai sadar bahwa sesuatu yang dialaminya tidak akan bisa dikembalikan lagi
pada keadaan semula. Individu mulai menunjukkan reaksi menarik diri, tidak mau
berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa. Individu yang mengalami
depresi hanya memfokuskan pikiran pada orang yang dicintai, misalnya,
“Bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpa Ayah? “

6
▫ Tahap penerimaan
Tahap akhir atau tahap penerimaan merupakan organisasi ulang perasaan
kehilangan. Tahap penerimaan terjadi hanya pada klien yang dapat mengatasi
kesedihan dan kegelisahannya. Individu mulai bisa menerima kenyataan
kehilangan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara
bertahap dan dialihkan kepada objek lain yang baru. Biasanya individu yang
mulai menerima akan mengungkapkan, “Saya ikhlas atas kepergian Ayah.
Saya yakin, Ayah akan mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. “

7
Tahapan proses berduka
Fase akut
Fase ini berlangsung selama 4 sampai 8 minggu setelah kematian, yang terdiri
atas tiga proses, yaitu:
• Syok dan tidak percaya
Respons awal yang dilakukan biasanya berupa penyangkalan, secara emosional
tidak dapat menerima pedihnya kehilangan.
• Perkembangan kesadaran
Gejala yang muncul adalah marah, menyalahkan orang lain, perasaan bersalah
dengan menyalahkan diri sendiri melalui berbagai cara, dan menangis.
• Restitusi
Merupakan proses yang formal dan ritual bersama teman dan keluarga, sehingga
dapat membantu menurunkan sisa perasaan tidak menerima kenyataan
kehilangan.

8
Fase jangka panjang
• Berlangsung selama satu sampai dua tahun atau lebih.
• Reaksi berduka yang tidak terselesaikan dapat menjadi
penyakit tersembunyi dan termanisfestasikan dalam
berbagai gejala fisik. Pada beberapa individu reaksi ini
menjadi keinginan bunuh diri, sedangkan yang lain
mengabaikan diri dengan menolak makan dan
menggunakan alkohol.

9
Rentang Respons Emosional

10
Pengkajian

11
• Genetik
Individu yang salah satu anggota keluarga memiliki riwayat
depresi akan lebih sulit dalam bersikap optimis saat mengahadapi
kehilangan.

Faktor • Kesehatan fisik


Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup teratur memiliki
Predisposisi kemampuan yang baik dalam menghadapi stres dibanding
individu yang mengalami gangguan fisik.
• Kesehatan mental
Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki
tingkat kepekaan tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko
untuk kambuh.
• Pengalaman kehilangan sebelumnya
Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti pada masa
kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam
menghadapi kehilangan di masa dewasa.
12
Faktor yang memunculkan rasa
kehilangan adalah perasaan stres nyata
Faktor atau imajinasi individu dan kehilangan
Presipitasi yang bersifat bio-psiko-sosial seperti
kondisi sakit, kehilangan fungsi seksual,
kehilangan harga diri, kehilangan
pekerjaan, kehilangan peran, dan
kehilangan posisi di masyarakat.

13
Berduka yang disebutkan di atas sebagai respons
kehilangan, memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tanda a. Berduka menunjukkan suatu reaksi syok dan

dan
ketidakyakinan.
b. Berduka menunjukkan perasaan sedih dan hampa
Gejala bila mengingat kembali kejadian kehilangan.
c. Berduka menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering
disertai dengan menangis, keluhan sesak pada dada,
tercekik, dan nafas pendek.
d. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-
menerus.
e. Mengalami perasaan berduka
f. Mudah tersinggung dan marah.

14
Dimensi (Respons) dan Gejala Klien yang Berduka
Videback (2008) menyatakan bahwa perilaku dan respons dalam berduka mencakup respons kognitif,
emosional, spiritual, fisiologis, dan perilaku.
• Kognitif
1) Klien membuat makna tentang kehilangan
2) Gangguan asumsi dan keyakinan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang sudah meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan orang-orang yang meninggal seolah-oleh adalah pembimbing
• Emosional
1) Perasaan mati rasa
2) Marah, sedih, cemas
3) Kebencian
4) Merasa bersalah
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau suatu benda yang hilang
8) Depresi, putus asa
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

15
• Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan, berat badan turun
3) Tidak bertenaga
4) Palpitasi, gangguan pencernaan
5) Perubahan sistem imun dan endokrin
• Spiritual
1) Kecewa atau marah kepada Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Kehilangan harapan, kehilangan makna

