Vous êtes sur la page 1sur 27

Kedaruratan Psikiatri

Pembimbing : dr.Nova, Sp.KJ

ANGGOTA : Irfan Arif Z


Ayu Retno
Pengertian
Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat
untuk menghadapi kasus kedaruratan yang memerlukan
intervensi psikiatrik. Kasus kedaruratan psikiatrik meliputi
gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang
memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain:
 Tindak kekerasan (violence)
 Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
 Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat
 Delirium
Evaluasi
Dalam proses evaluasi, dilakukan:
 Wawancara Kedaruratan Psikiatrik
Wawancara dilakukan lebih terstruktur, secara umum fokus
wawancara ditujukan pada keluhan pasien dan alasan dibawa
ke unit gawat darurat. Keterangan tambahan dari pihak
pengantar, keluarga, teman atau polisi dapat melengkapi
informasi, terutama pada pasien mutisme, tidak kooperatif,
negativistik atau inkoheren. Karenanya diperlukan
kemampuan mendengar, melakukan observasi dan melakukan
interpretasi terhadap apa yang dkatakan ataupun yang tidak
dikatakan oleh pasien, dan ini dilakukan dalam waktu yang
cepat.
 Pemeriksaan Fisik
Pada bagan, dapat dilihat salah satu model alur
evaluasi dan penatalaksanaan pasien darurat
psikiatrik.
Lima hal yang harus ditentukan sebelum menangani
pasien selanjutnya:
 Keamanan pasien
 Medik atau psikiatrik?
 Psikosis
 Suicidal atau homicidal
 Kemampuan merawat diri sendiri
Rujukan/Pemindahan
 Pada beberapa keadaan, misalnya psikosis akibat zat,
reaksi stres akut, dekompensasi psikologik sementara
pada pasien dengan gangguan kepribadian tertentu,
akan lebih baik pasien tidak langsung dirawat atau
dipulangkan.
 Penempatan di ruang observasi berkelanjutan akan
memberikan waktu bagi dokter untuk mendapatkan
kejelasan lebih lanjut mengenai penyebab gangguan
mentalnya.
 Dengan demikian pasien mungkin tidak perlu dirawat
di instalasi rawat inap psikiatrik yang dapat
menimbulkan stigma atau trauma baginya.
Dokumentasi
 Semua penemuan dan tindakan harus didiskusikan
dan dicatat dengan baik untuk kepentingan pasien,
dokter dan RS, asuransi/pembayaran, dan hukum.
 Penemuan positif maupun negatif serta informasi yang
belu didapat sebaiknya dicatat.
 Nama-nama serta alamat dan nomor telepon yang
dapat dihubungi wajib dicatat.
1. Bunuh diri
 Definisi
Bunuh diri merupakan kematian yang ditimbulkan
oleh diri sendiri dan disengaja dimana bukan tindakan
yang acak dan tidak bertujuan. Sebaliknya, bunuh diri
merupakan jalan keluar dari masalah atau krisis yang
hampir selalu menyebabkan penderitaan yang kuat.
Bunuh diri adalah pengambilan tindakan untuk
melukai diri sendiri yang secara sengaja dilakukan
oleh seseorang.
Epidemiologi

