Vous êtes sur la page 1sur 53

TUMOR KELENJAR LIUR

Prof. dr. Ramsi Lutan Sp.THT-Kl(K)


DEFENISI

 Kelenjar liur (saliva) kelenjar


yang mensekresi cairan saliva.
 Terbagi dua kelenjar saliva besar
dan kelenjar saliva kecil.
 Kelenjar saliva besar terdapat 3
pasang: kelenjar parotis,
submandibular, dan sublingual.
 Kelenjar saliva kecil terutama
tersebar dalam rongga mulut, sinus
paranasal, submukosa trakea, dll.
EPIDEMIOLOGI

 Insidensi bervariasi, diluar negeri


dilaporkan 0,15-10,6%/100.000.
 Insidensi tertinggi tumor kelenjar
saliva tertinggi adalah kelenjar
parotis 80%, tumor submandibular,
10%, tumor sublingual 1%, tumor
kelenjar saliva kecil dalam mulut 9%.
 Pada kelenjar saliva kecil paling
sering ditemukan kelenjar palatin
57,8%, kelenjar labial 12,6%, kelenjar
lingual 10%, kelenjar bukal 8%.
 Sebagian besar tumor parotis bersifat
jinak.
 Pada tumor sublingual, tumor ganas
dan jinak seimbang.
 Tumor sublingual, tumor ganas lebih
sering terjadi.
 Dari tumor jinak, insiden tumor
campuran tertinggi.
 Dari tumor ganas, insiden tumor
mukoepidermoid tertinggi.
PATOLOGI

 >90% tumor kelenjar saliva timbul


dari epitel kelenjar.
 Klasifikasi patologi tumor kelenjar
saliva belum ada kesepakatan.
TUMOR CAMPURAN
 Disebut juga adenoma pleomorfik, tumor
kelenjar saliva yang tersering.
 Morfologi makroskopi: ukuran tumor tidak
menentu, permukaan licin atau nodular, batas
tegas, memiliki kapsul, ketebalan tidak merata,
konsistensi keras lembut tidak menentu.
 Mikroskopis tampak tumor terbentuk dari
kapsul, komponen epitel dan stroma. Morfologi
epitel bervariasi, terdapat jaringan mukoid,
kartilaginoid, tulang, serat kolagen, degenerasi
hialin, dll, membentuk histomorfologi
pleomorfis kompleks dari tumor campuran.
Pl e o morfik a d e n o ma
TUMOR WARTHIN

 Tumor warthin hampir semuanya terjadi


pada kelenjar parotis.
 Umumnya terjadi pada pria (85-90%).
 Kebanyakan pada lansia (50-60 tahun).
 Makroskopik: tumor berbentuk bundar
atau oval, permukaan licin, berkapsul
utuh, konsistensi agak lembut, kadangkala
kompresibel.
 Pada penampang irisan tampak banyak
rongga kistik, dalam kista terdapat
jaringan berwarna kelabu putih.
Tu mo r Wa r t h in
 Mikroskopis tampak tumor terbentuk
dari dua jenis sel yaitu epitel kelenjar
dan sel limfosit. epitel membentuk
rongga kista, epitel membentuk
struktur papilar sederhana atau
kompleks ke dalam rongga kista.
Dalam rongga kista terdapat zat
amorf warna merah, sering tampak
kristal kolesterol. Sekitar rongga
kista terdapat sebukan limfosit rapat.
KARSINOMA
MUKOEPIDERMOID
 Terjadi sekitar 5-10% pada tumor kelenjar
saliva besar, 90% terjadi pada parotis,
sisanya pada kelenjar submandibular.
 Sering terladi pada usia 40-50 tahun
 Wanita > pria.
 Histopatologi terdapat 3 jenis:
berdiferensiasi baik, sedang dan buruk.
 Karsinoma dengan derajat keganasan
rendah memiliki riwayat penyakit relatif
panjang, tertumbuhan terlokalisir.
 karsinoma dengan keganasan sedang dan
tinggi tumbuh infiltratif, dengan riwayat
penyakit lebih pendek
K a rsin oma M u k o epid ermoid
 Makroskopis, karsinoma mukoepidermoid
berdiferensiasi baik dapat memiliki kapsul, tapi
umumnya tidak lengkap, bahkan bisa tanpa
kapsul.
 Penampang irisan berwarna putih kelabu atau
merah jambu, kadang berlobus.
 Karsinoma mukoepidermoid berdiferensiasi
buruk tumbuh infiltratif, tanpa kapsul, batas
dengan jaringan normal tidak jelas, penampang
irisan berwarna putih kelabu, konsistensi
merata agak keras, kadang seperti kerikil,
tanpa lobulus.
 Mikroskopis tampak terutama terbentuk dari
sel mukus, epidermoid, dan sel intermediat. Sel
mukus berbentuk torak atau poligonal
 Sel epidermoid yang yang
berdiferensiasi relatif baik
menyerupai sel skuamosa mukosa
rongga mulut, yang berdiferensiasi
buruk menyerupai sel karsinoma sel
skuamosa.
 Sel intermediat menyerupai sel basal
mukosa rongga mulut, dapat
bertransformasi ke arah sel mukus
dan sel epidermoid.
KARSINOMA KISTIK ADENOID

