Vous êtes sur la page 1sur 18

KEJADIAN BANGSA INDONESIA

(Point-point Materi)

1. Terdapat 4 fase penting dalam kejadian bangsa Indonesia yang harus kita pahami
dengan baik. Yaitu: terbentuknya BANGSA Indonesia, tercapaianya KEMERDEKAAN
Indonesia, berdirinya NEGARA Indonesia dan terformulasikannya NASIONALISME
Indonesia.

2. Pentingnya memahami 4 fase penting dalam kejadian bangsa Indonesia ini adalah agar
kita mengetahui dengan benar nilai-nilai dan prinsip-prinsip apa yang sebenarnya
menjadi landasan terbentuknya bangsa, yang menjadi spirit perjuangan bangsa, yang
menjadi acuan dalam membentuk dan mendirikan Negara Indonesia ini serta agar kita
mengetahui dengan benar arah dan tujuan dari pada bangsa Indonesia itu.

3. Bagi kita putera-puteri dan generasi penerus bangsa, memahami dengan sebaik-baiknya
sejarah Indonesia itu adalah sebuah keharusan. Karena pemahaman yang benar akan
sejarah bangsa Indonesia akan sangat berpengaruh kepada bentuk sikap dan karakter
kita sebagai anak bangsa serta berpengaruh kepada daya dan bentuk sumbangsih kita
bagi bangsa ini. Pemahaman sejarah yang baik akan membentuk kepribadian yang
selaras dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai luhur babanga.

4. Pesan Bung Karno untuk “jangan sekali-kali melupakan sejarah” (Jas Merah)
mengandung isarat penting. Karena di dalam sejarah itu terdapat pelajaran, kebenaran
dan petunjuk yang akan menjadi rahmat. Terlebih dari itu di dalam sejarah juga
terkandung kehendak yang harus diikuti. Karenanya jika kita berjalan tanpa memahami
sejarah atau dengan pengabaian kepada sejarah atau dalam pemahaman sejarah yang
keliru, hal ini akan membuat kita berjalan dengan sikap dan arah yang keliru serta akan
membuat kita jatuh ke dalam kesalahan yang tidak perlu.

5. Hal yang juga harus kita pahami mengenai sejarah adalah bahwa pelajaran, kebenaran
dan petunjuk yang terdapat di dalam sejarah adalah pelajaran, kebenaran dan petunjuk
yang sudah teruji. Sejarah berisi sekumpulan kisah perbuatan manusia di masa lalu
yang telah terhakimi oleh alam.

6. Eratnya hubungan antara pemahaman sejarah Indonesia yang baik dan benar dengan
ketepatan arah dan gerak perjalanan bangsa di hari ini dan masa yang akan datang,
membuat kita mengerti kenapa salah satu cara yang dilakukan bangsa-bangsa penjajah
untuk menguasai bangsa jajahannya adalah mengaburkan dan merusak sejarah bangsa
tersebut.

7. Karenanya adalah sebuah keharusan bagi kita untuk dapat menghadirkan sebuah
pemahaman akan sejarah bangsa ini dengan sebaik dan setepat mungkin. Sejarah itu
harus lurus, harus jujur dan harus benar. Di dalam sejarah yang lurus, jujur dan benar
itulah mutiara-mutiara kebijaksanaan dan kebenaran tersimpan dengan sebaik-baiknya.

8. Menjadi satu bangsa yang beraneka warna adalah realitas bangsa Indonesia yang tidak
bisa ditolak. Keadaan geografis bangsa kita yang terdiri dari ribuan pulau serta memiliki
tanah air yang penuh daya tarik; subur, asri dan kaya akan sumber daya alam telah
menjadi sebab terbentuknya kita melalui sentuhan sang waktu menjadi satu bangsa
1
yang paling beragam di atas bumi ini.

9. Keadaan geografis kita yang terdiri lebih dari 17000 pulau telah membentuk kita
menjadi satu bangsa yang memiliki lebih dari 1300 suku, lebih dari 740 bahasa dan lebih
dari 20 agama lokal. Dan tanah air kita yang subur, asri dan kaya akan sumber daya
alam ini telah menarik banyak bangsa dari berbagai belahan dunia untuk datang ke
negeri ini. Kedatangan berbagai bangsa ke negeri ini membuat kita menjadi satu bangsa
yang bukan saja beragam sukunya melainkan juga menjadi bangsa yang multi ras dan
etnis serta membentuk kita menjadi bangsa yang beragam aliran berpikirnya. Bahkan 6
agama besar yang menjadi agama mayor penduduk negeri ini adalah pengaruh yang
datang dari bangsa-bangsa lain.

10. Bung Karno menjelaskan keberagaman bangsa Indonesia ini dengan menyebut bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang beraneka warna adat istiadatnya, beraneka warna cara
berpikirnya, beraneka warna cara mencari hidupnya dan beraneka warna agamanya.

11. Bung Karno juga menegaskan bahwa bangsa Indonesia yang beraneka warna ini, yang
berdiam di atas puluhan ribu pulau antara Sabang dan Merauke ini, haruslah dapat
dipersatukan jika bangsa Indonesia ini ingin tergabung dalam satu negara yang kuat.

12. Keberagaman bangsa Indonesia yang penuh warna ini menghadirkan dua potensi besar
yang harus dapat disikapi dengan bijak. Keberagaman ini tentu dapat menjadi berkah
yang luar biasa bagi bangsa Indonesia jika kita dapat mempersatukannya; tapi ia juga
dapat menjadi sumber malapetaka bagi bangsa jika kita bercerai berai karenanya.

13. Keberagaman tersebut tentu membuat bangsa ini kaya sekali akan nilai-nilai dan
kearifan yang dengannya dapat membuat kita menjadi satu bangsa yang sangat
bijaksana dan berpotensi besar mencapai peradaban yang tinggi. Namun di sisi yang
lain keberagaman tersebut juga membuat bangsa kita ini mempunyai banyak sekali hal
yang dapat menjadi pemicu lahirnya konflik dan pertikaian. Di sinilah dibutuhkan sebuah
formula yang tepat untuk dapat mempersatukan dan menjaga keutuhan bangsa yang
beraneka warna ini.

14. Bangsa ini pernah mengalami satu masa panjang, kurang lebih 1.500 tahun lamanya,
dimana kita hidup sebagai satu bangsa yang terpecah belah di zaman kerajaan-
kerajaan. Takluk-menaklukan dan perang-memerangi adalah kisah lumrah yang menjadi
warna dominan kehidupan kita di zaman kerajaan-kerajaan itu.

15. Tercatat sedikitnya terdapat 800 kerajaan lebih yang pernah berdiri di Nusantara
sepanjang zaman kerajaan-kerajaan tersebut. Dan masalah terbesar kita pada zaman itu
adalah ketidak-mampuan kita untuk menghadirkan satu konsepsi yang betul-betul dapat
mempersatukan dengan damai kerjaan-kerajaan yang mendiami tanah Nusantara ini.

16. Bung Karno pernah mengatakan bahwa sebelum Indonesia merdeka kita pernah
mengalami 2 kali nationale staat. Yaitu di era kerajaan Sriwijaya dan di era kerajaan
Majapahit. Dan sebagaimana kita ketahui melalui sejarah, lahirnya kedua nationale staat
ini sama-sama diawali dengan sebuah sumpah.

17. Sejarah mencatat berdirinya nationale staat kerajaan Sriwijaya yang bertahan kurang
lebih 600 tahun lamanya diawali dengan sebuah sumpah yang dikenal dengan nama
Sumpah Bukit Siguntang. Ini adalah sumpah tiga orang pemuka suku untuk saling setia

2
mendukung siapapun yang menjadi raja selama raja tersebut berpihak kepada rakyat.

18. Sejarah juga mencatat berdirinya nationale staat kerajaan Majapahit yang bertahan
lebih dari 200 tahun lamanya juga diawali dengan sebuah sumpah yang dikenal dengan
nama Sumpah Palapa. Ini adalah sumpah dari seorang patih yang bernama Gajah Mada
yang bersumpah untuk berpuasa dari kesenangan dunia sampai ia dapat berhasil
menyatukan Nusantara.

