Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kehilangan
2
▫ Kehilangan aktual atau nyata
Tipe Kehilangan ini sangat mudah dikenali atau diidentifikasi
Kehilangan
oleh orang lain, seperti hilangnya sebagian anggota
tubuh, amputasi, atau kematian orang yang sangat
berarti atau dicintai.
▫ Kehilangan persepsi
Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh individu dan
sulit untuk dapat dibuktikan. Misalnya, seorang
perempuan yang diceraikan oleh suami yang
dicintainya menyebabkan perasaan rendah diri hingga
mengasingkan diri.
3
Kehilangan orang yang sangat berarti
4
Tahapan Proses Kehilangan
▫ Tahap penyangkalan (Denial)
Reaksi awal ketika individu mengalami kehilangan adalah tidak percaya, syok, diam,
terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, mengisolasi diri terhadap
kenyataan, serta berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
Respon yang muncul seperti “Tidak! Itu tidak mungkin terjadi padaku!”
▫ Tahap kemarahan (Anger)
Tahap kedua, sesorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan.
Perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang ditujukan kepada orang lain
atau benda di sekitarnya. Reaksi fisik menunjukkan wajah memerah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, dan tangan mengepal. Respon yang muncul seperti “Apa dosa
saya hingga Tuhan memberiku hukuman seperti ini?”
5
▫ Tahap penawaran (Bargaining)
Setelah perasaan marah dapat tersalurkan, individu akan memasuki tahap tawar-
menawar. Klien berupaya membuat perjanjian pada Tuhan seperti “Bila saya
sembuh, saya akan...”. Klien mulai dapat memecahkan masalah dengan berdoa,
menyesali perbuatannya, dan menangis mencari pendapat orang lain.
▫ Tahap depresi
Tahap depresi termasuk dalam tahap diam pada fase kehilangan. Pada tahap ini
klien mulai sadar bahwa sesuatu yang dialaminya tidak akan bisa dikembalikan lagi
pada keadaan semula. Individu mulai menunjukkan reaksi menarik diri, tidak mau
berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa. Individu yang mengalami
depresi hanya memfokuskan pikiran pada orang yang dicintai, misalnya,
“Bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpa Ayah? “
6
▫ Tahap penerimaan
Tahap akhir atau tahap penerimaan merupakan organisasi ulang perasaan
kehilangan. Tahap penerimaan terjadi hanya pada klien yang dapat mengatasi
kesedihan dan kegelisahannya. Individu mulai bisa menerima kenyataan
kehilangan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara
bertahap dan dialihkan kepada objek lain yang baru. Biasanya individu yang
mulai menerima akan mengungkapkan, “Saya ikhlas atas kepergian Ayah.
Saya yakin, Ayah akan mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. “
7
Tahapan proses berduka
Fase akut
Fase ini berlangsung selama 4 sampai 8 minggu setelah kematian, yang terdiri
atas tiga proses, yaitu:
• Syok dan tidak percaya
Respons awal yang dilakukan biasanya berupa penyangkalan, secara emosional
tidak dapat menerima pedihnya kehilangan.
• Perkembangan kesadaran
Gejala yang muncul adalah marah, menyalahkan orang lain, perasaan bersalah
dengan menyalahkan diri sendiri melalui berbagai cara, dan menangis.
• Restitusi
Merupakan proses yang formal dan ritual bersama teman dan keluarga, sehingga
dapat membantu menurunkan sisa perasaan tidak menerima kenyataan
kehilangan.
8
Fase jangka panjang
• Berlangsung selama satu sampai dua tahun atau lebih.
• Reaksi berduka yang tidak terselesaikan dapat menjadi
penyakit tersembunyi dan termanisfestasikan dalam
berbagai gejala fisik. Pada beberapa individu reaksi ini
menjadi keinginan bunuh diri, sedangkan yang lain
mengabaikan diri dengan menolak makan dan
menggunakan alkohol.
9
Rentang Respons Emosional
10
Pengkajian
11
• Genetik
Individu yang salah satu anggota keluarga memiliki riwayat
depresi akan lebih sulit dalam bersikap optimis saat mengahadapi
kehilangan.
13
Berduka yang disebutkan di atas sebagai respons
kehilangan, memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tanda a. Berduka menunjukkan suatu reaksi syok dan
dan
ketidakyakinan.
b. Berduka menunjukkan perasaan sedih dan hampa
Gejala bila mengingat kembali kejadian kehilangan.
c. Berduka menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering
disertai dengan menangis, keluhan sesak pada dada,
tercekik, dan nafas pendek.
d. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-
menerus.
e. Mengalami perasaan berduka
f. Mudah tersinggung dan marah.
14
Dimensi (Respons) dan Gejala Klien yang Berduka
Videback (2008) menyatakan bahwa perilaku dan respons dalam berduka mencakup respons kognitif,
emosional, spiritual, fisiologis, dan perilaku.