 Tiap tahun kira-kira 30.000 kematian di Amerika Serikat
disebabkan oleh bunuh diri. Angka tersebut adalah untuk
bunuh diri yang berhasil; jumlah usaha bunuh diri
diperkirakan 8 sampai 10 kali lebih besar dari angka
tersebut.
Insiden bunuh diri di Amerika Serikat terjadi pada usia 15-24
tahun sedangkan dalam survey nasional baru-baru ini
terhadap siswa senior sekolah lanjutan 27% dari mereka
pernah memikirkan secara serius untuk bunuh diri dan salah
satunya pernah mencobanya.
 Secara internasional, angka bunuh diri yang lebih dari 25
per 100.000 orang terjadi di Skandinavia, Swiss, Jerman,
Austria, Negara-negara Eropa Timur, dan Jepang. Sedangkan
yang kurang dari 10 per 100.000 orang terjadi di Spanyol,
Italia, Irlandia, Mesir, dan Belanda.
 Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab bunuh
diri, diantaranya adalah:
 Faktor Sosial
 Faktor Psikologis
 Faktor Fisiologis
Adapun faktor-faktor yang terkait dengan tindakan
bunuh diri adalah:
 Jenis Kelamin
 Metode
 Usia
 Ras
 Status perkawinan
 Pekerjaan
Gangguan-gangguan yang beresiko terjadinya bunuh diri
:
 Gangguan mood
 Skizofrenia
 Ketergantungan Alkohol
 Ketergantungan Zat Lain .
 Gangguan Kepribadian
 Terapi
Menurut Schnedman, klinisi memiliki beberapa tindakan
preventif praktis untuk menghadapi orang yang ingin bunuh
diri seperti :
 Menurunkan penderitaan psikologi dengan memodifikasi
lingkungan pasien yang penuh dengan stress, menuliskan
bantuan dari pasangan, perusahaan atau teman.
 Membangun dukungan yang realistik dengan menyadari
bahwa pasien mungkin memiliki keluhan yang masuk akal.
 Menawarkan alternatif terhadap bunuh diri.
Tindakan yang berguna untuk terapi pasien yang mencoba bunuh
diri dan mengalami depresi adalah memeriksa barang-barang
pasien dan orang yang berkunjung ke bangsal. Hal ini bertujuan
untuk mencari benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
dan secara berulang mencari eksaserbasi gagasan bunuh diri.
Terapi yang efektif dengan medikasi antidepresan harus dimulai.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) mungkin diperlukan untuk beberapa
pasien yang terdepresi parah yang mungkin memerlukan beberapa
kali pengobatan.
2. Tindak kekerasan
 Definisi
Violence atau tindak kekrasan adalah agresi fisik yang
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Jika hal
itu diarahkan kepada dirinya sendiri, disebut mutilasi
diri atau tingkah laku bunuh diri (suicidal behavior).
Tindak kekerasan dapat timbul akibat berbagai
gangguan psikiatrik, tetapi dapat pula terjadi pada
orang biasa yang tidak dapat mengatasi tekanan
hidup sehari-hari dengan cara yang lebih baik.
Gambaran
 klinis dan diagnosis
Gangguan psikiatrik yang sering berkaitan dengan tindak
kekerasan adalah:
Gangguan psikotik, seperti skizofrenia dan manik,
terutama bila paranoid dan mengalami halusinasi yang
bersifat suruhan (commanding hallucination)
Intoksikasi alkohol atau zat lain
Gejala putus zat akibat alkohol atau obat-obat hipnotik-
sedatif
Depresi agitatif
Gangguan kepribadian
Gangguan mental organik
Faktor risiko lain terjadinya tindak kekerasan adalah :
 Adanya pernyataan seseorang bahwa ia berniat melakukan
tindak kekerasan
 Adanya rencana spesifik
 Adanya kesempatan atau suatu cara untuk terjadinya
kekerasan
 Laki-laki
 Usia muda (15-24 tahun)
 Status sosioekonomi rendah
 Adanya riwayat melakukan tindak kekerasan
 Penanganan awal
 Lindungi diri
 Waspada terhadap tanda-tanda munculnya kekerasan
 Pastikan bahwa terdapat jumlah staf yang cukup
untuk mengikat pasien secara aman.
 Pengikatan pasien hanya dilakukan oleh mereka yang
telah terlatih.
 Lakukan evaluasi diagnostik yang tepat, meliputi TTV,
pemeriksaan fisik dan wawancara pskiatrik.
Terapi Psikofarmaka
Terapi obat tergantung diagnosisnya. Biasanya untuk
menenagkan pasien diberikan obat antipsikotik atau
benzodiazepin:
 Flufenazine, trifluoperazine atau haloperidol 5 mg per
oral atau IM,
 Olanzapine 2,5-10 mg per IM, maksimal 4 injeksi per
hari, dengan dosis rata-rata per hari 13-14mg,
 Atau lorazepam 2-4 mg, diazepam 5-10mg per IV
secara pelahan (dalam 2 menit).
3. Sindroma Neuroleptik Maligna
 Definisi
Sindrom neuroleptik maligna adalah suatu sindrom toksik yang
behubungan dengan penggunaan obat antipsikotik. Gejalanya
meliputi : kekakuan otot, distonia, akinesia mutisme dan
agitasi.
 Gambaran Klinis dan Diagnosis
 Demam tinggi (dapat mencapai 41,5ºC)
 Kekakuan otot
 Instabilitas
otonomik (takikardia, tekanan darah yang labil,
keringat berlebih)
 Gangguan kesadaran
 Faktor Resiko
 Jenis kelamin (Laki-laki)
 dehidrasi
 malnutrisi
 kelelahan
 injeksi intramuskular neuroleptik
 cedera kepala
 infeksi
 intoksikasi alkohol
 pengunaan antipsikotik bersama dengan litium
 Penanganan awal
 Pertimbangkan kemungkinan sindrom neuroleptik
maligna pada pasien yang mendapat antipsikotik yang
mengalami demam serta kekakuan otot.
 Bila terdapat rigiditas rinan yang tidak berespon
terhdap antikolinergik biasa dan bila demamnya tak
jelas sebabnya, buatlah diagnosis sementara
sindroma neuroleptik maligna.
 Hentikan pemberian antipsikotik segera.
 Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
 Lakukan pmeriksaan laboratorium
 Hidrasi cepat intravena Sindrom ini biasanya
berlangsung selama 15 hari.
Terapi Psikofarmaka
 Amantadine 200-400 mg PO/hari dalam dosis terbagi
 Bromocriptine 2,5 mg PO 2 atau 3 kali/hari , dapat
dianikan sampai 45 mg/hari
 Levodopa 50-100 mg/hari IV dlam infus terus-menerus
4. Delirium
 Definisi
Delirium merupakan bukan suatu penyakit tetapi
merupakan gejala sehingga untuk menentukan
delirium harus didasarkan penyebabnya. Gejala klinis
delirium terdiri dari gangguan kesadaran dan
gangguan kognisi.
 Klasifikasi
 Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik
umum
 Delirium yang diinduksi oleh zat (intoksikasi zat &
putus obat)
 Delirium akibat etiologi multipel
 Delirium yang tidak tergolongkan
 Kriteria diagnostik delirium yang tidak disebabkan
alkohol & zat psikoaktif
 Gangguan kesadaran
 Gangguan perhatian
 Gangguan kognitif secara umum
 Gangguan psikomotor
 Gangguan siklus bangun tidur
 Gangguan emosional
 Penanganan awal
 Bersikap suportif, tegas, dan tidak mengancam. Bila
perlu pasien diikat terlebih dahulu jika
membahayakan
 Tenangkan pasien bahwa ia aman disini
 Menganalisa penyebab dan terapi sesuai kausa
 Psikofarmaka
 Neuroleptikum dosis tinggi (Intravena)
 trifluoperazine (5-10 mg) (intravena)
 haloperidol (5 – 10 mg) (intravena)
 Diazepam (5-10 mg) (Intravena)
Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi