Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Lampiran 1. Tabel Sifat Properties Udara: (Sumber: ASRHAE, 1997)
Lampiran 1. Tabel Sifat Properties Udara: (Sumber: ASRHAE, 1997)
Mulai
Tahap ini merupakan pengajuan judul untuk penelitian untuk tugas akhir.
Studi Literatur
Pengumpulan bahan pustaka penunjang yang terkait dengan sistem pendingin
absorpsi, kondensor, dan berbagai materi lainnya yang menunjang tugas akhir ini.
Pembuatan Kondensor
Pada tahap ini dilakukan pembuatan model fisik dari desain kondensor dengan
mempertimbangkan studi literatur yang telah dilakukan.
Hasil
Hasil adalah tahap dimana membandingkan antara analisa hasil percobaan dengan
hasil perancangan, dalam hal ini yang dibandingkan adalah laju perpindahan
panas pada kondensor yang didapatkan dengan hasil perancangan, jika temperatur
evaporator masih dibawah 50% dengan laju perpindahan panas yang di dapatkan
dari analisa data kondensor maka perlu dilakukan pengujian ulang dan
pengambilan data kembali hingga didapatkan hasil yang paling maksimal.
Sebelum pengujian ulang harus terlebih dahulu dicek apa penyebab perbedaan
hasil pengujian dengan hasil perancangan, misalnya tes kebocoran, mengecek
temperatur gas buang apakah sudah sesuai, atau mengecek bukaan katup sebelum
masuk generator.
Selesai
Tahap akhir adalah menuangkan keselurauhan hasil penelitian kedalam bentuk
laporan sesuai dengan sistematika penulisan karya ilmiah.
Mulai
Pembuatan kondensor
Analisa hasil
percobaan
Tidak
Hasil
Ya
Selesai
6 2 Uap amonia
generator Qg kondensor Qk
Larutan ammonia – air
7 3
absorber Qa evaporator Qe
Ẇp
Pompa 5
Dari suhu tersebut maka dapat dihitung nilai entalphi pada setiap titik,
menggunakan lampiran 2.
ℎ1 = 1461,81 kJ/kg �1 = 5,6196 kJ/kg.K
ℎ3 = 366,48 kJ/kg �3 = 1,568 kJ/kg.K
ℎ4 = ℎ3
ℎ2 = 1615,04 kJ/kg �2 = �1
Menghitung laju aliran massa di evaporator
��= �̇ . (ℎ 1̇ −ℎ 4 )
P (Bar)
Tekanan
3 2’ 2
1
4
T in udara
T out udara
�
T out refrigerant
mu = � . � . �
m u = 0,81298 ��/�
Temperatur udara keluar
�� = �� . ��� . (�� ,� − �� ,� )
Sehingga
��
��,� = + ��,�
� � .�� �
0,05699
��,� = + 30
0,81298 .2x1,15807
��,� = 30,069oC
Temperatur rata-rata udara dengan menggunakan persamaan (2.5)
tu, o − tu, i
�� =
2
30,069 + 30
=
2
= 30,034°C
Maka sifat udara pada temperatur 30,034°C = 303,34 K diperoleh dari
lampiran 1 sifat properties udara
µ = 186,008 x 10-7 Pa.s
Pr = 0,70657
k = 26,652 x 10-3 W/m.K
Cp = 1,00713 kJ/kg.K
ρ = 1,1514 kg/m3
• Refrigeran amonia(NH 3 )
Laju aliran massa, mr = 4,564 x10-5 kg/s
Temperatur masuk, t r,i = 90°C
Temperatur keluar, t r,o = 35°C
Temperatur rata-rata, t r sesuai dengan persamaan (2.5)
ti,r+to,r 90+35
= = = 62,5°C
2 2
= 3,84.10-5 m2
- Bilangan Reynold pada persamaan (2.6)
��. ��
�� =
µ. ��,
��
= (0.0068� � 0.0004565 ) /(0,0000118 � 0,0000384 �2 )
�
0,25
5,3246(35 − 31,5��
3
8
ℎ� = 128014,6086 W R
= 5,813 m/s
- Bilangan Reynold pada persamaan ( 2.7)
⍴. ����. ��
�� =
µ
1,1514 ��⁄�3 . 5,813 �/� . 0,001028�
=
186,027x10−7
= 2508,2810
- Bilangan Nusselt pada persamaan (2.9)
1
�� = 0,683. �� 0,466 . �� 3
1
�� = 0,683. 2508,28100,466 . 0,7065 3
�� = 23,3479
- Maka koefisien perpindahan panas konveksi eksternal pada persamaan
(2.12)
�� .�
ℎ� =
��
23,3479 x26 ,652 .10 −3
=
0.01028
ℎ� = 88,8128 W/m2 K
- Faktor pengotoran pada aliran eksternal pada persamaan ( 2.14)
1 1
�� = −
ℎ′ � ℎ�
1
ℎ�, =
1
0,0004 + (
88,81288)
Maka koefisien konveksi eksternal total,
ℎ�, =85,7660 W/m2 K
1
�=
0,01028 0,01028 0,01028 1
85,766 . 0,00682 + 2.14,97 . ln �0.00682� + 2452,112
� = 80,7075 W/m2K
∆T1
Suhu udara keluar 31oC
= 0,0319 / �. 0,01028
= 1,452 m