 Dapat timbul di kelenjar


submandibular dan parotis, tapi lebih
sering ditemukan di kelenjar saliva
minor.
 Umumnya usia 30-50 tahun.
 Pria : wanita tidak banyak perbedaan
 Pertumbuhan tumor lambat, namun
sifat infiltratif lokal kuat.
 Angka rekurensi pasca operasi tinggi.
 Makroskopis tumor berbentuk bundar, oval,
diameter 2-4 cm, batas tegas, kapsul
umumnya tidak utuh, mudah
menginfiltratif jaringan sekitar. Konsistensi
agak keras dan rapuh.
 Penampang irisan homogen berwarna putih
atau kuning kelabu, jarang terlihat mukus,
kadang tampak hemoragi dan rongga kista
kecil.
 Ciri histologi adalah banyak celah kistik
beraneka bentuk, dikelilingi sel epiel ganas,
membentuk struktur pseudokista.
TUMOR CAMPURAN GANAS

 Merupakan sejenis tumor yang terdiri


atas campuran unsur ganas dan
jinak.
 Insidensi sering usia > 50 tahun
 Pria > wanita.
 > 50% terjadi pada kelenjar parotis.
 Makroskopis relatif besar, bentuk tak
beraturan, nodular, konsistensi keras,
sebagian besar kapsul tidak utuh
atau tidak berkapsul.
 Penampang berwarna putih kelabu,
granular, konsistensi agak rapuh, sering
disertai degenerasi, nekrosis, hemoragi
dan perubahan kistik.
 Di bawah mikroskop, tumor campuran
yang bertransformasi ganas terdapat
unsur campuran dan karsinoma.
 Unsur ganas tersebut mencakup
adenokarsinoma, karsinoma tak
berdiferensiasi, karsinoma kistik
adenoid, karsinoma mukoepidermoid, dll.
KARSINOMA SEL ASINAR

 Merupakan tumor berderajat ganas rendah.


 ± 3% dari tum or kelenjar saliva.
 Terutama mengenai kelenjar parotis, sedikit
dikelenjar submandibular dan kelenjar saliva
kecil.
 Usia 30-50 tahun, pria > wanita.
 Umumnya tumor tumbuh lambat, destruksi
lokal lebih sedikit namun dapat rekuren lokal
atau rekuren berulang kali, kadang kala
bermetastasis.
 Makroskopis tumor umumnya berbentuk
bundar, lonjong, permukaan licin atau
nodular, diameter umumnya 2-4 cm, sering
berkapsul tipis, sebagian kapsul tidak
utuh, penampang bersifat padat, kistik
atau kistik padat, berwarna putih kelabu
atau merah jambu, konsistensi rapuh,
dapat terlihat hemoragi, kadang nekrosis.
 Mikroskopis sel tumor terdiri atas sel
granular, sel jernih, sel vakuol dan sel
duktul interkalata.
ADENOKARSINOMA