• Kognitif
1) Klien membuat makna tentang kehilangan
2) Gangguan asumsi dan keyakinan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang sudah meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan orang-orang yang meninggal seolah-oleh adalah pembimbing
• Emosional
1) Perasaan mati rasa
2) Marah, sedih, cemas
3) Kebencian
4) Merasa bersalah
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau suatu benda yang hilang
8) Depresi, putus asa
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
15
• Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan, berat badan turun
3) Tidak bertenaga
4) Palpitasi, gangguan pencernaan
5) Perubahan sistem imun dan endokrin
• Spiritual
1) Kecewa atau marah kepada Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Kehilangan harapan, kehilangan makna
16
• Perilaku
1) Menangis terisak, menangis tidak terkendali
2) Sangat gelisah, perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang pernah dilakukan
bersama dengan orang yang sudah meninggal
5) Menyimpan benda berharga milik orang yang telah meninggal,
padahal ingin membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7) Kemungkinan melakuka gestur atau upaya bunuh diri atau
pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
9) Klien mempertahankan hubungan dengan orang yang sudah
meninggal
17
a. Denial : Menghindari realitas yang tidak menyenangkan dengan
mengabaikan atau menolak untuk mengakuinya
b. Regresi : Kemunduran karakteristik perilaku pada tingkat
perkembangan awal
Mekanisme c. Intelektualisasi : Penalaran yang berlebihan atau logika yang
digunakan untuk menghindari pengalaman perasaan yang
Koping mengganggu
d. Rasionalisasi : Menawarkan penjelasan yang dapat diterima
secara sosial atau tampaknya logis untuk membenarkan atau
membuatnya dapat diterima walaupun impuls, perasaan,
perilaku, dan motif tidak dapat diterima
e. Supresi : Penekanan yang disengaja terhadap hal-hal yang
disadari.
f. Proyeksi : Menghubungkan pikiran atau impuls ke orang lain.
Melalui proses ini seseorang dapat menghubungkan keinginan
tak tertahankan, perasaan emosional, atau motivasi kepada
orang lain
18
Diagnosa
Keperawatan
▫ Lynda Capernito (1995), dalam
Nursing Diagnostic Application to
Diagnosa Clinical Practic, menjelaskan 3
Keperawatan diagnosis keperawatan untuk proses
berduka yang berdasarkan pada tipe
kehilangan. NANDA 2018 diagnosa
keperawatan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan
kehilangan dan berduka adalah :
▫ a) Duka cita
▫ b) Duka cita terganggu
▫ c) Risiko duka cita terganggu
20
Kemungkinan Etiologi
▫ Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa
konsep nilai untuk individu
▫ Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa
berduka dari kehilangan multiple yang belum
terselesaikan)
▫ Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan
▫ Tidak adanya antisipasi proses berduka
▫ Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan
ambivalen dengan konsep kehilangan
21
Batasan Karakteristik
▫ Idealisasi kehilangan (konsep)
▫ Mengingkari kehilangan
▫ Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat
▫ Obsesi pengalaman masa lampau
▫ Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan dan dibesar-besarkan
tidak sesuai dengan ukuran situasi
▫ Regresi perkembangan
▫ Gangguan dalam konsentrasi
▫ Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan
▫ Afek yang labil
▫ Kelainan dalan kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat aktivitas,
dan libido
22
Kasus
23
▫ Dukacita terganggu b.d kematian
Diagnosa orang terdekat
Keperawatan ▫ Ketidakefektifan koping b.d
ketidakadekuatan kesempatan untuk
bersiap terhadap stressor
24
Intervensi
Keperawatan
Tujuan Tindakan
▫ Pasien dapat membina ▫ Membina hubungan
hubungan saling percaya saling percaya dengan
Intervensi dengan perawat. pasien.
26
Tindakan
▫ Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
3) Cara sosial (sharing melalui self help group).
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri).
▫ Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang
tersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan
saksama.
▫ Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
▫ Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.
27
Tujuan Tindakan
▫ Keluarga mengenal ▫ Berdiskusi dengan keluarga
masalah kehilangan tentang masalah kehilangan
dan berduka. dan berduka dan dampaknya
Intervensi ▫ Keluarga memahami pada pasien.
28
Hasil Analisis
Jurnal
Judul jurnal : Gambaran Tahapan Kehilangan Dan Berduka
Pasca Banjir Pada Masyarakat Di Kelurahan Perkamil Kota
Manado
30
▫ Metode penelitian jurnal :
31
Pembahasan hasil penelitian :
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang paling besar
menggalami kehilangan dan berduka yaitu responden yang berusia
45 tahun. Jumlah responden yang berumur 45 tahun yaitu 17 orang
dan sebanyak 13 orang memberikan tanggapan positif
(kecenderungan masih dalam tahapan kehilangan dan berduka).
32
Dari hasil penelitian pada jenis pekerjaan diketahui responden
yang paling banyak memberikan tanggapan positif
(kecenderungan masih dalam tahapan kehilangan dan berduka)
yaitu responden yang bekerja sebagai buruh. Sedangkan yang
paling banyak memberikan tanggapan negatif (kecenderungan
sudah tidak dalam tahapan kehilangan dan berduka) yaitu
responden yang bekerja sebagai PNS. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dilihat tingkat pekerjaan seseorang dapat
mempengaruhi tanggapan kehilangan dan berduka seseorang.
Semakin tinggi tingkat pekerjaan seseorang maka semakin kecil
juga kecenderungan orang tersebut akan mengalami
kehilangan dan berduka.
33
Kesimpulan :
Saran dari peneliti ini bagi responden yaitu dapat meningkatkan pemahaman
dan kemampuan tentang gambaran tahapan kehilangan dan berduka dengan
mencari informasi yang baik dan akurat, sehingga nantinya lebih tahu cara
tahapan kehilangan dan berduka. Saran bagi petugas kesehatan agar lebih
meningkatkan perhatian dalam memberikan pemahanam tentang gambaran
tahapan kehilangan dan berduka pasca banjir. Saran bagi peneliti selanjutnya
untuk meneliti lebih pada fase-fase kehilangan yang lebih kompleks, yaitu
fase denial, fase anger, fase bargaining, fase depression dan fase acceptance.
34
Thank You!
35
Daftar Pustaka
36