19. Sumpah Palapa adalah sumpah yang terinspirasi dari Kitab Sutasoma karya Empu
Tantular yang dalam salah satu baitnya tertulis: “Bhinneka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa”. Yang beragam itu yang tunggal itu, tidaklah ada kebenaran yang mendua.
Bait inilah yang melahirkan kesadaran sang patih untuk menyatukan Nusantara yang
saat itu dihuni oleh dua keyakinan besar Hindu dan Budha. Sang patih menyadari bahwa
sejatinya kebenaran itu satu adanya meski ia tampil dalam bentuk dan rupa yang
berbeda.

20. Sayangnya satu-satunya cara yang terlihat oleh Patih Gajah Mada untuk menyatukan
Nusantara pada masa itu adalah melalui kekuatan militer. Melalui penaklukan. Dan hal
ini tentu wajar-wajar saja karena memang di masa itu belumlah dikenal prinsip
kemerdekaan. Manusia masih tergelam dalam budaya saling takluk menaklukan yang
sudah diwarisi dari zaman ke zaman.

21. Sekalipun Gajah Mada dapat dikatakan berhasil menyatukan Nusantara, namun tidaklah
penyatuan itu dapat bertahan lama. Selepas wafatnya sang patih Majapahit itu, konflik
berkepanjangan, pemberontakan dan serangan dari kerjaan luar akhirnya membuat
Majapahit kembali tercerai berai, runtuh dan akhirnya hilang ditelan bumi.

22. Dalam konteks sebagai proses berkelanjutan dari jalannya sejarah tentu kita tidak bisa
sebut zaman kerajaan-kerajaan itu jelek dan buruk. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian
dari rangkaian proses panjang pembentukan peradaban bangsa Indonesia yang
mengandung hikmah dan pelajaran padanya. Hal-hal tersebut memanglah harus kita
alami dan lewati. Kini tinggalah kita mengambil pelajaran berharga dari pada sejarah itu
dan kemudian memutuskan jalan apa yang terbaik buat kita di hari ini.

23. Bung Karno mengatakan bahwa “kita tidak bertujuan bernegara hanya satu windu saja,
kita bertujuan bernegara seribu windu lamanya, bernegara buat selama-lamanya”. Dan
untuk mewujudkan maksud itu tentulah dibutuhkan sebuah konsepsi yang benar-benar
kuat. Yang kokoh mengakar ke dalam buminya Indonesia agar dapat menopang
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonsia ini buat selama-lamanya.

24. Setelah melewati masa 1.500 tahun hidup sebagai satu bangsa yang berpecah belah di
zaman kerajaan-kerajaan, masuklah kita ke zaman penjajahan yang menelan waktu 350
tahun lamanya dimana kita harus mengalami nasib sebagai bangsa terjajah selama itu.

25. Renaissance yang membawa Eropa kepada abad pencerahan setelah berabad-abad
lamanya tenggelam dalam masa kegelapan membuat bangsa-bangsa barat ini
mengalami kemajuan yang melampui bangsa-bangsa lainnya pada masa itu. Kemajuan
bangsa-bangsa barat inilah yang kemudian melahirkan apa yang kita kenal dengan
imperialisme barat.

26. Imperialisme barat yang menyebar luas ke berbagai belahan dunia sampai juga

3
cengkaramannya itu di bumi Indonesia ini di abad ke 16. Perlahan tapi pasti kuku
imperialisme pun menancap kuat di bumi Indonesia ini. Mulai dari bangsa Portugis,
berlanjut dengan VOC dan kemudian dilanjutkan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda
sampai dengan 350 tahun lamanya kita harus mengalami hidup sebagai bangsa jajahan.

27. Seiring dengan masuknya bangsa-bangsa penjajah ke negeri kita, fokus perhatian
kitapun berubah. Kita yang semula disibukan dalam gaya hidup bergolong-golongan
yang melahirkan budaya takluk-menaklukan di sepanjang zaman kerajaan-kerjaan, kini
harus disibukan oleh urusan memerangi dan mengusir penjajah dari tanah Nusantara.

28. Meski tentu kita mengutuk penjajahan dalam segala bentuknya, tapi tidaklah juga kita
menampikan bahwa penderitaan panjang nan hebat yang harus dialami oleh bangsa ini
tentulah juga membawa hikmah dan rahmat tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Penjajahan panjang itulah yang telah menempa kita menjadi sebuah bangsa yang
memahami dan meyakini dengan sebaik-baiknya bahwa kemerdekaan itu haruslah
menjadi hak segala bangsa.

29. Keyakinan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa inilah yang telah melahirkan
perjuangan tanpa henti dan tanpa kenal lelah untuk menjadi satu bangsa yang
merdeka. Dan bahkan kita meyakini betul bahwa kehendak untuk menjadi bangsa yang
merdeka itu adalah sebuah kehendak luhur yang dirahmati Tuhan Yang Maha Esa.

30. Prinsip kemerdekaan ini pula yang kemudian membawa kita kepada momen
terbentuknya bangsa Indonesia. Prinsip inilah yang kemudian menjadi dasar nilai bagi
lahirnya sebuah konsep persatuan yang amat dasyat, yaitu persatuan dalam
keberagaman. Yang darinya itulah lahir Sumpah Pemuda. Sebuah sumpah yang menjadi
cikal bakal terebentuknya nationale staat yang ke tiga. Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang kita cita-citakan menjadi negara bagi bangsa Indonesia buat selama-
lamanya.

31. Berbeda dengan Sumpah Bukit Siguntang yang adalah sumpah tiga pemuka suku;
berbeda pula dengan Sumpah Palapa yang adalah sumpah pribadi seorang patih,
Sumpah Pemuda ini adalah sumpahnya sebuah bangsa. Sumpah Pemuda ini adalah
sumpah yang lahir dari kesadaran penuh untuk bersatu dan bersaudara sebagai satu
bangsa meski ada banyak sekali perbedaan di dalamnya.

32. Kehendak untuk sama-sama merdeka dan kesadaran bahwa kemerdekaan itu adalah
milik semua telah membuat segala bentuk perbedaan menjadi tidak berarti lagi. Nilai
kemerdekaan yang menjadi nilai bersama dan yang menempatkan setiap orang, setiap
golongan dan setiap bangsa sama dan setara untuk merdeka telah meruntuhkan sekat-
sekat egoisme golongan yang menjadi sebab keterpisahan dan permusuhan.

33. Lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Kongres Pemuda 2 adalah
momen terbentuknya bangsa yang merupakan fase 1 dari 4 fase penting dalam kejadian
bangsa Indonesia.

34. Dinyatakannya momen Kongres Pemuda 2 ini sebagai momen terbentuknya bangsa
Indonesia adalah karena pada momen inilah kita mememiliki satu ikatan bersama, satu
ideologi dan cita-cita bersama serta memiliki satu identitas bersama.

35. Di kongres pemuda dua inilah dilahirkan tiga hal penting yang menjadi aspek penentu

4
terbentuknya sebuah bangsa. Yaitu: Sumpah Pemuda, Lagu Indonesia Raya dan Sang
Dwi Warna Merah Putih.

36. Sumpah Pemuda dimana diikrarkan di dalamnya tekad kita untuk menjadi satu tanah
air, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia adalah sumpah yang menjadi pengikat jiwa
bangsa Indonesia yang semula tercerai berai menjadi saling terhubung dalam semangat
satu kesatuan bangsa.

37. Lagu Indonesia Raya yang untuk pertama kalinya diperdengarkan dan diperkenalkan di
Kongres Pemuda 2 pada waktu itu adalah wawasan akan ideologi kebangsaan kita mula-
mula yang kehadirannya menjadi pembentuk cara pandang kita akan keindonesiaan
kita. Cara pandang kita tentang tanah air, tentang tanah tumpah darah, tentang bangsa
dan kebangsaan, juga tentang negeri kita dan cita-cita kita untuk menjadi satu bangsa
yang merdeka.

38. Di tetapkannya Sang Dwi Warna Merah Putih sebagai identitas bersama bangsa
Indonesia telah menyatukan spirit perjuangan kita ke arah yang satu dan sama. Untuk
dan demi Indonesia. Sang Dwi Warna menghadirkan sebuah identitas yang dapat dilihat
dan disentuh yang keberadaannya akan senantiasa menjadi pengingat kita akan
kesatuan tanah air dan bangsa yang harus dihormati, cintai, perjuangankan dan bela.

