Vous êtes sur la page 1sur 24

SPINAL CORD INJURIES

Meida Laely Ramdani


meidalaelyramdani@ump.ac.id
ANATOMY OF THE SPINE AND CORD

The spinal column


7 cervical vertebrae (C1–C7)
 12 thoracic vertebrae (T1–T12)
 5 lumbar vertebrae (L1–L5)
 5 fused sacral vertebrae (S1–S5).
SPINAL CORD

• Merupakan kelanjutan dari batang otak (medula)


• Bergerak melalui kanal vertebralis, berakhir kira-kira di L1
• Saraf tulang belakang dibagi menjadi 31 segmen, masing2
sepasang akar saraf
• Setiap akar saraf merangsang saraf sensoris (kulit) dan saraf
motorik (myotomes))
SPINAL
CORD
C4
Injury – TETRAPLEGIA
Results in complete paralysis below the neck
Cervical vertebrae
(neck)
C6
Injury – TETRAPLEGIA
Thoracic vertebrae Results in partial paralysis of hands and arms as well
(attached to ribs) as lower body
T4
Injury – PARAPLEGIA
Results in paralysis below the chest
Lumbar vertebrae
(lower back) LI
Injury – PARAPLEGIA
Sacral vertebrae Results in paralysis below waist
Coccygeal vertebrae
(tailbone)
MEKANISME SCI

Blunt trauma Penetrating trauma

• Gerakanberlebihanpdspinal,dis • Traumapadaleher:tikam,temba
ebabkan: k,tusukmenyebabkansejumla
• Jatuh hcidera
• KLL • Dptmenyebabkanmasalahpadaj
• Olahraga;berkuda alannafasdanperdarahan.
• Diving:terutamaairdangkal • objekpenetrasimenyebabkancid
erakomplitdanincomplit
• Serangan
Spinal column movements caused by blunt force

Movement Resulting Injury


Hyperflexion The spine bending sharply forward can cause destabilisation of the
posterior ligaments. This allows movement of the vertebrae, which
may damage the spinal cord

Hyperflexion with 50–80% of cervical spine injuries and most thoracolumbar injuries are
rotation caused by these movements. The spine bending sharply forward and
at the same time rotating can severely disrupt the posterior ligaments
and may fracture or dislocate the vertebrae.
Hyperextension This is where the head is forced backwards (e.g when striking the
head on a steering wheel or step) causing disruption to the anterior
stabilising igaments. The posterior aspect of the bony structures may
be fractured. A C2/C3 injury caused this way is common in hanging
Spinal column movements caused by blunt force

Movement Resulting Injury


Compression Compression can be due to direct force crushing the spinal
column or by hyperflexion causing the vertebral body to be
compressed and fracture. Thoracolumbar fractures are
common with this mechanism
Axial loading This is a type of compression. Axial loading is caused by a
heavy weight falling onto the head, landing on the head after
a fall or hitting the head on the roof of a car when
unrestrained. Fractures of C1 (the atlas) – known as
Jefferson’s fractures and C2 (the axis) are common with this
mechanism
SCI

CIDERA SEKUNDER
CIDERA PRIMER
• terjadi beberapa menit
• cedera yang terjadi
atau jam setelah cedera
pada saat kejadian.
primer

Cidera pd spinal cord terus


Blunt trauma dan membengkak, sekitar
penetrating trauma, dpt struktur spr tulang atau
menyebabkan: hematom trs menekan
• Fraktur saraf, dpt diperburuk oleh
• Dislokasi hal2:
• Subluksasi (pasial • Ketidakstabilan mekanik
dislokasi) • Hipoksia
• Hematom • hipoperfusi
• Bengkak pd jaringan
Ketidakstabilanmekanik
• Diposisikanin line
immobilisationmeminimalkanresikodestabilisasicideraspinal.LakukanTeknik log
rolljikaakanmengkajibag.blkg,menempatkanpasienkepapan(LSB)ataumengurangitekan
anpdarea
Hipoksia
• Cideraservikal3-
4dptmenyebabkankerusakanpdsaraffrenikparalisisdiafragma.Peningkatanusahanafas,
nafasdangkal,dgngerakanparadoksal(dadadanabdomenbergerakpdwaktuygberbeda).
biasanyamembutuhkanventilasimekanik
• Ciderapdservikaldantorakal,dmnbagianiniterdapatsarafutkotot2 intercostal.
Sarafygmensuplaiototrusak deeply breathingdanbatukdukunganventilasi
Hipoperfusi
• Gangguanalirandarahkespinal
cord.Bsdisebabkankrnciderascrlangsungataubisakrnsyokhipovolemikkrnadanyaperdarah
anyglain.hipoperfusifungsiakanberkurangdanbsmenyebabkankematianselpdspinal
cord,bsmenyebabkancacatpermanen
SPINAL SHOCK AND NEUROGENIC SHOCK

• pada SCI, istilah ‘spinal' dan 'syok neurogenik' kadang-kadang


digunakan secara bergantian. Namun, keduanya adalah tidak sama
• Didefinisikansbgkehilangantotalsemuafungsineurol
ogis,termasukreflexdantonus
rectal.Bskehilangansensasidanmorotikparalisisda
Spinal shock npriapismpdlaki2.
• Bsberlangsungbbrpjamsampaibbrpminggu,danhany
asetelahpembengkakanmeredabsdiputuskanapakah
itusementaraataupermanen.