 Dewasa ini standar klasifikasi


histopatologi terhadap adenokarsinoma
masih kontroversial. Selain jenis
karsinoma diaatas, semua tumor berasal
dari kelenjar dimasukkan sebagai
adenokarsinoma.
 Jenis histologinya bervariasi, ada yang
tubular, papilar, diferrensiasi buruk, dll.
 Variasi diferensiasi besar, prognosisnya
pun berbeda.
KARSINOMA SKUAMOSA

 Jarang ditemukan.
 Umumnya timbul pada kelenjar parotis
dan submandibular.
 Sangat jarang pada kelenjar sublingual
dan kelenjar saliva minor.
 Umumnya menyerang pria separuh baya
atau lansia.
 Derajat keganasan ralatif tinggi.
 Mudah bermetastasis limfogen dan
hematogen.
 Prognosis sangat buruk.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Klinis
1. Tumor kelenjar parotis
 Umumnya timbul di superfisial
terhadap n. fasialis sekitar 80%.
 Sebagian pasien menemukan benjolan
tidak nyeri di bawah atau depan
belakang cuping telinga, tumbuh
lambat.
 Lama penyakit bervariasi, dapat
mencapai 20-30 tahun lebih.
 Konsistensi keras bervariasi, mobil, dapat
berbentuk massa besar.
 Pasien merasa kencang setempat.
 Umumnya tanpa gejala.
 Tumor yang tumbuh di bagian dalam kelenjar
parotis tidak mudah diketahui.
 Mobilitas terbatas
 Ada kalanya tumor berekspansi ke faring,
sehingga tonsil dan palatum mole menjorok ke
dalam dan rongga faring menyempit.
 Tumor ganas kelenjar parotis relatif
jarang ditemukan.
 Pertumbuhan tumor ganas relatif
cepat.
 Bila mengenai n. fasialis dapat
timbul paralisa.
 Nyeri menetap.
 Bila mengenai kelompok otot kunyah
membuka mulut terganggu.
 Kelenjar limfe regional dapat menbesar
karena metastasis (walau umor metastasis
kelenjar parotis jarang ditemukan).
 Paling sering metastasis karsinoma
skuamosa dan melanoma.
2. Tumor Kelenjar Submandibular

 Lebih jarang dibandingkan kelenjar


parotis.
 Gejala utama tersering adalah tumor
area submandibular yang tumbuh
lambat.
 Kondisi lokal mirip kelenjar parotis
yang tidak nyeri, umumnya jinak.
 Tumor ganas sering dijumpai nyeri,
membesar lebih cepat, konsistensi
keras dan mobilitas kurang.
 Tumor ganas sering berupa karsinoma
kistik adenoid, tumor campuran ganas
dan adenokarsinoma.
 Karsinoma kistik adenoid memiliki
perjalanan penyakit lebih panjang, dapat
timbul gejala terkenanya saraf sekitar.
3. Tumor Kelenjar Sublingual

 Tumor jinak jarang, hampir semuanya ganas.


 Kebanyakan karsinoma kistik adenoid.
 Keluhan umumnya nyeri samping lidah,
nyeri radiatif ke telinga atau parestesia, dll.
 Sebagian pasien menunjukkan paralisis saraf
sublingual (atropi otot llidah ipsilateral,
lidah menjulur miring ke sisi lesi).
 Tumor kecil sering dikacaukan dengan batu
duktus kelenjar submandibular.
4. Tumor Kelenjar Saliva Minor

 Tumor jinak umumnya tumor campuran.