39. Satu hal yang dapat kita katakan dengan yakin tentang Sumpah Pemuda ini adalah
bahwa pastilah sprit yang mendasari dari pada lahirnya Sumpah Pemuda ini adalah spirit
Bhinneka Tunggal Ika. Spirit persatuan dalam keberagaman yang diilhami oleh prinsip
saling menghormati kemerdekaan. Saat Sumpah Pemuda ini diikrarkan, kita sadar betul
bahwa kita yang mengikrarkan diri untuk menjadi satu tanah air, satu bangsa dan satu
bahasa Indonesia ini adalah orang-orang yang berbeda-beda suku, agama dan
golongannya.

40. Lahirnya Sumpah Pemuda ini harus terus menjadi patokan kita dalam mengenali prinsip
dan nilai yang melatar-belakangi terbentuknya bangsa Indonesia ini. Sehingga seberapa
jauh pun bangsa ini berjalan nantinya kita tetap harus berpegang bahwa sejak awal
terbentuknya bangsa ini adalah karena kita ingin hidup dalam keutuhan dan
kebersamaan sebagai satu kesatuan bangsa sekalipun kita berbeda-beda adanya.

41. Sumpah Pemuda ini membawa arti dan dampak besar bagi perjuangan bangsa
Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaannya. Dititik inilah kekuatan perjuangan yang
selama ini tercerai berai disatukan dalam gerak dan arah bersama. Dasyatnya
penyatuan kekuatan perjuangan yang dilahirkan oleh Sumpah Pemuda inilah yang 17
tahun kemudian membawa Indonesia pada kemerdekaannya setelah sebelumnya telah
berjuang berabad-abad lamanya.

42. Dapat dikatakan sebenarnya berlangsung begitu lamanya penjajahan atas negeri ini
bukan lantaran bangsa penjajah itu lebih kuat dan lebih hebat dari kita. Bukan! Sebab
utama berlangsung begitu lamanya penjajahan atas negeri kita adalah karena kita yang
terlalu lama menyadari dasyatnya kekuatan kita sendiri dan terlalu lama terlena dalam
perpecahan. Bayangkan bangsa Indonesia yang kala itu berpenduduk 60 juta jiwa
banyaknya dapat dijajah begitu lama oleh bangsa Belanda yang kala itu hanya
berpenduduk kurang lebih 4 juta jiwa saja.

43. Pelajaran tentang dasyatnya kekuatan persatuan dan lemahnya perpecahan itu adalah

5
hal yang tidak boleh luput untuk selama-lamanya dari ingatan bangsa Indonesia.
Pesatuan dan kesatuan telah nyata-nyata menjadi kunci utama bagi kita untuk mencapai
dan mewujudkan segala apa yang kita cita-citakan sebagai sebuah bangsa.

44. Di alam nyata kita dapat menyaksikan bagaimana kawanan kerbau yang menyadari
kekuatannya serta mau menyatukan kekuatan dan keberanian mereka, mereka dapat
mengusir kawanan singa yang buas. Dan ketika bangsa Indonesia yang saat itu dihuni
oleh 60 juta jiwa sudah bersatu padu, maka sebenarnya kekuatan Belanda di Indonesia
pada waktu pun tidaklah ada apa-apanya.

45. Ketidak-akuran bangsa-bangsa imperialis yang saling berebut dominasi kekuasaan dunia
membuat situasi politik dunia terus memanas yang ditandai dengan meletusnya perang
dunia ke-2 pada tahun 1939. Perang dunia ke-2 membelah kekuatan bangsa-bangsa ke
dalam dua belahan besar. Blok Poros dan Blok Sekutu. Di Blok Poros terdapat tiga
kekuatan besar Jerman, Italia dan Jepang bersama dengan negara-negara
pendukungnya. Sementara itu di Blok Sekutu terdapat empat kekuatan besar Inggris,
Amerika Serikat, Uni Soviet dan Tiongkok bersama dengan negara-negara lainnya
termasuk salah satunya adalah Belanda.

46. Selain untuk memperebutkan dominasi kekuasaan atas dunia ini, hal pokok lainnya yang
juga menjadi sebab terjadi perang dunia ke-2 ini adalah adanya pertentangan tiga
paham besar; Fasisme, Demokrasi dan Komunisme yang dianut oleh masing-masing
bangsa Imperialis tersebut. Dimana untuk memastikan dominasi mereka atas dunia ini,
tiap-tiap pihak tentu berkepentingan untuk menyebarkan paham mereka masing-
masing.

47. Situasi politik dunia yang memanas akibat perang dunia ke-2 itu membawa keuntungan
tersendiri bagi bangsa-bangsa terjajah seperti Indonesia untuk memuluskan cita-cita
perjuangannya menjadi bangsa yang merdeka.

48. Dampak langsung yang menguntungkan posisi Indonesia adalah ketika di tahun 1940
Jerman menyerang negara-negara Eropa. Selain Denmark, Norwegia dan Belgia,
Belanda yang saat itu sedang berkuasa atas Indonesia pun tidak luput dari serangan
Jerman. Dan akibat serangan tersebut, Belanda mengalami kerusakan hebat. Rotterdam
salah satu kota besar di Belanda hancur lebur berantakan.

49. Kehancuran hebat yang dialami oleh Belanda dan kekacauan yang ditimbulkan serangan
Jerman atas negeri itu bahkan membuat Ratu Belanda bersama pimpinan teras
Pemerintahan Belanda harus mengungsi ke London. Keadaan yang demikian itu
membuat Belanda mau tidak mau harus menarik pasukannya dari Indonesia demi untuk
mempertahankan negerinya.

50. Sementara itu, Jepang yang sedang dalam upaya mewujudkan ambisinya untuk
menguasai sumber daya alam di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia sangat
diuntungkan dengan lemahnya posisi Belanda di Indonesia. Di tahun 1942 masuklah
Jepang ke Indonesia dan dalam tempo kurang dari tiga bulan Jepang telah berhasil
mengalahkan Belanda dan membuat Belanda harus menyerah tanpa syarat kepada
Jepang. Penjajahan atas Indonesia pun dengan ini secara otomatis diambil alih oleh
Jepang.

51. Seiring dengan makin terdesak dan terpukulnya Jepang dalam Perang Asia Timur Raya

6
sejak kekalahan beruntun yang dialaminya, akhirnya di tahun 1944 Jepang pun
menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Hal ini dilakukan Jepang untuk menarik
simpati dan menjadikan Indonesia sebagai aliansi yang akan membantu Jepang
memenangkan Perang Asia Timur Raya.

52. Janji kemerdekaan dari Jepang tersebut tentu membawa harapan baru bagi bangsa
Indonesia. Dan meski janji tersebut telah berhembus sejak 7 sepetember 1944, namun
baru pada 1 Maret 1945 janji tersebut menjadi dekat dengan kenyataan dengan
dibentuknya BPUPKI oleh Pemerintah Pendudukan Bala Tentara Jepang.

53. BPUPKI dibentuk untuk mengadakan pemeriksaan dasar tentang hal-hal yang penting,
rancangan-rancangan dan penyelidikan-penyelidikan yang berhubungan dengan usaha
mendirikan Negara Indonesia Merdeka. Yang kesemuanya harus dilakukan dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan seluruh rakyat Indonesia.

54. Sidang pertama BPUPKI yang berlangsung selama 3 hari dari tanggal 29 Mei - 1 Juni
1945, secara khusus membahas prihal dasar negara. Dimana pada sidang pertama ini
dasar-dasar yang dikemukakan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, yang oleh Bung
Karno dinamai Pancasila, mendapatkan sambutan secara aklamasi oleh seluruh anggota
BPUPKI. Hal ini karena lima prinsip dasar yang disampaikan Bung Karno itu dipandang
dapat mengitegrasikan seluruh pandangan anggota BPUPKI lainnya secara utuh dan
disampaikan oleh dan dengan retorika yang memiliki dasar yang kuat.

55. Pada masa reses yang berlangsung selama 5 minggu dari tanggal 2 Juni - 9 Juli 1945,
para anggota BPUPKI tetap bekerja untuk menyusun Pembukaan UUD dan Rancangan
UUD. Dimana Rancangan UUD dirumuskan oleh 7 orang anggota dan Rancangan
Pembukaan UUD dirumuskan oleh Panitia 9. Penitia 9 yang terdiri dari Bung Karno, Bung
Hatta dan 7 orang lainnya inilah yang merumuskan apa yang kemudian dikenal dengan
Piagam Jakarta.

56. Dapat dikatakan bahwa disepanjang sidang BPUPKI ini, sangatlah diwarnai dengan
upaya-upaya singkronisasi pendapat dan konsepsi antara pihak Islam dan Pihak
Kebangsaan. Namun dapatlah kita berbangga kepada para pendiri bangsa yang telah
dengan begitu lapang dan terbuka mengatasi segala perbedaan dan mencapai
singkronisasi. Kita amat bersyukur karena proses pembentukan bangsa dan negara ini
benar-benar dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hikmat dan kebijaksanaan yang
tinggi.

57. Adapun sidang kedua yang berlangsung selama 8 hari dari tanggal 10 Juli - 17 Juli 1945,
diisi dengan pamatangan dan pemantapan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam
Rancangan Pembukaan UUD dan Rancangan UUD. Dan tiga masalah yang paling
subtansial pada sidang kedua ini adalah mengenai masalah anak kalimat “Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” yang terdapat
pada alinea keempat Rancangan Pembukaan UUD, kemudian tentang bentuk negara
dan tentang wilayah negara.

58. Tentang anak kalimat “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Dalam sidang kedua ini muncul usulan dari dua orang anggota,
yaitu Ki Bagoes Hadikoesoemo termasuk dari Ki Sanusi dari golongan Islam yang
mengusulkan agar kata-kata “bagi pemeluk-pemeluknya” dalam anak kalimat tersebut
dihilangkan saja. Alasan Ki Bagoes mengusulkan hal itu agar tidak terdapat di dalam

7
UUD itu satu aturan yang mendua; dimana hanya berlaku bagi sebagian golongan dan
tidak bagi yang lain.

59. Usulan Ki Bagoes untuk menghapus kata-kata “bagi pemeluk-pemeluknya” dari kalimat
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
ditolak oleh ketua BPUPKI Dr. Rajiman Wedyoningrat dan oleh Bung Karno sebagai
ketua Perancang UUD. Alasan ditolaknya usulan tersebut, sebagaimana yang
dikemukakan Bung Karno dalam sidang adalah lantaran hal tersebut sudah merupakan
hasil kompromis yang yang bulat antara pihak Islam dan Pihak Kebangsaan.

60. Perlu diketahui juga bahwa sebenarnya sebelum kata-kata “bagi pemeluk-pemeluknya”
itu disepakati Panitia 9 pada tanggal 22 Juni 1945, kata-kata tersebut berbunyi “bagi
umat Allah SWT”. Dan setelah terjadinya singkronisasi pendapat antara pihak Islam dan
pihak Kebangsaan, telah tercapai sebuah kompromis yang menyepakati kata-kata “bagi
pemeluk-pemeluknya” menjadi sebagaimana yang tertera dalam anak kalimat
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

61. Adapun mengenai bentuk negara terdapat dua usulan yang dikemukakan para anggota
disepanjang sidang BPUPKI ini. Yaitu bentuk Republik dan bentuk Kerajaan. Dapat
dikatakan selama pembahasan tentang ini, pandangan bahwa bentuk negara republik
adalah bentuk yang paling tepat dan sejalan dengan nilai-nilai, budaya, realita dan cita-
cita perjuangan bangsa Indonesia adalah pandangan yang mendominasi sidang dan
menghadirkan dasar-dasar yang kuat. Sehingga tidak mengherankan ketika dilakukanlah
pemungutan suara, dari 64 suara yang ada, usulan Republik mendapat 55 suara,
Kerajaan 6 suara, lain-lain 2 dan blangko 1. Maka menjadi bulatlah bentuk negara
Indonesia adalah Republik.

62. Selain itu, mengenai bentuk negara ini, di dalam sidang BPUPKI juga dibahas tentang
apakah Negara Republik Indonesia yang akan dibentuk ini adalah negara kesatuan (uni)
atau negara serikat (federasi). Dalam hal ini, meskipun kedua usulan tersebut cukup
mewarnai sidang, namun tidaklah sulit untuk mencapai kata sepakat tentang ini. Di
dalam sidang kedua tanggal 15 Juli 1945 diputuskan sebagaimana termuat dalam
rancangan UUUD Bab 1. Pasal 1. Ayat 1. Negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik. Disepakati oleh seluruh anggota sidang.

63. Sementara itu tentang penetapan luas wilayah negara Indonesia, meski kemudian
diputuskan untuk tidak dimasukkan ke dalam rancangan UUUD, namun termasuk salah
satu bahasan yang subtansial di dalam sidang. Terdapat 3 usulan tentang ini, yaitu:
pertama, luas wilayah Indonesia adalah wilayah Hindia Belanda saja. Kedua, Hindia
Belanda ditambah dengan Malaya, tapi dikurangi Paupua. Ketiga, Hindia Belanda
ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Portugis Timur dan Papua seluruhnya termasuk
pulau-pulau disekilingnya. Dan setelah melalui pemungutan suara hasilnya ialah 19
untuk usulan pertama, 6 untuk usulan kedua dan 39 untuk usulan ketiga.

64. Satu hal yang perlu kita ketahui tentang BPUPKI ini, bahwa BPUPKI hanya meliputi
perwakilan dari Jawa dan Sumatera dan tidak termasuk Kalimantan serta kepulauan
Timur lainnya. Hal ini dikarenakan kekuasaan Jepang atas Indonesia pada waktu itu
terbagi dalam dua garis komando. Indonesia bagian barat dikuasai oleh angkatan darat
Jepang dan Indonesia bagian Timur dikuasi oleh angkatan laut Jepang. Hal ini penting
untuk kita ketahui untuk dapat memahami kenapa kemudian di sidang PPKI, dimana
dalam PPKI ini telah meliputi perwakilan Indonesia bagian Barat dan Timur, terjadi satu

8
perubahan esensial dalam Pembukaan UUD.

65. Pada 6 Agustus 1945 terjadi satu peristiwa yang membawa perpengaruh besar dalam
proses bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya. Peristiwa tersebut adalah
dijatuhinya bom atom di Hirosima oleh Sekutu. Peristiwa yang menyebabkan kota
Hirosima hancur luluh lantah dan menelan korban 292.325 jiwa bayaknya ini, membuat
Jepang merasa harus menyegerakan kemerdekaan atas Indonesia.

66. Satu hari setelah peristiwa Hirosima itu, pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuklah PPKI.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ini menandai semakin dekatnya kemerdekaan
Indonesia itu. Namun berbeda dengan BPUPKI yang kala itu baru meliputi perwakilan
Indonesia bagian barat, PPKI ini telah mencakup perwakilan Indonesia bagian Barat dan
Indonesia bagian Timur. Dan dapat kita duga kuat dimana utusan-utusan dari Indonesia
Timur yang baru bergabung pada tanggal 7 Agustus itu, barulah benar-benar
mengetahui isi dari hasil sidang BPUPKI secara utuh saat mereka telah hadir di Jakarta
waktu itu.

67. 9 Agustus 1945 kembali Jepang dijatuhi bom Atom. Kali ini kota Nagasaki yang dibuat
hancur berantakan oleh bom atom Sekutu ini yang mengakibatkan sejumlah 165.409
jiwa korban tewas. Dan peristiwa ini tentu membuat posisi Jepang dalam perang Asia
Timur Raya semakin tersudut.

68. Peristiwa bom atom di Hirosima dan Nagasaki ini benar-benar membuat Jepang belajar
banyak tentang kerusakan dan kerugian akibat peperangan. Inilah yang dikemudian hari
membuat Jepang meninggalkan jalan imperialisme dan memilih untuk fokus
membangun negerinya sendiri serta membangun hubungan yang berkeadilan dengan
bangsa-bangsa lain. Jadilah Jepang sebagai satu bangsa yang anti jalan perang dan
menjunjung tinggi perdamaian sebagimana yang kita kenal hari ini.

69. Inilah isi pasal 9 dari konstitusi Jepang yang membentuk Jepang menjadi bangsa yang
menjunjung tinggi perdamaian: “Bercita-cita tulus untuk perdamaian internasional
berdasarkan keadilan dan ketertiban, rakyat Jepang selamanya meninggalkan perang
sebagai hak kedaulatan bangsa dan pengancaman atau penggunaan kekerasan sebagai
cara menyelesaikan perselisihan internasional”. Meski pasal ini dipengaruhi juga tekanan
Sekutu yang bermaksud melemahkan militer Jepang pada saat itu, namun pengaruh
pelajaran yang dipetik Jepang atas kehancuran negerinya akibat peperangan sangatlah
besar dalam hal ini.

70. Bom Atom Hirosima dan Nagasaki juga mengajarkan banyak hal kepada umat manusia.
Betapa adalah sebuah kegilaan menyaksikan kenyataan dari perang yang telah
membawa sekelompok manusia membantai manusia lainnya dan menewaskan lebih dari
450.000 nyawa di Hirosima dan Nagasaki hanya dalam sekejap mata.

71. Bom Atom Hirosima dan Nagasaki haruslah juga menjadi sebuah isyarat bagi umat
manusia betapa telah sampai waktunya bagi umat manusia untuk menghentikan segala
bentuk imperialisme dan peperangan secara total. Betapa zaman telah membawa umat
manusia sampai pada tingkat kemampuan yang dasyat untuk menciptakan teknologi
yang sangat berpotensi menghancurkan peradaban umat-manusia dan alam ini dengan
sehancur-hancurnya.

72. Pada Tanggal 12 Agustus, Bung Karno, Bung Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat

9
datang menemui Marsekal Terauci di Dalat, Saigon, Vietnam untuk membicarakan prihal
kapan dan dengan cara apa proklamasi Indonesia akan dilakukan. Dan dalam
pertemuan itu, Terauci menyampaikan bahwa pada dasarnya kapanpun Indonesia siap,
Indonesia boleh menyatakan kemerdekaan. Namun demikian, Jepang menginginkan
kemerdekaan itu dinyatakan pada 24 Agustus 1945.

73. Setelah melalui peperangan panjang dan setelah segala kekuatan dikerahkan Jepang
untuk menghadapi Sekutu, akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang pun harus
bertekuk lutut dan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Kehancuran Hiroshima pada
6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945 adalah faktor kuat yang membuat
Jepang merasa tidak ada lagi alasan untuk mempertahankan peperangan.

74. Meski pada mulanya kita menaruh harapan besar kepada Jepang untuk dapat
mewujudkan kemerdekaan Indonesia, karena pada saat itu memang itulah satu-satunya
pilihan terbaik yang kita punya, namun rupanya Tuhan berkehendak lain. Kenyataan
telah menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat kita tidak mungkin lagi berharap
kemerdekaan dari Jepang.

75. Menyerahnya Jepang kepada Sekutu yang membawa konsekuensi tersendiri dimana
dengan itu Jepang harus menyerahkan Indonesia kepada Sekutu. Hal inilah yang
kemudian membuat bangsa Indonesia harus bersegera memproklamirkan
kemerdekaannya sebelum semua itu terjadi.

76. Satu bahaya akibat menyerahnya Jepang kepada Sekutu yang telah disadari oleh para
pendiri bangsa dapat kita tangkap dari pernyataan Bung Hatta pada tanggal 15 Agustus
1945 berikut ini: “Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda
yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini”.

77. Untungnya penyerahan Indonesia kepada Sekutu tidaklah dilakukan dengan segera.
Berbagai kendala yang bersifat tehnis, sebagaimana kita pahami melalui sejarah,
membuat penyerahan tersebut baru akan bisa dilaksanakan di bulan September 1945.
Dengan itu maka terjadilah apa yang disebut dengan vaccum of power atau kekosongan
kekuasaan atas Indonesia. Inilah kesempatan emas bagi Indonesia untuk
memproklamirkan kemerdekaannya sendiri.

78. Beberapa hal harus berubah dengan berubahnya format menuju kemerdekaan
Indonesia yang semula direncanakan akan kita terima dari Jepang menjadi harus
dilakukan sendiri oleh bangsa Indonesia tanpa Jepang.

79. Meski sebelumnya oleh BPUPKI telah dipersiapkan sebuah naskah Deklarasi
Kemerdekaan, namun berubahnya arah kemerdekaan Indonesia itu membuat naskah
Deklarasi Kemerdekaan tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat untuk menyatakan
kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa hal tentunya yang melandasi tidak digunakannya
naskah Deklarasi Kemerdekaan BPUPKI sebagai alat untuk menyatakan kemerdekaan
Indonesia.

80. Pertama, Deklarasi Kemerdekaan yang disusun BPUPKI tentulah disusun dalam format
kemerdekaan sebagai pemberian Jepang; yang tentu saja mengandung ikatan dan
konsekuensi sendiri terhadap Jepang. Hal itu bisa kita lihat sebagaimana tertera pada
alinea 6 yang bunyinya sebagai berikut:“Dengan mengakui dan menghargai tinggi
keutamaan niat dan tujuan Dai Nipoon Teikoku dengan Perang Asia Timur Raya itu,

10
maka tiap-tiap bangsa dalam lingkungan Asia Timur Raya atas dasar pembelaan
bersama, wajiblah menyumbangkan sepenuhnya tenaganya dengan tekad yang sebulat-
bulatnya, kepada perjuangan bersama itu, sebagai jaminan yang seteguh-teguhnya
untuk keselamatan kemerdekaannya masing-masing.”

81. Kedua, Istilah Deklarasi Kemerdekaan sendiri tidak tepat jika pakai untuk menyatakan
kemerdekaan Indonesia yang memang pada waktu itu dinyatakan langsung oleh bangsa
Indonesia tanpa dukungan dari bangsa manapun. Dalam keadaan yang demikian itu,
istilah yang tepat untuk pernyataan kemerdekaan Indonesia adalah Proklamasi
Kemerdekaan. Karena ini adalah sebuah klaim tunggal dari bangsa Indonesia itu sendiri
atas bangsa dan tanah airnya.

82. Ketiga, jika Deklarasi Kemerdekaan yang adalah hasil dari pada BPUPKI, sebuah badan
bentukan Jepang itu digunakan untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia tentulah
akan membawa kesan yang kuat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah pemberian dari
Jepang. Untuk menghindari ini bahkan PPKI sendiri yang memang dibentuk dan
mempunyai mandat untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, ditolak oleh para
pejuang dari golongan muda pada waktu itu jika dipakai sebagai badan untuk menyusun
Proklamasi Kemerdekaan. Karena dipandang PPKI juga adalah badan bentukan Jepang.

83. Memang telah terjadi perdebatan serius antara para pejuang dari golongan tua dan
golongan muda tentang perkara apakah kemerdekaan ini akan dilakukan sendiri tanpa
Jepang, atau tetap mengikuti rencana sebelumnya yaitu menunggu Jepang memenuhi
janjinya mengukuhkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945. Namun pada
akhirnya bulatlah disepakati kalau Indonesia harus merdeka sendiri tanpa bantuan
Jepang.

84. Konsekuensi langsung dari pilihan bangsa Indonesia untuk merdeka sendiri tanpa
Jepang adalah: bangsa Indonesia harus benar-benar siap dengan revolusi
mempertahankan kemerdekaan tersebut. Dan hal ini sudah dipahami betul oleh para
pejuang dan pendiri bangsa yang segera mempersiapkan segala sesuatunya guna
menghadapi Belanda yang sedang bersiap-siap datang kembali untuk menjadi tuan atas
negeri ini.

85. Setelah melalui proses konsolidasi yang diwarnai dengan berbagai peristiwa sejak
tanggal 15 Agustus 1945, akhirnya tercapailah sebuah kesepakatan dari para pejuang
dan para pendiri bangsa untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.

86. Momen yang paling dinanti-nanti berabad-abad lamanya itupun akhirnya terjadi.
Dibacakanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada
pukul 10:00 tanggal 17 Agustus 1945 di rumah kediaman Bung Karno Jl. Pegangsaan
Timur No.56, Jakarta Pusat.

87. Berikut ini adalah kalimat penutup yang disampaikan Bung Karno selepas usai
pembacaan Proklamasi itu: “Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini
kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia – merdeka
kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!

88. Momen tercapainya Kemerdekaan Indonesia ini adalah fase ke 2 dari 4 fase penting

11
kejadian bangsa Indonesia. Dengan itu kini menjadilah bangsa Indonesia sebagai satu
bangsa yang merdeka.

89. Sebagaimana yang Bung Karno sampaikan dalam kalimat penutup pembacaan
Proklamasi, maka dengan Proklamasi itu menjadilah bangsa Indonesia sebagai sebuah
bangsa yang merdeka. Terlepas sudah segala ikatan yang mengikatnya. Baik kepada
kerajaan Belanda maupun kepada kekaisaran Jepang. Dan bangsa yang baru lahir ini
kemudian disebut dengan sebutan Republik Indonesia. Sebutan Republik Indonesia ini
adalah konsekuensi langsung dari lahirnya kedaulatan rakyat Indonesia yang selama ini
terjajah. Tentang hal ini telah dimaklumkan dan disepakati juga dalam sidang BPUPKI.

90. Kemerdekaan Indonesia yang telah melahirkan kedaulatan rakyat yang bernama
Republik Indonesia inilah yang kemudian harus didirikan baginya sebuah negara yang
sepenuhnya berkedaulatan rakyat. Dan negara yang akan menjadi rumah bagi seluruh
rakyat Indonesia itu haruslah benar-benar sejalan dengan cita-cita kemerdekaan dan
senada dengan semangat dari pada Proklamasi 17 Agustus 1945.

91. Dalam pandangan Bung Karno ada tiga semangat yang dibawa oleh Proklamasi
Kemerdekaan kita. Yaitu: Semangat berjuang mati-matian yang penuh dengan
idealisme. Semangat persatuan bulat mutlak yang tidak mengecualikan satu golongan
pun. Semangat membangun dan mendirikan negara. Inilah api dari pada Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu.

92. Di dalam semangat Proklamasi Kemerdekaan itulah satu hari setelah bangsa ini merdeka
para pendiri bangsa segera menyusun Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dengan
menyusun UUDNI pada sidang pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

93. Sidang PPKI adalah sidang yang sepenuhnya lepas dari bayang-bayang Jepang. Bahkan
Pembukaan UUD yang disetujui pada sidang BPUPKI waktu itu, dimana masih diwarnai
dengan semangat keberpihakan kepada Jepang, tidak lagi dipakai dan
dikemukakan dalam sidang. Pembukaan UUD mula-mula yang disusun oleh panitia 9
lah yang kemudian dikemukakan sebagai bahasan pertama dalam sidang.

94. Terdapat dua perubahan yang substansial pada Pembukaan UUD yang terjadi pada
sidang PPKI ini.Pertama perubahan pada anak kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dirubah
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kemudian yang kedua adalah perkataan “Atas
berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa” yang dirubah menjadi “Atas berkat rahmat
Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan kedua hal tersebut disepakati oleh seluruh anggota
sidang.

95. Dua perubahan subtansial pada Pembukaan UUD tersebut dilakukan untuk memastikan
Pembukaan UUD tersebut berpijak kuat pada semangat terwujudnya persatuan yang
utuh dan bersifat menyeluruh meliputi setiap golongan yang menjadi bagian dalam
Republik Indonesia. Dan di samping itu hal ini juga dipengaruhi oleh kelengkapan sidang
PPKI yang telah diisi oleh perwakilan dari Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Dimana
pada sidang BPUPKI baru hanya dihadiri oleh perwakilan Indonesia bagian barat saja.

96. Pengesahan Pembukaan UUD pada sidang PPKI berjalan lancar dan singkat tidak lebih
dari 2 jam saja. Kuat diduga karena sebelum sidang tersebut para perwakilan Indonesia
Timur yang baru bergabung dalam PPKI pada 7 Agustus 1945, yang tentunya baru

12
mengetahui hasil sidang BPUPKI secara utuh saat kehadirannya di Jakarta, telah
mengajukan pandangan-pandangan untuk mencapai kompromis terhadap beberapa hal
yang belum sejalan dengan aspirasi masyarakat Indonesia bagian timur.
97. Dua perubahan substansial pada Pembukaan UUD tersebut kemudian berpengaruh juga
kepada perubahan pasal 29 ayat 1 pada UUD yang semula berbunyi “Negara bersadar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” menjadi “Negara berdasar pada Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Demikian juga dengan pasal 6 ayat 1 yang semula berbunyi “Presiden ialah orang
Indonesia asli yang beragama Islam” menjadi “Presiden ialah orang Indonesia asli”.
98. Dengan selesainya peyusunan UUDNI tersebut maka telah tercapailah suatu susunan
penyelenggaraan Kemerdekaan Kebangsan Indonesia yang akan diselenggarakan
melalui Negara Republik Indonesia (NRI) yang tersusun dalam Undang-undang Dasar
Negara Indonesia (UUD’45) yang berdasarkan Pancasila (PS). Yang susunan tersebut
dapat kita baca dengan format sebagai berikut: PS – UUD’45 – NRI.

99. Dengan itu, dengan telah selesai dan disahkannya UUDNI pada sidang PPKI itu, maka
telah sampailah kita pada fase penting yang ke 3 dari 4 fase penting kejadian bangsa
Indonesia. Yaitu terbentuknya Negara. Menjadilah kita pada saat itu sebagai satu
BANGSA yang MERDEKA dan ber-NEGARA.

100. Dengan telah merdekanya bangsa Indonesia, dan dengan telah berdiri sebuah negara
berdaulat baginya, tentu tidaklah berarti urusan bangsa ini sudah selesai. Tentang hal
ini Bung Karno pernah mengingatkan kita bahwa revolusi Indonesia itu tidaklah hanya
sebatas mengusir pemerintahan Belanda dari Indonesia. Revolusi Indonesia lebih jauh
lagi dari pada itu. Yaitu menuju pada terwujudnya Dunia Baru. Dunia tanpa eksploitasi
manusia atas manusia, bangsa atas bangsa.

101. Dan untuk mewujudkan Dunia Baru yang menjadi arah dari pada Revolusi Indonesia
itu, Bung Karno pun telah merumuskannya lewat apa yang disebut dengan Tiga
Kerangka Tujuan Revolusi Indonesia. Yang isinya: Satu, pembentukan satu Negara
Republik Indonesia yang berbentuk Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan, yang
demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke. Dua, pembentukan
satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spirituil dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia itu. Tiga, pembentukan satu persahabatan yang baik
antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, terutama sekali dengan negara-
negara Asia-Afrika, atas dasar hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar
bekerjasama membentuk satu Dunia Baru yang bersih dari imperialisme dan
kolonialisme, menuju kepada perdamaian dunia yang sempurna.

102. Sebagaimana yang ditetapkan dalam UUD’45 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 “Negara Indonesia
ialah Negara Kesatuan yang berbentuk republik; dan sebagaimana juga yang tertera
pada tahapan pertama dari Tiga Kerangka Tujuan Revolusi Indonesia, maka perkejaan
besar yang harus kita lakukan pada tahapan itu adalah mewujudkan NRI agar mencapai
bentuk Negara Kesatuan atau menjadi NKRI. Dimana NKRI adalah bermakna Negara
Kebangsaan yang demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke.

103. Berbeda dengan bentuk Republik yang secara otomatis tercapai melalui Proklamasi
Kemerdekaan, bentuk Kesatuan ini harus dicapai melalui sebuah upaya penataan,
konsolidasi dan sosialisasi ideologi bangsa ke seluruh bagian dari NRI Sabang sampai
Merauke agar betul-betul tercapai bentuk Kesatuan tersebut. Agar tercapailah bentuk
NRI menjadi NKRI.

13
104. Ada satu hal yang cukup penting yang saat ini nampak terabaikan dan terlupakan, yaitu
dikeluarkannya maklumat pekik merdeka sebagai salam nasional kita. Maklumat yang
dikeluarkan oleh Bung Karno pada 31 Agustus 1945 ini dimaksud agar benar-benar
terjaga dalam tiap diri bangsa Indonesia kesadaran sebagai jiwa-jiwa yang merdeka.
Pekik merdeka ini dilakukan dengan cara mengangkat tangan terbuka setinggi bahu
dengan posisi telapak menghadap ke depan dan bersamaan dengan itu memekikan kata
merdeka.