16
• Perilaku
1) Menangis terisak, menangis tidak terkendali
2) Sangat gelisah, perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang pernah dilakukan
bersama dengan orang yang sudah meninggal
5) Menyimpan benda berharga milik orang yang telah meninggal,
padahal ingin membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7) Kemungkinan melakuka gestur atau upaya bunuh diri atau
pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
9) Klien mempertahankan hubungan dengan orang yang sudah
meninggal

17
a. Denial : Menghindari realitas yang tidak menyenangkan dengan
mengabaikan atau menolak untuk mengakuinya
b. Regresi : Kemunduran karakteristik perilaku pada tingkat
perkembangan awal
Mekanisme c. Intelektualisasi : Penalaran yang berlebihan atau logika yang
digunakan untuk menghindari pengalaman perasaan yang
Koping mengganggu
d. Rasionalisasi : Menawarkan penjelasan yang dapat diterima
secara sosial atau tampaknya logis untuk membenarkan atau
membuatnya dapat diterima walaupun impuls, perasaan,
perilaku, dan motif tidak dapat diterima
e. Supresi : Penekanan yang disengaja terhadap hal-hal yang
disadari.
f. Proyeksi : Menghubungkan pikiran atau impuls ke orang lain.
Melalui proses ini seseorang dapat menghubungkan keinginan
tak tertahankan, perasaan emosional, atau motivasi kepada
orang lain
18
Diagnosa
Keperawatan
▫ Lynda Capernito (1995), dalam
Nursing Diagnostic Application to
Diagnosa Clinical Practic, menjelaskan 3
Keperawatan diagnosis keperawatan untuk proses
berduka yang berdasarkan pada tipe
kehilangan. NANDA 2018 diagnosa
keperawatan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan
kehilangan dan berduka adalah :
▫ a) Duka cita
▫ b) Duka cita terganggu
▫ c) Risiko duka cita terganggu

20
Kemungkinan Etiologi
▫ Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa
konsep nilai untuk individu
▫ Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa
berduka dari kehilangan multiple yang belum
terselesaikan)
▫ Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan
▫ Tidak adanya antisipasi proses berduka
▫ Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan
ambivalen dengan konsep kehilangan

21
Batasan Karakteristik
▫ Idealisasi kehilangan (konsep)
▫ Mengingkari kehilangan
▫ Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat
▫ Obsesi pengalaman masa lampau
▫ Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan dan dibesar-besarkan
tidak sesuai dengan ukuran situasi
▫ Regresi perkembangan
▫ Gangguan dalam konsentrasi
▫ Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan
▫ Afek yang labil
▫ Kelainan dalan kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat aktivitas,
dan libido

22
Kasus

Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke poli


Psikiatri RSJ dengan keluhan sering menangis, tidak bisa
tidur, tidak mau makan. Hasil pengkajian didapat bahwa
pasien selalu teringat anaknya yang meinggal 1 bulan lalu
akibat kecelakaan, jantung berdebar-debar. Pasien
mengatakan “Kenapa saya mengijinkan dia pergi, kalau saja
dia di rumah tentu masih hidup”

23
▫ Dukacita terganggu b.d kematian
Diagnosa orang terdekat
Keperawatan ▫ Ketidakefektifan koping b.d
ketidakadekuatan kesempatan untuk
bersiap terhadap stressor

24
Intervensi
Keperawatan
Tujuan Tindakan
▫ Pasien dapat membina ▫ Membina hubungan
hubungan saling percaya saling percaya dengan
Intervensi dengan perawat. pasien.

Keperawatan ▫ Pasien dapat mengenali


peristiwa kehilangan yang
▫ Berdiskusi mengenai
kondisi pasien saat ini
pada Pasien dialami pasien. (kondisi pikiran,
▫ Pasien dapat memahami perasaan, fisik, sosial,
hubungan antara kehilangan dan spiritual
yang dialami dengan sebelum/sesudah
keadaan dirinya. mengalami peristiwa
kehilangan serta
▫ Pasien dapat hubungan antara kondisi
mengidentifikasi cara-cara saat ini dengan peristiwa
mengatasi berduka yang kehilangan yang terjadi).
dialaminya.
▫ Pasien dapat memanfaatkan
faktor pendukung.

26
Tindakan
▫ Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
3) Cara sosial (sharing melalui self help group).
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri).
▫ Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang
tersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan
saksama.
▫ Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
▫ Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.

27
Tujuan Tindakan
▫ Keluarga mengenal ▫ Berdiskusi dengan keluarga
masalah kehilangan tentang masalah kehilangan
dan berduka. dan berduka dan dampaknya
Intervensi ▫ Keluarga memahami pada pasien.