• Disebabkankrnkerusakanpdjalursarafsimpatispdspi
nal cord.JalursarafsimpatisterdapatpdTorakal6.
• Biasanyatidakmenyebabkancidreradibawahnya
Neurogenic shock • Kerusakansarafsimpatisbsmenyebabkankerusakanfu
ngsiotonom:
• Hilangnyatonus vasomotor
• Hilangnyapersarafansimpatikkejantung.
Comparison of hypovolaemic shock with neurogenic
shock

Parameter Hypovolemic shock Neurogenic shock

Pulse rate Raised Normal

Blood pressure Norml at first, lowered in Lowered


later stages of shock

Skin Pale, cool, clammy (basah) Normal, warm, flushed


(kemerahan)
PRIMARY SURVEY ASSESSMENT AND RESUSCITATION

• SCI merupakan kasus trauma


• Pengkajian spinal/ tulang belakang dapat di tunda sampai
pengkajian untuk cidera yg mengancam nyawa telah selesai
(primary survey)
Airway and cervical spine

• Mengkaji jalan nafas dan control servikal posisi in line. Teknik


jaw thrust direkomendasikan jika curiga cidera servikal
• Biasanya dilakukan ET pd pasien tidak sadar
• hati-hati jika akan melakukan suction dan intubasi. Bs
menyebabkan stimulasi saraf vagus  bradikardi, px dgn SCI ada
kerusakan saraf otonom. Shg perlu diberikan atropine 0.5 -1 mg
(obat utk meblok saraf vagus)
Cont …

• Immobilisasi tulang servikal


• Aplikasi nek collar, dan imobilisasi manual
• Aplikasi neck collar, dan head blocks
Breathing and ventilation

• Berikan oksigen 15 L/ min  avoid hypoxia and minimize secondary SCI


• Resiko kerusakan saraf frenik paralisis diafragma
• Kelumpuhan saraf interkosta
• Untuk mendeteksi masala pernafasan pd SCI, pengkajian breathing dan ventilasi
meliputi:
• Respiratory rate
• Respiratory effort – depth and use of accessory muscles
• Oxygen saturations
• Arterial blood gas measurement in the unwell patient.
Circulation and haemorrhage control

• Vital signs should be recorded frequently, including:


• Heart rate
• Blood pressure
• Capillary refill time
• Level of consciousness.

• Jika ada hipotensi, anggap sbg adanya tanda:


• Thoracic bleeding
• Abdominal bleeding
• Pelvic injury
• External haemorrhage.
Management of hypotension in neurogenic shock
• hipo perfusi cairan intravena (kristaloid) perlu diberika. Ada risiko bahwa
pemberian cairan berlebihan dapat menyebabkan edema paru. Cairan boli 250–
500 ml dapat diberikan, lakukan penilaian ulang
• Kateter urin harus dimasukkan untuk memantau output urin dan memungkinkan
penilaian keseimbangan cairan pasien.
• Jika tekanan darah pasien gagal untuk merespon cairan intravena, vasopressor
seperti noradrenalin dapat diindikasikan untuk menaikkan tekanan darah..
Disability and dysfunction

Ketika menilai pasien yang sadar, kehadiran salah satu dari berikut ini mungkin
menunjukkan kemungkinan SCI:

 Nyeri punggung atau leher (kebanyakan pasien yang sadar dengan cedera
tulang belakang akan mengeluh sakit)
 Kelemahan anggota gerak
 Sensasi yang berubah, seperti mati rasa, kejepit dan tertusuk, kesemutan.
Steroids for patients with a SCI
• Manajemen SCI akut termasuk penggunaan steroid, yaitu methylprednisolone
• Obat bekerja dengan mengurangi peradangan dan edema yang terjadi setelah
cedera pada sumsum tulang belakang.
Exposure and environmental control

• Pakaian pasien harus dilepas dan pasien harus dengan hati-hati masuk untuk
memungkinkan pemeriksaan punggung
• Seorang pasien yang tidak berpakaian berisiko mengalami hipotermia. Ini dapat
memburuk jika pasien syok neurogenik dan kehilangan tonus vasomotor
• Beberapa pasien dengan SCI kehilangan kemampuan untuk mengendalikan suhu
mereka sendiri. Ini dikenal sebagai poikilothermia, dan pasien mengasumsikan
suhu lingkungan sekitarnya
DIAGNOSTIC IMAGING FOR THE SPINAL INJURED PATIENT

• Pada ruang emergency awalnya ini biasanya dilakukan sinar-x. Untuk tulang
belakang leher, film lateral dan film AP (anterior posterior) harus diambil.
Seluruh tulang belakang leher termasuk dari C1 hingga T1, untuk memastikan
bahwa cedera atas dan bawah tidak terlewatkan.
• CT scan dapat digunakan untuk memeriksa tulang secara detail yang akurat
(trauma tumpul, CT scan telah terbukti dapat mendeteksi cedera tulang
belakang leher jauh lebih akurat daripada x-ray biasa)
• MRI scanning, jika tersedia, dapat mengidentifikasi kerusakan cord, hematoma,
cedera ligament, dan edema di sekitar cedera
SCIWORA

• Ada sejumlah kecil pasien, biasanya tidak sadar setelah trauma tumpul, yang
memiliki defisit neurologis tanpa cedera tulang yang terdeteksi pada x-ray.
• SCIWORA: Spinal Cord Injury WithOut Radiological Abnormality
• Pasien harus tetap diimobilisasi dan saran spesialis dari seorang ahli bedah saraf
SEKIAN

Vous aimerez peut-être aussi