105. Upaya kita untuk menggenapkan tujuan pertama dari Tiga Kerangka Tujuan Revolusi
Indonesia ini bukanlah sebuah perkara mudah. Karena satu bulan setelah kemerdekaan
kita, di bulan September 1945, Belanda dengan bantuan Sekutu pun akhirnya datang
kembali ke negeri ini untuk kembali menjadi Tuan atas bangsa Indonesia. Praktis sejak
saat itu sampai dengan tahun 1949, perjuangan kita benar-benar disibukkan dengan
upaya mempertahankan kemerdekaan.

106. Proses pemindahan kekuasaan yang menjadi maklumat Proklamasi pun tidak mudah
untuk diwujudkan. Jepang yang semestinya menyerahkan kekuasaan kepada NRI malah
mengumumkan diri pada tanggal 1 September 1945 kalau penyerahan kekuasaan tidak
akan diberikannya kepada Indonesia melainkan kepada Sekutu.

107. Karena itulah bangsa Indonesia harus benar-benar bekerja keras untuk
mempertahankan kemerdekaannya dan bekerja keras agar Belanda mau mengakui
kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia serta memindahkan kekuasaan kepada
NRI sepenuhnya.

108. Terjadi banyak pertempuran yang dilakukan bangsa Indonesia dalam upaya menjaga
kemerdekaannya dan agar pemindahan kekuasaan bangsa penjajah dapat terlaksana.
Mulai dari pertemuan Surabaya, perang Ambarawa, agresi militer Belanda 1 dan 2 serta
banyak lagi lainnya. Semua karena memang telah menjadi tekad kita untuk merdeka
buat selama-lamanya. Tekad bersama Merdeka atau Mati!

109. Bukan saja hanya perjuangan dengan senjata, tapi juga jalur-jalur diplomasi kita
tempuh agar pemindahan kekuasaan benar-benar dapat berjalan dengan seksama dan
dilakukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Mulai dari perundingan Van Mook,
Linggarjati, Renville sampai dengan perundingan KMB menjadi satu rangkaian upaya
perjuangan kita agar NRI benar-benar berdaulat dan berkuasa atas wilayah tanah airnya
dari Sabang sampai Merauke.

110. Untuk mewujudkan NRI menjadi NKRI, Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan yang
demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke, kita bukan saja
hanya menghadapi hambatan dari pihak Belanda. Dari dalam negeri kita sendiri pun
terjadi dua pemberontak serius disepanjang masa itu. Pemberontakan PKI yang
memproklamirkan “Soviet Republik Indonesia” pada 18 September 1948 dan
Pemberontakan DITII yang memproklamirkan “Negara Islam Indonesia” pada 7 Agustus
1949. Walaupun akhirnya kedua pemberontakan itu dapat diatasi dan ditanggulangi
dengan baik oleh bangsa ini.

111. Belanda bukan hanya menekan kita lewat angkatan perangnya saja tapi juga melakukan
berbagai upaya untuk melemahkan dan memecah-belah bangsa Indonesia. Dibentuklah
oleh Belanda negara-negara boneka mulai dari Negara Indonesia Timur pada tahun

14
1946, kemudian Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Jawa
Timur, Negara Pasundan, sampai dengan Negara Madura yang didirikan tahun 1948.

112. Di tahun 1949 ambisi Belanda untuk berkuasa kembali di Indonesia semakin nyata sulit
untuk direalisasikan. Selain juga lantaran tekanan dari dunia Internasional sejak 1948
agar Belanda mengentikan semua operasi militer di Indonesia, hal ini juga dipengaruhi
oleh kemunculan DI/TII yang hendak mendirikan Negara Islam di Indonesia. Belanda
yang harus berhadapan dengan perang segitiga dan juga tekanan internasional itu
akhirnya pun bersedia untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Meskipun semua dengan
syarat-syarat yang memberatkan Indonesia.

113. Perundingan penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda ini dilakukan dalam
Konferensi Meja Bundar di Deen Haag. Dari sekian hal yang memberatkan Indonesia
yang diputuskan dalam KMB tersebut, hal substansial yang paling berdampak kepada
tujuan revolusi Indonesia adalah keharusan Republik Indonesia untuk memakai bentuk
Federasi atau Serikat. Yang dengan itu NRI yang sedang dalam pembentukan untuk
menjadi NKRI, harus menjadi NRIS karena itu.

114. NRIS yang secara resmi berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 ini tentu saja
menghambat cita-cita Indonesia untuk menjadi Negara Kesatuan sebagaimana menjadi
tujuan pertama dari tiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia. Praktis dengan berdirinya
NRIS Indonesia menjadi negara yang terpecah-pecah menjadi 16 Negara yang
berserikat. Dan bahkan UUD’45 yang menjadi landasan pembentukan NKRI tidak lagi
digunakan. Digunakanlah Konstitusi RIS sebagai UUD. Yang dengan itu format
penyelenggaraan negara Indonesia yang semula PS - UUD’45 - NRI berubah menjadi PS
- KRIS - NRIS.

115. Kondisi bangsa Indonesia yang harus berjalan dalam bentuk NRIS tentu saja
menggelisahkan banyak pihak termasuk sangat menggelisahkan hati Bung Karno yang
menjadi lokomotif dari Revolusi Indonesia. Karenanya itu untuk menjaga arah dan gerak
Revolusi Indonesia, segera setelah terbentuknya NRIS Bung Karno menyelenggarakan
pembuatan lambang negara Indonesia. Lambang negara yang akan menjadi simbolisasi
yang mematenkan konsepsi dan arah dari pada Revolusi Indonesia. Dan akhirnya tidak
lebih dari 2 bulan setelah terbentuknya NRIS lahirlah pada tanggal 11 Februari 1950
Garuda Pancasila menjadi lambang resmi Negara Indonesia.

116. Meski belum dinyatakan secara letterlek pada waktu-waktu yang lalu, namun
sesungguhnya Bhinneka Tunggal Ika telah lama menjadi prinsip persatuan
yang menyatukan bangsa Indonesia menjadi satu bangsa dalam segala
keberagamanya. Dan bahkan hadirnya Pancasila pun sesungguhnya adalah untuk
memastikan agar benar-benar terwujudnya kehidupan yang berbhinneka tunggal ika itu.
Karenanya setelah berdirinya NRIS yang membawa bentuk serikat sebagai bentuk
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, yang tentu saja ini
tidak sejalan dengan maksud dan cita-cita Pancasila, diambilah oleh Bung Karno langkah
untuk mempertegas arah dan cita-cita dari Pancasila dengan meletakkan Bhineka
Tunggal Ika sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan Pancasila sebagaimana dapat
kita lihat pada lambang negara “Garuda Pancasila”.

117. Ditetapkannya Garuda Pancasila sebagai lambang resmi Negara Indonesia pada 11
Februari 1950 membawa arti yang sangat penting bagi perjalanan pembentukan dan
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Garuda Pancasila ini telah

15
meletakan paten yang mematok arah dari penyelenggaraan bangsa dan negara. Bahwa
negara tidak boleh tidak harus berdasarkan pada Pancasila dan bersemboyankan
Bhinneka Tunggal Ika. Dengan ini menjadi tegas dan jelaslah bahwa arah dan tema
besar dari pada penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila itu adalah untuk mewujudkan kehidupan yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

118. Dengan telah diletakannya Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan atau dasar
tuntunan dari pada penyelenggaraan Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila,
maka Revolusi untuk menggenapi tujuan pertama dari tiga kerangka tujuan Revolusi
Indonesia pun semakin dekat. Format penyelenggaraan negara yang tadinya PS - KRIS -
NRIS bergerak selangkah menjadi BTI - PS - KRIS - NRIS. Dan dengan formasi paten
dari BTI - PS itu maka menjadi semakin tegas nyata ketidak-layakan NRIS menjadi
bentuk dari pada penyelenggaraan Negara Indonesia.

119. Ketidak-cocokan NRIS sebagi bentuk penyelenggaraan Negara Indonesia sangat


dirasakan oleh bangsa Indonesia bahkan sejak bulan-bulan pertama NRIS ini berdiri.
Pancasila memang telah sejak semula ada untuk menjadi dasar bagi Negara Kesatuan
yang berbentuk republik. Dan untung saja terdapat sebuah celah dalam Konstitusi RIS
yang memungkinkan kita mewujudkan itu semua. Terdapat pasal-pasal dalam Konstitusi
RIS yang membolehkan beberapa negara bagian dari NRIS untuk menggabungkan diri
jika hal itu dikehendaki rakyat. Inilah yang kemudian menjadi jalan bangsa Indonesia
untuk mewujudkan niatnya menjadi negara kesatuan.