Keperawatan cara merawat pasien


berduka
▫ Berdiskusi dengan keluarga
cara-cara mengatasi berduka
untuk berkepanjangan. yang dialami oleh pasien.
▫ ▫
Keluarga Keluarga dapat
mempraktikkan cara
Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat pasien merawat pasien dengan
berduka berduka disfungsional.
disfungsional. ▫ Berdiskusi dengan keluarga
▫ Keluarga dapat sumber-sumber bantuan
memanfaatkan yang dapat dimanfaatkan
sumber yang oleh keluarga untuk
tersedia di mengatasi kehilangan yang
masyarakat. dialami oleh pasien.

28
Hasil Analisis
Jurnal
Judul jurnal : Gambaran Tahapan Kehilangan Dan Berduka
Pasca Banjir Pada Masyarakat Di Kelurahan Perkamil Kota
Manado

Penulis Jurnal : Mega Maria Laluyan, Esrom Kanine, Ferdinand


Wowiling (Unversitas Sam Ratulangi Manado)

Tahun terbit jurnal : 2014

30
▫ Metode penelitian jurnal :

Desain penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan


pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
warga kelurahan Perkamil kota Manado. Dengan teknik Purposive
Sampling diperoleh sampel berjumlah 93 responden.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini


berupa kuesioner. Dalam kuesioner tersebut mengandung 10
pertanyaan dengan tingkatan angka di tiap jawaban yang diberikan
oleh responden. Hasil positif apabila jumlah skor rata-rata 26-50,
sedangkan hasil negatif apabila jumlah skor rata-rata 10-25.

Prosedur pengolahan data yang dilakukan melalui tahap editing,


koding, skoring dan tabulating, kemudian data dianalisis melalui
prosedur analisis univariat.

31
Pembahasan hasil penelitian :
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang paling besar
menggalami kehilangan dan berduka yaitu responden yang berusia
45 tahun. Jumlah responden yang berumur 45 tahun yaitu 17 orang
dan sebanyak 13 orang memberikan tanggapan positif
(kecenderungan masih dalam tahapan kehilangan dan berduka).

Berdasarkan jenis kelamin dari penelitian ini, responden laki-laki


merupakan responden terbanyak yang mengalami kehilangan dan
berduka. Sebanyak 39 orang dari 54 orang responden laki-laki
memberikan tanggapan positif (kecenderungan masih dalam
tahapan kehilangan dan berduka). Lebih besarnya responden laki-
laki mengalami kehilangan dan berduka karena responden laki-laki
merupakan tulang punggung dalam suatu keluarga.

32
Dari hasil penelitian pada jenis pekerjaan diketahui responden
yang paling banyak memberikan tanggapan positif
(kecenderungan masih dalam tahapan kehilangan dan berduka)
yaitu responden yang bekerja sebagai buruh. Sedangkan yang
paling banyak memberikan tanggapan negatif (kecenderungan
sudah tidak dalam tahapan kehilangan dan berduka) yaitu
responden yang bekerja sebagai PNS. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dilihat tingkat pekerjaan seseorang dapat
mempengaruhi tanggapan kehilangan dan berduka seseorang.
Semakin tinggi tingkat pekerjaan seseorang maka semakin kecil
juga kecenderungan orang tersebut akan mengalami
kehilangan dan berduka.

33
Kesimpulan :

Kesimpulannya, data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian menunjukan


bahwa, responden di Kelurahan Perkamil terbanyak memiliki tanggapan
positif (kecenderungan masih dalam tahapan kehilangan dan berduka)
berjumlah 63 orang (67,7%) dan responden memiliki tanggapan negatif
(kecenderungan sudah tidak dalam tahapan kehilangan dan berduka) yaitu 30
orang (32,3%).

Saran dari peneliti ini bagi responden yaitu dapat meningkatkan pemahaman
dan kemampuan tentang gambaran tahapan kehilangan dan berduka dengan
mencari informasi yang baik dan akurat, sehingga nantinya lebih tahu cara
tahapan kehilangan dan berduka. Saran bagi petugas kesehatan agar lebih
meningkatkan perhatian dalam memberikan pemahanam tentang gambaran
tahapan kehilangan dan berduka pasca banjir. Saran bagi peneliti selanjutnya
untuk meneliti lebih pada fase-fase kehilangan yang lebih kompleks, yaitu
fase denial, fase anger, fase bargaining, fase depression dan fase acceptance.

34
Thank You!

35
Daftar Pustaka

Stuart, Gail W. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.


Singapore: Elsevier.
Sutejo. 2015. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

36

Vous aimerez peut-être aussi