Vous êtes sur la page 1sur 14

JOURNAL READING

PEMBIMBING :
dr. Indra Harsanti Primayudi, SpA

DISUSUN OLEH :
Gabriella Hafidha Badruddin (406162007)

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 28 MEI – 11 AGUSTUS 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading :
Deteksi dini cerebral palsy pada bayi berisiko tinggi: nilai diagnostik
refleks primitif dan perkembangan serta ultrasound

Disusun oleh :
Gabriella Hafidha Badruddin (406162007)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, 10 Juli 2018

dr. Indra Harsanti Primayudi, SpA


LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading :
Deteksi dini cerebral palsy pada bayi berisiko tinggi: nilai diagnostik
refleks primitif dan perkembangan serta ultrasound

Disusun oleh :
Gabriella Hafidha Badruddin (406162007)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Mengetahui,
Kepala SMF Ilmu Kesehatan Anak

dr. Ity Sulawati, Sp.A M.Kes


Deteksi dini cerebral palsy pada bayi berisiko tinggi: nilai
diagnostik refleks primitif dan perkembangan serta
ultrasound
Penulis : Setyo Handryastuti, Ghaisani Fadiana, Sofyan Ismael, Sudigdo
Sastroasmoro, Asril Aminullah, Ferial Hadipoetro Idris, Adji Saptogino,
Sunartini Hapsara
Sumber : Paediatrica Indonesia, Vol. 58, No. 1, January 2018

ABSTRAK
Latar Belakang : Insiden cerebral palsy (CP) telah meningkat karena kelangsungan
hidup yang lebih baik dari bayi berisiko tinggi. Metode penilaian sederhana
diperlukan untuk deteksi dini pada CP, dan dapat dilakukan oleh dokter umum dan
dokter anak dalam praktek sehari-hari.
Tujuan : Menilai keterlambatan motorik, refleks primitif dan perkembangan, serta
kelainan pada USG serebral yang digunakan sebagai metode sederhana untuk deteksi
dini CP pada bayi berisiko tinggi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi
kemudahan dan konsistensi metode untuk digunakan dalam praktek sehari-hari, serta
menentukan faktor-faktor risiko yang terkait dengan CP
Metode : Sebuah studi kohort prospektif dilakukan pada 150 bayi berisiko tinggi
mulai dari usia 4 bulan hingga 12 bulan. Penelitian ini memperoleh sejarah pada
subyek mengenai kemampuan motorik dan menilai refleks primitif serta reaksi
postural pada usia 4, 6, 9, dan 10 bulan. Diagnosis CP ditegakkan pada usia 6 dan 12
bulan. Penelitian ini juga menentukan uji Kappa sebagai penilaian terhadap
reliabilitas antara dokter spesialis anak dan ahli saraf pediatrik.
Hasil : Pada 88,7% subyek, CP terdeteksi dalam 6 bulan pertama. Pada saat 4 bulan,
refleks palmar positif, head lag, dan fisting adalah prediksi CP pada usia 6 bulan.
Keterlambatan motorik, positive palmar grasp refleks, head lag, fisting, dan adanya
protective extension refleks pada saat 6 bulan dapat terprediksi CP pada saat 12 bulan.
Dari 9 sampai 10 bulan, keterlambatan motorik, tidak adanya protective extension
refleks, dan reaksi parasut negatif dapat terprediksi CP pada saat 12 bulan.
Abnormalitas pada USG serebral dapat memprediksikan CP pada saat usia 6 dan 12
bulan. Hasil tes Kappa adalah 0,9, menunjukkan kemudahan dan konsistensi metode
ini untuk praktik medis sehari-hari.
Conclusion : Cerebral palsy dapat dideteksi dini saat 6 bulan pertama kehidupan.
Penilaian untuk keterlambatan motorik, pemeriksaan fisik untuk mendeteksi refleks
primitif dan perkembangan, serta USG serebral dapat digunakan untuk tujuan ini.
[Paediatr Indones. 2018;58:5-12 ; doi: http://dx.doi.org/10.14238/pi58.1.2018.5-
12 ].