120. Celah dalam Konstitusi RIS ini kemudian digunakan bangsa Indonesia untuk menuju
pada cita-cita Revolusinya mewujudkan NKRI. Satu demi satu negara-negara bagian RIS
menggabungkan diri dan pada bulan Maret 1950 NRIS yang tadinya terdiri dari 16
negara bagian pun menjadi hanya tinggal 3 negara saja. Republik Indonesia, Negara
Sumatera Timur dan Negara Indonesia Timur.

121. Praktis pada bulan Mei 1950 satu-satunya negara yang tersisa dalam NRIS adalah RI.
Hal ini disebabkan oleh konfrensi segitiga antara RIS, NST dan NIT yang diadakan pada
tanggal 8 April 1950, yang berdasarkan kesepakatan yang dicapai dari konfrensi
tersebut, maka kedua negara bagian NST dan NIT tersebut pun menyerahkan
mandatnya kepada Perdana Menteri RIS Drs. Moh. Hatta tanggal 12 Mei 1950.

122. Pada tanggal 19 Mei 1950 Pemerintah RIS mengadakan konferensi bersama dengan RI
sebagai negara satu-satunya dalam NRIS, yang dari itu kemudian dicapai kesepakatan
untuk membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan semangat
Proklamasi 17 Agustus 1945. Dan untuk merubah RIS menjadi NKRI tentulah harus
dilakukan juga perubahan pada Konstitusi RIS. Maka kemudian disusunlah rancangan
UUDS NKRI yang disusun dari gabungan Konstitusi RIS dan UUD'45.

123. Pada tanggal 15 Agustus 1950, dihadapan DPR dan senat RIS Bung Karno
menandatangani UUDS NKRI dan membacakan "Piagam Terbentuknya NKRI. Demikian
isi dari Piagam Pembentukan NKRI tersebut: "Berdasarkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945, maka kami atas nama rakyat pada tingkatan perjuangan
kemerdekaan sekarang ini menyatakan sebagai perubahan dalam negeri, terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi seluruh tanah-air dan
segenap bangsa Indonesia".

16
124. Pada tanggal 17 Agustus 1950 Bung Karno mengumumkan secara resmi terbentuknya
NKRI dan dibubarkannya RIS. Dan dengan telah resmi berdirinya NKRI itu, maka
Revolusi Indonesia pun semakin bergerak maju. Format kebangsaan kita yang
sebelumnya BTI - PS - KRIS - NRIS bergerak mendekati format idealnya menjadi BTI -
PS - UUDS’50 - NKRI. Satu-satu masalah yang tersisa untuk dapat mencapai bentuk
idealnya pada saat itu tinggallah pada penyempurnaan UUDS'50 yang adalah UUD
transisi pada saat itu agar menjadi UUD ideal untuk NKRI.

125. Konstituante, badan penyusun UUD yang dibentuk dari hasil Pemilu 1955 menjalankan
sidang pertamanya pada tanggal 10 November 1956. Badan yang ditugaskan untuk
menyusun UUD NKRI sebagai pengganti UUDS'50 ini, belum juga dapat menyelesaikan
rancangan UUD yang dimaksud bahkan setelah lebih dari 2 tahun berjalan. Kebuntuan
yang terjadi dalam sidang Konstituante ini sangat dipengaruhi adanya perbedaan
pandangan yang kuat antara Golongan kebangsaan dan golongan Islam. Perbedaan
pendapat ini kemudian mengerucut menjadi dua belahan besar dimana golongan
kebangsaan menghendaki kembali ke UUD’45, sementara itu golongan Islam
menghendaki dijadikannya Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD.

126. Melihat kebuntuan sidang Konstituante yang berlarut-larut dan bahkan mengakibatkan
gejolak politik yang tidak menentu, Bung Karno menyampaikan Pidatonya di hadapan
Konstituante pada tanggal 22 April 1959, dimana pada waktu itu Konstituante telah
bertugas selama 2 tahun, 5 bulan, 12 hari. Dalam pidatonya Bung Karno menyampaikan
agar Konstituante jangan dijadikan tempat berdebat bertele-tele dan juga
menyampaikan ajuran untuk kembali kepada UUD'45. Bung Karno menilai UUD’45
lengkap memuat lengkap amanat penderitaan rakyat dan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan. Ajuran Bung Karno tersebut juga didasarkan pada keputusan bulat
dewan menteri pada sidang 19 Februari 1959.

127. Kebuntuan yang terus berlanjut membawa konstituante pada jalan pemungutan suara.
Pemungutan suara yang dilakukan pada tanggal 30 Mei 1959 menghasilkan 56% suara
yang menghendaki kembali ke UUD'45 selebihnya menolak. Meskipun mayoritas suara
menghendaki kembali kepada UUD'45, namun karena belum memenuhi ⅔ suara maka
belumlah sah untuk menjadi dasar pengambilan keputusan. Dan bahkan setelah diulang
2 kali pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959 pun belum juga dicapai ⅔ suara tersebut.
Kebuntuan ini pun kemudian berlanjut kepada keputusan konstituante untuk reses; tidak
lagi bersidang sampai waktu yg belum ditentukan.

128. Masa reses yang diputuskan Konstituante menimbulkan gejolak politik dan sosial yang
semakin menjadi. Demonstrasi besar terjadi pada tanggal 29 Juni 1959 menuntut
negara untuk kembali ke UUD 1945. Keadaan yang membahayakan keutuhan bangsa
dan negara inilah yang kemudian mendesak Bung Karno untuk melakukan dekrit.
Dalam dekritnya pada tanggal 5 Juli 1959 Bung Karno memutuskan membubarkan
Konstituante dan menyatakan kembali kepada UUD'45. Di dalam dekrit tersebut Bung
Karno juga menyatakan bahwa Piagam Jakarta, hal yang menjadi perselisihan dalam
sidang itu, sesungguhnya telah menjiwai UUD'45.

129. Dengan dekrit yang telah mengembalikan UUD'45 sebagai UUD resmi NKRI itu, maka
sampailah bangsa Indonesia kepada format penyelenggaraan Kemerdekaan
Kebangasaannya yang ideal dan selaras dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945,
yaitu: BTI - PS - UUD’45 - NKRI. Tahun kembalinya UUD'45 ini membawa rasa lega dan
kegembiraan tersendiri bagi Bung Karno sebagai Pemimpin Besar Revolusi Indonesia.
17
Karenanya oleh Bung Karno tahun 1959 ini disebut sebagai Tahun Penemuan Kembali
Revolusi Kita.

130. Dan dengan tercapainya formasi penyelenggaraan Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia


ke dalam format ideal BTI - PS - UUD’45 - NKRI itu maka dapatlah dikatakan Revolusi
Konseptual untuk menyelenggarakan AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat) yang juga
dikenal dengan sebutan Tiga Kerangka Tujuan Revolusi Indonesia telah selesai. Momen
ini menjadi momen tercapainya fase ke 4 dari 4 fase penting kejadian bangsa Indonesia,
yaitu terformulasikannya Nasionalisme (paham kebangsaan) Indonesia. Menjadilah kita
dengan itu satu BANGSA, yang MERDEKA, ber-NEGARA dan memiliki NASIONALISME.

131. Namun demikian bukanlah berarti dengan itu revolusi kita telah selesai. Bahkan tujuan
pertama dari tiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia, yaitu mewujudkan NKRI pun
belumlah genap. Tahap itu barulah sebatas terselesaikannya NKRI konseptual saja. Dan
haruslah itu dilanjutkan kepada mewujudkan NKRI Realiteit. NKRI yang benar-benar
membawa kepada tercapainya tujuan kedua dari Revolusi Indonesia. Mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur yang dilakukan dengan jalan memastikan
NKRI berjalan selaras dengan UUD'45, memastikan UUD’45 benar-benar sejalan dengan
PANCASILA dan memastikan PANCASILA benar-benar diselenggarakan dalam rangka
mewujudkan kehidupan yang ber-BHINNEKA TUNGGAL IKA.

18

Vous aimerez peut-être aussi