Panjang total pipa yang dibutuhkan adalah sebesar 1,452 m. untuk panjang
tiap lintasan bisa diperoleh, dengan perencanaan jumlah dari lintasan adalah
sebanyak 6 maka panjang lintasan adalah :
1 = L/n
= 1,452/ 6
= 0,242 m
Waktu vs Temperatur
75
Temperatur ( °C )
70
65
60
55 Tin Amonia
50
45
40 Tout Amonia
35
30 Tin Udara
25
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 Tout Udara
waktu ( menit )
Dari data pengujian hari kedua ini perbedaannya tidaklah jauh dari
Pengujian hari pertama. Berdasarkan tabel pada menit pertama sampai ke – 40
mengalami kenaikan temperatur, namun kcepatan udara yang dihasilkan motor
kipas tidak konstan .Grafiknya dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini :
Temperatur vs Waktu
75
70
65
Temperatur ( °C)
60
55
Tin Amonia
50
45 Tout Amonia
40
Tin Udara
35
30 Tout Udara
25
1 3 5 7 9 111315171921232527293133353739
Waktu ( menit)
Temperatur vs Waktu
80
75
70
Temperatur ( °C)
65
60
55 Tin Amonia
50
45 Tout Amonia
40 Tin Udara
35
30 Tout Udara
25
1 3 5 7 9 111315171921232527293133353739
Waktu (menit)
Qk VS…
0,045 Qk VS LMTD
0,04
0,035
0,03
Qk (kW)
0,025
0,02
0,015
0,01
0,005
0
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
LMTD (0C)
Gambar 4.8 Grafik antara beban kondensor dengan LMTD pada pengujian hari
pertama
Gambar 4.8 menunjukan bahwa besar beban kondensor terhadap beda
temperatur ( LMTD ) semakin meningkat. Dimana bila beban meningkat berarti
nilai perbedaan temperatur rata- rata ( LMTD ) juga meningkat.
Dari tabel didapatkan laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian hari
kedua yaitu sebesar :
� = 0,66013 ��/� � 1,005978��/��. � � (0,031)K
� = 0,02096 ��
Qk(kW)
0,02
0,01
0
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
LMTD (oC)
Gambar 4.9 Grafik antara beban kondensor dan LMTD pada pengujian hari
kedua
Grafik diatas menunjukan bahwa besar beban kondensor terhadap beda
temperatur ( LMTD ) meningkat. Dimana bila beban meningkat berarti nilai
perbedaan temperatur rata- rata ( LMTD ) juga meningkat.
Qk vs LMTD
0,06 Qk vs LMTD
0,05
0,04
Qk(kW)
0,03
0,02
0,01
0
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
LMTD (oC)
Gambar 4.10 Grafik antara beban kondensor dan LMTD pada pengujian hari
ketiga
5.1 Kesimpulan
1. Telah dirancang bangun sebuah kondensor sebagai bagian dari mesin
pendingin siklus absorpsi dengan dimensi :
• Panjang tube,� = 1,452 m
• Diameter dalam tube,�� = 0,0068 m
• Diameter luar tube,�� = 0,01028 m
• Material tube = stainless steel 304
• Jarak antara tube = 0,05 m
• Panjang tiap lintasan tube = 0,242 m
• Kecepatan udara = 5 m/s
• Ukuran kotak = 350 x 400 x 300 ( mm)
• Material kotak = Triplek
2. Dari hasil pengujian diperoleh laju perpindahan panas rata – rata pada
kondensor pada pengujian hari pertama didapatkan sebesar 0,0189 kW,
pada pengujian hari kedua didapatkan sebesar 0,02096 kW dan pada
pengujian hari ketiga sebesar 0,03419 kW.
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Untuk mendapatkan laju perpindahan panas konstan lakukan pengujian
dengan panas yang masuk secara konstan dari mesin penghasil panas
dengan mengontrol rpm mesin diesel. Terhadap pembuangan panas
2.2.1 Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya,baik secara fisik atau dengan reaksi kimia.
Absorben harus memenuhi persyaratan yang sangat beragam yaitu :
2.3 Refrijeran
Refrijeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi)
atau mesin pengkondisian udara. Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari
benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke
udara sekeliling di luar benda (Shan, 1991).
Berdasarkan jenis senyawanya, refrijeran dapat dikelompokkan menjadi 7
kelompok yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok refrijeran senyawa halocarbon.
Kelompok refrijeran senyawa halocarbon diturunkan dari hidrokarbon
(HC) yaitu metana (CH 4 ), etana (C 2 H 6 ), atau dari propane (C 3 H 8 ) dengan
mengganti atom-atom hydrogen dengan unsur-unsur halogen seperti khlor
(Cl), fluor (F), atau brom (Br). Jika seluruh atom hydrogen tergantikan
oleh atom Cl dan F maka refrijeran yang dihasilkan akan terdiri dari atom
khlor, fluor, dan karbon. Refrijeran ini disebut refrijeran
chlorofluorocarbon (CFC). Jika hanya sebagian saja atom hydrogen yang
digantikan oleh Cl dan atau F maka refrijeran yang terbentuk disebut
hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Refrijeran halocarbon yang tidak
mengandung atom khlor disebut hydrofluorocarbon (HFC).
2. Kelompok refrijeran senyawa organik cyclic.
Kelompok refrijeran ini diturunkan dari butana. Aturan penulisan
nomor refrijeran adalah sama dengan cara penulisan refrijeran halocarbon
tetapi ditambahkan huruf C sebelum nomor. Contoh dari kelompok
refrijeran ini adalah:
1) R-C316 C 4 Cl2 F6 1,2-dichlorohexafluorocyclobutane
2) R-C317 C 4 ClF 7 chloroheptafluorocyclobutane
3) R-318 C 4 F8 octafluorocyclobutane
2.3.1 Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3 . Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas I (disebut bau amonia). Sifat
amonia dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.
2.5 Kondensor
Kondensor merupakan bagian dari mesin pendingin yang berfungsi untuk
membuang panas dari uap refrijeran. Proses pembuangan panas dari kondensor
terjadi karena adanya penurunan refrijeran dari kondisi superheated menuju ke
uap jenuh, kemudian terjadi proses perubahan fasa refrijeran yaitu dari fasa uap
menjadi fasa cair. Untuk mencairkan uap refrijeran yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi, diperlukan usaha melepaskan panas sebanyak panas laten
(pengembunan) dengan cara mendinginkan uap refrijeran oleh media pendingin.
Jumlah panas yang dilepas di dalam kondensor sama dengan jumlah panas yang
1. Tidak memerlukan pipa air pendingin, pompa air dan penampung air,
karena tidak menggunakan air.
2. Dapat dipasang dimana saja asal terdapat udara bebas.
3. Tidak mudah terjadi korosi karena permukaan koil kering.
4. Memerlukan pipa refrijeran tekanan tinggi yang panjang karena kondensor
biasanya diletakan diluar rumah.
5. Pada musim dingin, tekanan pengembunan perlu dikontrol untuk
mengatasi gangguan yang dapat terjadi karena turunnya tekanan
pengembunan yang terlalu besar, yang disebabkan oleh temperatur udara
atmosfir yang rendah (Hendragani, 2005).
- Konduksi (hantaran)
- Konveksi (aliran)
Dimana ℎ� . �� . (�� − �∞ ) = � . �� . ∆�
(Sumber : Cengel, 1989)
Dimana :
ho = Koefisien perpindahan pans konveksi aliran udara (luar)
As = Luas permukaan perpindahan kalor
Ts = Suhu pada plat
T∞ = Suhu larutan amonia
q = Laju perpindahan panas
b) Sisi Aliran Dalam (uap amonia)
Berbeda dengan aliran luar yang tanpa ada batasan luar,pada aliran
dalam seperti halnya yang terjadi didalam pipa adalah sesuatu dimana
fluida dibatasi oleh permukaan sehingga lapisan batas tidak dapat
berkembang secara bebas seperti halnya pada luar.
Laju perpindahan panas aliran dalam :
� = ℎ� . �� . (�� − �∞ ) …………………….……(2.3)
(Sumber : Cengel, 1989)
hi = Koefisien perpindahan pans konveksi aliran refrijeran
As = Luas permukaan perpindahan kalor
1
�= �� � � …………………………………………….(2-10)
+ � .ln� � �+
1
ℎ′ � . � � 2.� �� ℎ′ �
0,25
�.� � (� � −� � )� �3 3
ℎ� = 0,555 � �ℎ�� + ��� (���� − �� �� .……..……(2.11)
µ (���� − �� ) 8
Keterangan :
hi = Koefisien perpindahan panas konveksi bagian dalam
(W/m2K)
kl,r = Konduktifitas thermal cair refrijeran (W/m2 K)
g = Gaya grafitasi (m/s2)
ρl, r = Massa jenis cair refrijeran (kg/m3)
ρv, r = Massa jenis uap refrijeran (kg/m3)
µ l,r = Viskositas dinamik cair refrijeran ( kg/m.s)
Tsat = Temperatur saturasi (K)
Ts = Temperatur dinding (K)
hfg = Kalor laten (kJ/kg)
Cpl,r = Spesifik thermal cair refrijeran
Keterangan :
ho = koefisien perpindahan panas konveksi bagian luar (W/m2 K)
k = Kondukt ifitas thermal (W/m2 0C)
Do= Diameter luar (m)
Keterangan :
ℎ′� = Koefisien konveksi internal total (W/m2 K)
ℎ′� = Koefisien konveksi eksternal total (W/m2K)
Tabel 2.2 Faktor pengotoran beberapa fluida
Fluida �� , �2 , ⁰�/�
Air laut, air sungai, air
mendidih, air suling 0,0001
o
Dibawah 50 C 0,0002
Diatas 50 oC
Bahan bakar 0,0009
Uap air (bebas minyak) 0,0001
Refrijeran (cair) 0,0002
Refrijeran (gas) 0,0004
Alkohol (gas) 0,0001
Udara 0,0004
(Sumber : Janna, 2000)
Keterangan :
Ao = Luas permukaan total,dalam (m2)
Ai = Luas permukaan total,luar (m2)
L = Panjang pipa (m)
U = Koefisien perpindahan panas menyeluruh (W/m2K)
ΔT LMTD = Beda suhu rata-rata log
(Sumber : Cengel, 1989)
3. Beda suhu rata-rata log atau Logarithmic Mean Temperatur Difference (ΔT
LMTD)
Di dalam kondensor, banyaknya perpindahan kalor dihitung berdasarkan
perbedaan temperatur logaritmik. Hal tersebut dilukiskan pada gambar 2.10.
Makin besar perbedaan temperatur rata-rata, makin kecil ukuran penukar kalor
(luas bidang perpindahan kalor) yang bersangkutan.
Keterangan :
Tr,i = Temperatur refrijeran masuk (oC)
Tr,o = Temperatur refrijeran keluar (oC)
Tu,i = Temperatur udara masuk (oC)
Tu,o = Temperatur udara keluar (oC)
Dimana LMTD ini disebut beda suhu rata-rata log atau beda suhu pada
satu ujung kalor dikurangi beda suhu pada ujung lainnya dibagi dengan logaritma
alamiah daripada perbandingan kedua beda suhu pada ujung lainnya. Konfigurasi
aliran alternative adalah alat penukar panas dimana fluida bergerak dalam arah
aliran melintang (cross flow) atau dengan sudut tegak lurus satu sama lainya
melalui alat penukar panas tersebut, jika suatu penukar kalor yang bukan jenis
pipa ganda digunakan, perpindahan kalor dihitung dengan menerapkan faktor
koreksi terhadap LMTD untuk pipa susunan ganda aliran lawan arah dengan suhu
fluida panas dan dingin yang sama, maka persamaan perpindahan panas menjadi
Q = U.A.ΔT LMTD (Cengel, 1989).
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Rancang Bangun Kondensor pada Mesin Pendingin Menggunakan Siklus Absorpsi
dengan Pasangan Refrijeran – Absorben Amonia Air”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S-1
pada Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Untuk penulisan skripsi ini, penulis dan tim telah merancang dan membangun
konstruksi alat pendingin dengan pemanfaatan panas buang dari mesin diesel.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Zamanhuri, MT selaku Dosen pembimbing, yang selalu memberikan
bimbingan dan motivasi sehingga penelitian ini dapat selesai.
2. Bapak Dr.Ing. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin
Universitas Sumatera.
4. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang telah
membantu segala keperluan yang diperlukan selama penulis kuliah.
5. Kedua orang tua saya, R. Sihombing dan D. Simangunsong yang selalu
memberikan dukungan moril dan materil serta kasih sayangnya yang tak
terhingga kepada saya.
6. Bang Tonggam Sihombing, Iimmedi Juliana Sihombing, Jansen Sihombing,
Efriwita Nainggolan, Serta keluarga dekat yang memberikan dukungan moral
maupun moril dalam penyelesaian penelitian ini.
7. Rekan satu tim, Rido Manik, Dedi Manurung dan Lamhot Aritonang atas kerja
keras dan kerja sama yang baik untuk menyelesaikan penelitian ini.
8. Seluruh rekan mahasiswa Teknik Mesin yang telah memberikan bantuannya
terkhusus stambuk 2010 sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan
seluruh pihak yang telah membantu selama penulis kuliah dan menyelesaikan
skripsi ini.
ABSTRAK............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR NOTASI................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah Penelitian ................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................ 4