 Tumor ganas terbanyak adalah karsinoma
kistik adenoid, disusul tumor campuran
ganas.
 Lokasi tersering di palatum, sering di
perbatasan palatum durum dan mole.
 Konsistensi tumor agak keras.
 Meskipun tumor jinak mobillitas mungkin
buruk karena jaringan palatum durum sangat
rapat, dan jaringan ikat submukosa relatif
sedikit.
 Tumor tumbuh lambat, tidak nyeri.
 Mukosa permukaan licin umumnya pertanda
tumor jinak.
 Ada kalanya timbul ulkus dangkal.
 Tumor ganas tumbuh relatif cepat, sering
ulserasi, nyeri dan gejala terkait dengan
lokasi tumor tersebut.
Jenis Patologi dan Karakteristik Klinis

1. Tumor Warthin hampir semuanya di


kelenjar parotis, permukan tumor
licin, batas tegas, konsistensi relatif
lembut, agak lembek.
Kekhasan, ada kalanya kedua
kelenjar parotis terkena dan lesi
primer multipel.
Rekuren lokal , bila operasi kurang
baik.
2. Karsinoma mukoepidermoid
umumnya pada kelenjar parotis,
riwayat penyakit relatif panjang.
Gejala berupa tumor tidak nyeri,
membesar gradual.
Karsinoma mukoepidermoid
berdiferensiasi buruk memiliki
riwayat penyakiat lebih pendek,
tumbuh cepat, adhesi dan terfiksasi
dengan jaringan sekitar serta dapat
disertai ulserasi dan nyeri.
3. Tumor campuran ganas, bila sejak
muncul bersifat ganas umumnya
tumbuh cepat, sering disertai nyeri
atau parastesia setempat, konsistesi
agak keras, sering infiltrasi ke
jaringan dalam atau fiksasi ke kulit.
4. Karsinoma kistik adenoid umumnya
ditemukan pada kelenjar saliva
minor.
Gejala klinis utama berupa tumor
dan gejala saraf terkena.
Progresifitas lambat, metastasis
limfogen jarang namun lebih sering
hematogen.
Rekurensi pasca operasi sangat
tinggi.
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Klinis

 Tumor jinak umumnya memiliki riwayat


penyakit panjang, namun tumor keganasan
rendah dapat memilikiriwayat mencapai
bertahun-tahun.
 Lokasi dan sifat tumor dapat menjadi dasar
lokasi lesi primer dan sifat jinak atau ganas.
 Tumor anterior, inferior, posterior cuping
telinga, harus difikirkan berasal dari kelenjar
parotis.
 Nyeri, adhesi bahkan fiksasi ke sekitar,
timbul gejala saraf yang terkena harus
difikirkan tumor ganas.
2. Pmeriksaan Pencitraan

1. USG dapat memastikan apakah


terdapat lesi dan ukurannya. tumor
< 1cm dapat ditampilkan.
Pemeriksaan non invasif, tidak nyeri
dan dapat diulangi.
2. CT tumor jinak umumnya
berbatas tegas, densitas relatif
tinggi. Tumor ganas umumnya
berbatas tidak tegas. CT secara
tegas menunjukkan lokasi tumor,
ukuran, lingkup ekspansi.
Sa g i tt al re c o n str u ction o f t h e C T sl i c es sh o w
t h e 4 ,2 x 2 .8 c m r o u n d su b l in gu al t u mo r
3. MRI terutama untuk diagnosis
lesi infra temporal dan celah
parafaring.
4. Pemeriksaan patologik
biopsi eksisional umumnya tidak
dianjurkan, bila perlu dilakukan
pemeriksaan potong beku saat
operasi.
Diagnosis Banding