Insidensi angka kejadian pada kasus Cerebral Palsy (CP) adalah 1,2 sampai
dengan 2,5/ 1.000 angka kelahiran. Banyak faktor termasuk prematuritas berpengaruh
pada kejadian Cerebral Palsy. Di Canada, angka kematian dari bayi prematur telah
menurun dari 256 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1993 menjadi 114 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2002, disertai dengan peningkatan tingkat CP dari 44,4
hingga 100 kasus per 1.000 kelahiran hidup pada periode yang sama. Kejadian yang
sama juga terjadi di Sweden dan Australia Batat. Di Indonesia tingkat kelangsungan
hidup yang lebih tinggi pada prematuritas dan bayi beresiko tinggi juga memiliki
potensi meingkatkan angka kejadian pada kasus CP. Bayi berisiko tinggi berpotensi
mengalami CP pada usia lanjut karena faktor risiko yang terjadi pada saat pranatal,
perinatal, dan paskanatal.
Cerebral palsy adalah gangguan statis, non-progresif motorik dan gangguan
fungsi postural karena kerusakan pada otak yang sedang berkembang, yang
menyebabkan keterlambatan motorik serta kelainan postural dan gerakan.1 Beberapa
anak dengan CP memperoleh berbagai komorbiditas dan komplikasi yang mungkin
menimbulkan ancaman kesehatan dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.3 Deteksi
dini CP dalam tahun pertama kehidupan cukup penting untuk memungkinkan adanya
intervensi dini, yang akan mempengaruhi perjalanan alami penyakit.4 Identifikasi CP
pada bayi baru lahir bermasalah karena terbatasnya perkembangan motorik pada bayi
ini, sehingga sulit untuk menentukan jenis keterlambatan motorik yang dapat
digunakan untuk mendeteksi CP.4 Penilaian tonus otot dan refleks fisiologis, dan
landasan diagnosis CP, tidak selalu definitive.4,5
Beberapa penelitian telah melaporkan metode untuk deteksi dini CP
sebelum usia 3 sampai 6 bulan dengan penilaian prediktif, seperti
electroencephalography (EEG), pemantauan fungsi otak (Cerebral Function
Montitoring), pencitraan resonansi magnetik otak (Magnetic Resonance Imaging)
pada usia 2 hingga 8 hari, dan gerakan umum spontan (Spontaneus General
Movement) dapat dilakukan pada usia 2 sampai 4 bulan.5-7 Namun demikian,
penggunaan metode-metode seperti itu secara luas tidak dapat dilakukan di negara-
negara berkembang seperti Indonesia.
Penelitian ini digunakan untuk menentukan proporsi CP pada bayi berisiko
tinggi, faktor risiko yang terkait dengan CP, dan kinerja diagnostik sebagai metode
deteksi dini dengan menggunakan parameter keterlambatan motorik, pemeriksaan
fisik, dan USG serebral.

METODE

Studi prospektif ini mengikuti kohort bayi hingga usia 12 bulan. Penelitian
telah dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dari April 2010
hingga Juli 2012. Selama masa tindak lanjut, tim peneliti melakukan penilaian
perkembangan motorik dua bulanan dan pemeriksaan klinis neurologis. Dengan
menggunakan rumus yang tepat, jumlah minimal subyek yang dibutuhkan dihitung
menjadi 150. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah bayi berisiko tinggi yang
ditandai oleh prematuritas (usia kehamilan ≤ 32 minggu), berat lahir rendah ( 2,4999
gram) dan kelahiran berat badan sangat rendah (≤1,500 gram), neonatus cukup bulan
atau tidak cukup bulan dengan meningitis, ensefalopati hipoksik-iskemik derajat
sedang atau berat, perdarahan intracerebral (ICH), dan / atau > 48 jam ventilasi
mekanis. Penelitian ini mengeluarkan bayi dengan kelainan genetik, kromosom, atau
metabolik, malformasi sistem saraf pusat, gangguan neuromuskular, dan infeksi
kongenital. Variabel independennya adalah (1) dilihat dari faktor-faktor risiko yang
ada; (2) hasil USG serebral; (3) keterlambatan motorik; (4) refleks primitif (pegang
palmar, fisting, penarikan, crossed-ekstensor, dan respon traksi); dan (5) reaksi
postural (protective extension reflex dan reaksi parasut). Variabel dependen adalah
terjadinya CP yang ditentukan oleh pemeriksaan standar emas tonus otot dan
peningkatan refleks fisiologis pada usia yang ditentukan.
Pada usia 4 hingga 5 bulan, penelitian ini melakukan penilaian pada
perkembangan motorik dan pemeriksaan neurologis yang pertama yang terdiri dari
refleks penarikan, refleks palmar, respon traksi, fisting, dan refleks ekstensor silang.
Pada usia 6 bulan, perkembangan motorik dinilai kembali, serta semua item
pemeriksaan neurologis yang dievaluasi sebelumnya, dengan penambahan refleks
ekstensi pelindung. Pada usia 9 hingga 10 bulan, kami mengikuti perkembangan
motorik subyek dan melakukan semua pemeriksaan neurologis yang dievaluasi
sebelumnya, dengan penambahan reaksi parasut. Kehadiran CP ditentukan pada usia 6
dan 12 bulan. Diagnosis CP dibuat oleh salah satu dari dua ahli saraf pediatrik
berpengalaman ketika kelainan pada tonus otot dan peningkatan refleks fisiologis
ditemukan, tanpa bukti regresi atau perkembangan.
Untuk menentukan kontribusi masing-masing faktor risiko dan nilai
diagnostik prediktor ini, peneliti menggunakan data yang diperoleh pada usia 4, 6, 10,
dan 12 bulan. Dengan demikian, peneliti menentukan proporsi CP pada bayi berisiko
tinggi dan melakukan analisis bivariat pada hubungan potensial antara faktor risiko
dan CP. Penelitian ini juga menentukan kinerja diagnostik USG serebral untuk
memprediksi CP pada usia 6 dan 12 bulan, serta nilai diagnostik keterlambatan
motorik dan berbagai pemeriksaan klinis yang dilakukan pada usia 4, 6, dan 9-10
bulan untuk memprediksi CP di 6 dan 12 bulan, masing-masing. Nilai P <0,05
dianggap signifikan secara statistik. Setelah itu penelitian ini melakukan tes Kappa
antara ahli saraf pediatrik dan salah satu pasien anak untuk menilai reliabilitas antar
penilai untuk menentukan kemudahan replikasi dalam praktek medis sehari-hari. Tes
Kappa dilakukan pada kelompok lain yang terdiri dari 40 bayi berisiko tinggi.
Protokol penelitian telah disetujui oleh Komite Etika Penelitian Medis Universitas
Indonesia.

HASIL

Selama masa penelitian, 178 bayi yang berisiko tinggi mengunjungi institusi
peneliti. Dari 150 bayi yang telah memenuhi kriteria untuk dianalisis, 28 bayi
dikeluarkan (14 meninggal dan 14 hilang untuk ditindaklanjuti karena perubahan
alamat yang tidak terdokumentasi). Pada usia 6 bulan, 39/150 subyek (26%) memiliki
CP, dan pada usia 12 bulan 36/150 subyek (24%) memiliki CP. Diagnosis CP
didasarkan pada manifestasi klinis. Mayoritas subjek adalah perempuan (87%) dan
memiliki usia kehamilan <32 minggu (80%), berat lahir <1.500 gram (75%),
ultrasound otak normal (77%), serta tidak ada riwayat meningitis (97% ), perdarahan
intracerebral (87%), atau ensefalopati hipoksik-iskemik (HIE) (95%). Pada analisis
bivariat, faktor risiko ditemukan terkait dengan CP pada usia 6 dan 12 bulan adalah
kelainan USG serebri, HIE, dan ICH (Tabel 1). Usia kehamilan adalah prediktor
signifikan dari CP pada 12 bulan tetapi tidak pada usia 6 bulan. Jenis kelamin, berat
lahir, meningitis, dan durasi ventilasi mekanik tidak berhubungan secara signifikan
dengan CP. HIE sedang dan berat adalah faktor risiko yang signifikan dari CP, seperti
grade 3 dan 4 IVH (Intraventricular Hemorrhage). Abnormalitas ultrasound terkait
dengan CP termasuk PVL (Periventricular Leukomalacia), grade 3 dan 4 IVH,
encephalomalacia, meningitis, hidrosefalus, dan ventrikulomegali.

Proporsi CP pada usia 6 bulan secara signifikan lebih tinggi pada subjek
dengan perkembangan motorik abnormal dan / atau pemeriksaan fisik pada usia 4
bulan dibandingkan pada mereka yang tidak. Odds ratio dan nilai diagnostik dari
keterlambatan motorik dan parameter pemeriksaan neurologis lain yang dinilai pada
usia 4 bulan untuk memprediksi CP pada usia 6 bulan disajikan pada Tabel 2.
Pemeriksaan refleks palmar, respon traksi (head leg positif) dan fisting pada 4 bulan
memiliki nilai diagnostik terbaik untuk memprediksi CP pada usia 6 bulan.
Subyek dengan keterlambatan motorik dan kelainan pada pemeriksaan fisik
pada usia 6 bulan memiliki proporsi CP yang lebih tinggi secara signifikan pada usia
12 bulan dibandingkan dengan subjek normal. Subyek dengan keterlambatan motorik
atau kelainan pada refleks primitif dan protective extension reflex memiliki risiko CP
lebih tinggi daripada mereka yang tidak. Penundaan motorik dan refleks palmar
abnormal, fisting, respon traksi dan ekstensi pelindung memiliki nilai diagnostik
terbaik untuk memprediksi CP pada usia 12 bulan. Odds ratio dan nilai diagnostik
keterlambatan motorik dan parameter pemeriksaan neurologis lainnya dinilai pada
usia 6 bulan untuk memprediksi CP pada usia 12 bulan disajikan pada Tabel 3.
Kami menemukan proporsi CP yang lebih tinggi pada usia 12 bulan pada
subjek yang mengalami keterlambatan motor atau kelainan respon traksi, fisting,
reaksi ekstensi protektif, dan reaksi parasut pada usia 9-10 bulan. Abnormalitas dalam
penundaan motorik, refleks primitif dan reaksi postural dikaitkan dengan peningkatan
risiko CP. Keterlambatan motorik dan reaksi postural memiliki nilai diagnostik
terbaik untuk memprediksi CP pada usia 12 bulan. Odds ratio dan nilai diagnostik
parameter dinilai pada usia 9-10 bulan untuk memprediksi CP pada usia 12 bulan
disajikan pada Tabel 4.

Pada usia 6 bulan, USG serebri memiliki sensitivitas 76,9%, spesifisitas


95,5%, nilai prediksi positif 85,7%, dan nilai prediksi negatif 92,2% untuk CP. Pada
usia 12 bulan, nilai-nilai yang disebutkan di atas untuk USG serebral adalah 74,3%,
94,6%, 82,8%, dan 91,3%, masing-masing.
Tes Kappa dilakukan antara ahli saraf pediatrik dan pasien anak untuk
menilai reliabilitas penilai untuk memprediksi CP pada usia 6 dan 12 bulan
(sehubungan dengan ujian untuk kemampuan motorik serta refleks primitif dan
perkembangan). Hasil tes Kappa adalah 0,9 menunjukkan kemudahan dan konsistensi
metode untuk praktik medis sehari-hari. Waktu rata-rata yang diambil untuk
memeriksa refleks primitif subyek pada usia 4 bulan adalah 2 menit dan 37 detik (SD
32,3 detik), dan waktu rata-rata yang diambil untuk memeriksa refleks perkembangan
subyek pada usia 9 bulan adalah 5 menit dan 18 (SD 53 detik) detik.

DISKUSI

Keterbatasan penelitian ini termasuk perekrutan subjek di rumah sakit


rujukan tersier, kemungkinan mengarah ke proporsi CP yang lebih tinggi dari pada
yang dapat ditemukan pada populasi umum, dan tindak lanjut sebagian besar
dilakukan oleh kunjungan rumah hanya oleh peneliti utama. Namun, penelitian ini
memiliki keuntungan menjadi yang pertama di Indonesia untuk menentukan nilai
diagnostik hasil penilaian klinis (kemampuan motorik serta refleks primitif dan
perkembangan) dan USG serebral untuk memprediksi CP pada tahun pertama
kehidupan.
Proporsi CP dalam penelitian ini adalah 26% pada usia 6 bulan dan 24%
pada usia 12 bulan. Hasilnya mirip dengan penelitian Zafeiriou et al. yang
memperoleh kejadian 28,5% pada 204 bayi berisiko tinggi.8 Perbedaan antara insidens
pada usia 6 dan 12 bulan dapat dijelaskan oleh normalisasi fitur neurologis dari waktu
ke waktu, mungkin karena intervensi, pematangan CNS, atau dengan peningkatan
fitur seperti itu dari waktu ke waktu. Hasil ini mendukung gagasan bahwa manifestasi
klinis CP dapat berubah dengan bertambahnya usia, terutama di tahun pertama
kehidupan.9
Penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan berat badan atau usia
gestasional yang signifikan dalam kejadian CP. Temuan ini bertentangan dengan
literatur yang menyatakan bahwa prematuritas dan berat badan lahir rendah
merupakan faktor risiko untuk CP.1,2 Mungkin disebabkan oleh peningkatan layanan
kesehatan perinatal dan teknologi medis, memungkinkan pemantauan hemodinamik
yang lebih baik yang mengarah ke pencegahan fluktuasi ekstrim dari darah serebral.
mengalir, sehingga mengurangi tingkat komplikasi seperti ICH pada bayi yang lahir
dengan berat lahir 1.000-1.500 gram dan bayi yang lahir pada usia kehamilan 28-32
minggu. Hanya 30/150 subyek (20%) yang memerlukan ventilasi mekanis. Cools et
al, melaporkan bahwa 90% bayi yang lahir pada usia kehamilan <30 minggu
membutuhkan ventilasi mekanik.11 Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh usia
kehamilan yang berbeda dalam kriteria inklusi atau untuk kemajuan dalam
manajemen bayi prematur, termasuk terapi surfaktan dan penggunaan positive
positive airway pressure (CPAP), sehingga mengurangi kebutuhan untuk ventilasi
mekanis
Abnormalitas USG serebri ditemukan pada 35 subjek (23,3%). Enam dari 35
subjek ini mengembangkan CP. Ada perbedaan yang signifikan dalam proporsi CP
pada bayi dengan USG abnormal dibandingkan dengan mereka dengan USG normal
(P <0,001). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa
kelainan USG, terutama derajat 3 dan 4 perdarahan intraventrikular (IVH),
leukomalasia periventrikel (PVL), dan ventrikulomegali terkait dengan CP atau
kelainan perkembangan motorik lainnya. Semua subjek dengan moderat dan berat.
HIE (n = 7) memiliki CP, perbedaan yang signifikan dari proporsi CP pada subjek
yang tidak atau HIE ringan (P <0,001). Demikian pula, penelitian sebelumnya
melaporkan bahwa HIE, terutama pada bayi cukup bulan, menyebabkan kerusakan
jaringan dalam bentuk PVL, iskemik fokal dan multifokal, dan nekrosis jaringan
serebral. 16,17 bayi terminasi merupakan mayoritas subjek dengan HIE dalam
penelitian kami (5 / 7). Empat puluh tiga dari 150 subjek (28,6%) memiliki ICH; ini,
39,5% memiliki CP. Ada perbedaan yang signifikan dalam kejadian CP pada
kelompok ICH dibandingkan dengan kelompok non-ICH, mungkin karena proporsi
besar IVH kelas 3 dan IV ditemukan pada kelompok ICH, yang berpotensi
berkembang menjadi kista PVL.
Pada analisis bivariat, HIE, ICH, dan kelainan USG menunjukkan hubungan
yang signifikan dengan CP (P <0,001) pada 6 dan 12 bulan. HIE sedang dan berat
adalah faktor risiko yang signifikan dari CP, seperti kelas 3 dan 4 IVH. Abnormalitas
ultrasound yang terkait dengan CP termasuk PVL, grade 3 dan 4 IVH,
encephalomalacia, meningitis, hydrocephalus, dan ventriculomegaly, yang mirip
dengan temuan sebelumnya dalam literatur yang dipublikasikan.13-15
Diagnosis CP sangat mudah dalam kasus CP berat atau pada anak yang lebih
tua. Sulit untuk mendiagnosis CP secara akurat dalam 6 bulan pertama kehidupan,
dalam kasus yang lebih ringan, atau dalam kasus keterlambatan motorik yang
terisolasi. Penundaan motor adalah tanda pertama dari CP dan memiliki sensitivitas
dan spesifisitas yang baik untuk mendeteksi CP setelah usia 6 bulan, sedangkan
pemeriksaan neurologis dari refleks primitif, reaksi postural, dan tonus otot seperti
yang dilaporkan memiliki nilai prediktif yang buruk pada yang bulan pertama
kehidupan.5
Dalam penelitian ini, ketika subjek dievaluasi pada usia 4 bulan, semua
variabel independen secara signifikan terkait dengan kehadiran CP pada usia 6 bulan.
Gambaran neurologis yang paling signifikan adalah palmar memahami refleks, respon
traksi, dan fisting. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Morgan et al. 19 dan
pengalaman klinis peneliti utama. Penundaan motor tidak menghasilkan OR yang
tinggi, mungkin karena kemampuan motorik bayi yang terbatas pada usia 4 bulan.
Variabel yang diukur selama evaluasi pada usia 4 bulan, terutama refleks palmar,
respon traksi, dan fisting, memiliki sensitivitas yang baik, spesifisitas, dan nilai
prediksi positif dan negatif dalam kisaran 88 hingga 100%.
Evaluasi dilakukan pada usia 6 bulan untuk memprediksi CP pada usia 12
bulan termasuk semua variabel dievaluasi pada 4 bulan dan reaksi perpanjangan
pelindung ditambahkan. Semua variabel menunjukkan hubungan yang signifikan
dengan HP, dengan refleks reflektif yang memiliki OR tertinggi, diikuti oleh
kemampuan motorik, respon traksi, fisting, dan refleks pegang palmar. Kemampuan
motorik dan refleks pelindung-ekstensi juga memiliki OR tertinggi, serta sensitivitas,
spesifisitas, dan nilai prediktif positif dan negatif yang baik. Oleh karena itu, kedua
fitur ini dapat digunakan sebagai keunggulan untuk memprediksi CP pada usia 12
bulan. Laporan sebelumnya sesuai dengan hasil kami.20 Bayi yang menunjukkan
kontrol postural yang buruk pada usia 6 bulan membutuhkan perhatian khusus dan
intervensi dini, karena keterampilan ini merupakan prasyarat untuk duduk, berdiri,
dan berjalan. 20-22
Ketika subjek menjalani pemeriksaan normal pada usia 6 bulan, anak itu
dievaluasi kembali pada usia 9 hingga 10 bulan. Kami menemukan risiko CP yang
lebih tinggi pada subjek dengan refleks pelindung-ekstensi abnormal, respons traksi
abnormal, penundaan motorik, fisting, dan reaksi parasut abnormal, dibandingkan
dengan subjek normal. Refleks primitif menunjukkan OR yang lebih kecil pada 6
bulan dibandingkan pada 4 bulan. Penundaan motor menunjukkan OR yang lebih
rendah daripada yang ditemukan pada 4 dan 6 bulan, tetapi dua pemeriksaan (motor
delay dan reaksi postural menunjukkan sensitivitas superior, spesifisitas, ketika dinilai
pada usia 9 sampai 10 bulan. Ketika subjek berkembang dalam usia, sensitivitas
refleks primitif cenderung menurun, meskipun spesifisitas tetap tinggi Setelah usia 6
bulan, refleks primitif tidak lagi merupakan alat yang sensitif dan jarang terlihat
kecuali pada kasus CP berat, oleh karena itu, refleks primitif positif pada usia ini
memiliki spesifisitas tinggi untuk diagnosis CP. Dalam kasus ringan, komponen
penundaan motorik dan pemeriksaan postural dapat digunakan untuk mendiagnosis
CP. Hasil penelitian ini menegaskan teori bahwa reaksi postural merupakan
kelanjutan dari refleks primitif, yang mencerminkan pematangan CNS.23 Dalam
prakteknya, penilaian kemampuan motorik dan postural reaksi dapat digunakan untuk
mendiagnosis CP pada bayi yang lebih tua dari 6 bulan.
Semua kelainan yang ditemukan pada ultrasound otak menunjukkan lesi
anatomi non-progresif. Hasil kami sesuai dengan laporan yang menyatakan bahwa
penghinaan kausal menghasilkan lesi statis di otak.12 Namun, manifestasi klinis CP
dapat berubah dengan bertambahnya usia, mencerminkan pematangan otak dan
plastisitas.12 USG serebral juga memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan positif yang
baik. dan nilai prediktif negatif, karenanya, dapat digunakan dalam deteksi awal CP.
Dalam penelitian ini, pemeriksaan neurologis seperti pada refleks primitif dan
perkembangan ditemukan sederhana, tes cepat dengan nilai diagnostik yang tinggi
sebagai alat untuk mendeteksi CP pada tahun pertama kehidupan.
Kesimpulannya, proporsi subjek dengan CP pada usia 6 bulan adalah 26%
dan pada usia 12 bulan adalah 24%. Pada 88,7% subyek, CP terdeteksi dalam 6 bulan
pertama. Faktor risiko yang terkait dengan CP pada usia 6 dan 12 bulan adalah
kelainan ultrasound serebral, HIE, dan ICH. Pada usia 4 bulan, palmar grasp refleks
positif, head lag, dan fisting adalah prediksi CP pada usia 6 bulan. Keterlambatan
motorik, refleks grasp palmar positif, head leg positif, fisting, dan protective
extension refleks pada usia 6 bulan merupakan prediksi CP pada usia 12 bulan. Pada
usia 9 hingga 10 bulan, penundaan motorik, tidak adanya protective extension refleks,
dan reaksi parasut negatif adalah prediksi CP pada usia 12 bulan. Abnormalitas USG
serebral adalah prediksi CP pada usia 6 dan 12 bulan. Hasil tes Kappa adalah 0,9
menunjukkan kemudahan dan konsistensi metode untuk praktek medis sehari-hari.

Vous aimerez peut-être aussi