1. Tuberkulosis kelenjar limfe kelenjar saliva


lebih sering ditemukan pada kelenjar
parotis dan submandibular, tumor kadang
terasa kistik, sering disertai peradangan
akut. Pemeriksaan sitologi membantu
diagnosis.
2. Tumor ramus asenden os mandibula
kadang kala datang dengan keluhan utama
tumor di area parotis, harus dilakukan foto
mandibula.
3. Lesi limfoepitel jinak (penyakit
mikulicz)
umumnya pada kelenjar saliva,
lakrimal, lebih sering pada kelenjar
parotis. Dapat unilateral atau bilateral.
Sering pada wanita setengah baya dan
lansia.
4. Batu duktus kelenjar submandibularis
umumnya pada duktus submandibular,
soliter atau multipel, dapat
menimbulkan adenitis submandibular,
hingga kelenjar submandibular dapat
membesar menahun. Menegakkan
diagnosa harus dengan foto rontgen.
Terapi

Tumor kelenjar parotis


1. Prinsip operasi
Tumor jinak dilakukan eksisi lobus superfisial
parotis dengan mempertahankan n. fasialis.
Tumor ganas yang secara klinis tanpa tanda
mengenai n. fasialis, saat operasi dapat
mempertahankannya.
Bila perlu dilakukan radioterapi pasca operasi.
Tumor ganas dengan parastesia n. fasialis
harus dilakukan eksisi n. fasialis, cabang yang
tidak terkena dipertahankan.
Karsinoma skuamosa, mukoepidermoid
diferensiasi buruk dan adenokarsinoma dapat
dipertimbangkan operasi pembersihan leher.
2. Komplikasi pasca operasi
a) Parastesia fasial: umunya temporer, pulih
sekitar tiga bulan pasca operasi.
b) Fistel salivatorius parotis: perban tekan 2-3
minggu, dapat juga diberikan dosis kecil
radioterapi.
c) Sindroma nervus aurikotemporal: disebut
juga sindroma gustatorik berkeringat.
d) Parastesia cuping telinga: disebabkan
terpotongnya n. aurikular mayor.
Tumor Kelenjar Submandibular

 Tumor ganas harus diangkat berikut


kelenjar submandibular, bila
mengenai os mandibula harus
dilakukan pengangkatan os
mandibula sisi lesi.
 Karsinoma kistik adanoid mengenai
periosteum mandibula, bila belum
tampak destruksi tulang juga harus
dilakukan eksisi sekaligus os
mandibula dan jaringan lunak sekitar
dan nervus lingual.
Tumor Kelenjar Sublingual

 Tumor intraglandula sublingual dapat


dilakukan sublingualektomi.
 Bila diagnosis pasti sebagai karsinoma
kistik adenoid dan terdapat adhesi ke
periosteum harus difikirkan eksisi os
mandibila.
 Karsinoma kistik mudah mengenai saraf,
saat operasi harus menelusuri n. lingual.
Tumor Kelenjar Saliva Minor

 Lingkup eksisi harus mencakup


sebagian jaringan normal sekitar
tumor.
 Bila perlu radioterapi pasca operasi.
 Bila tumor palatum durum mengenai
periosteum, tulang lokal harus
dieksisi.
 Bila sinus maksilaris terkena harus
dilakukan maksilektomi.
Prognosis

 Ditentukan oleh lokasi tumor, lingkup


invasi, modalitas terapi awal. Jenis
patologi, derajat diferensiasi, dll.
 Selain karsinoma tak berdiferensiasi,
karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma
yang memiliki keganasan tinggi, umumnya
perjalanan penyakit cukup panjang,
pertumbuhan relatif lambat.
 Bila terapi tepat hasil cukup baik.
 Rekurensi terutama karena saat operasi
jaringan tumor tersisa atau tumor ruptur.
 Parotidektomi dengan konservasi n.
fasialis memiliki rekurensi rendah (0-2%)
 Untuk prognosis karsinoma
mukoepidermoid, gradasi patologik lebih
penting daripada stadium klinis.
 Karsinoma mukoepidermoid
berdiferensiasi baik memiliki prognosis
baik.
 Karsinoma kistik adenoid berkembang
lambat, pasca operasi meski terjadi
rekurensi atau metastasis, masih dapat
hidup bertahun-tahun.
TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi